Pendakian gunung di Pulau Jawa telah mulai dicatat sejak masa Hindia Belanda. Para pencatatnya adalah para pendaki gunung dengan kebangsaan negara-negara di Eropa abad ke-19 dan abad ke-20. Pendakian gunung di Pulau Jawa kemudian dilanjutkan oleh para pelajar Indonesia khususnya menjelang peringatan kemerdekaan Indonesia.
Masa Hindia Belanda
Pendakian gunung pada masa Hindia Belanda dimulai sejak tahun 1830 oleh Frans Junghuhn. Dia adalah seorang penjelajah alam, petualang dan ilmuwan berkebangsaan Prusia-Jerman. Kegiatan pendakian gunung dilakukan oleh Junghuhn selama 30 tahun. Hasilnya, ia telah mendaki seluruh gunung di Pulau Jawa. Perjalanannya selama mendaki gunung ditulisnya menjadi buku berjudul Java. Kegiatan pendakian gunung di Hindia Belanda kemudian dilanjutkan oleh Carel Willem Wormser, seorang petualang berkebangsaan Belanda. Wormser kemudian menerbitkan catatan perjalanannya selama mendaki gunung di Pulau Jawa dalam bentuk buku pada tahun 1930. Penulisan mengenai pendakian gunung di Pulau Jawa juga dilakukan oleh Charles Edgar Stehn pada tahun 1928. Stehn menuliskan catata perjalanan dari pendakian 30 gunung di Pulau Jawa.[1]
Masa Indonesia
Salah satu gunung yang sering didaki adalah Gunung Semeru yang merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa. Gunung Semeru tertelak di Kota Malang dan menjadi tempat perkumpulan para pendaki gunung di Indonesia. Alasannya adalah Kota Malang merupakan salah satu kota dengan jumlah perguruan tinggi terbanyak di Indonesia. Pendakian gunung di Gunung Semeru dilakukan untuk mencapai Puncak Mahameru. Kegiatan pendakian Puncak Mahameru umumnya dilakukan menjelang atau pada tanggal 17 Agustus setiap tahunnya untuk memasang bendera negara Indonesia. Pemasangan bendera dijadikan sebagai simbol peringatan kemerdekaan Indonesia.
Referensi
Catatan kaki
- ^ Sastha, Harley Bayu (2007). Mountain Climbing for Everybody: Panduan Mendaki Gunung. Jakarta Selatan: Penerbit Hikmah. hlm. 3–4. ISBN 978-979-114-147-5.
Daftar pustaka