Pemberontakan Kreta (1897–1898)
Pemberontakan Kreta tahun 1897–1898 adalah pemberontakan sukses oleh populasi Ortodoks Yunani di Kreta terhadap Kesultanan Utsmaniyah setelah beberapa dekade ketegangan yang meningkat. Orang Yunani yang memberontak menerima suplai dan dukungan bersenjata dari Kerajaan Yunani; kemudian dari Kekuatan Besar: Inggris,[4] Prancis, Italia, Austria-Hungaria, Jerman dan Rusia. Konflik ini berakhir pada tahun 1898 dimenangkan oleh sekutu Kreta dan Utsmaniyah menarik mundur pasukan setelah Kekuatan Besar memotong pendanaan mereka dan mengusulkan resolusi yang menetapkan bahwa:
Latar belakangPemberontakan sebelumnyaPenaklukan Kreta oleh Kesultanan Utsmaniyah berakhir pada tahun 1669 dengan direbutnya Kandia. Kreta kemudian menjadi provinsi di Kesultanan Utsmaniyah. Pada tahun 1821, Perang Kemerdekaan Yunani tahun 1821 menyebabkan Yunani memperoleh kemerdekaan dari Kesultanan Utsmaniyah. Mayoritas populasi Kristen Yunani di Kreta kini mulai menginginkan bergabung dengan negara Yunani yang baru. Orang Yunani di Kreta memberontak dari tahun 1866 hingga 1869, pada tahun 1878, tetapi dihentikan oleh pasukan Utsmaniyah. Aktivisme orang Yunani di KretaPada tanggal 3 Februari 1895 (Julian), perwakilan dari berbagai provinsi Kreta (Apokoronas, Kydoniai, Sfakia, Rethymno dan Agios Vasileios) bertemu di Klema, dekat Khania. Mereka menyusun memorandum untuk Pemerintah Yunani dan untuk beberapa negara Kekuatan Besar di Eropa Barat. Para perwakilan tersebut meminta Utsmaniyah untuk menunjuk gubernur beragama Kristen di Kreta. Mereka meminta agar kekuatan Eropa untuk menempatkan Kreta di bawah perlindungan mereka. Setelah pembunuhan massal orang Armenia beragama Kristen di Anatolia oleh pasukan Utsmaniyah pada tahun 1895, opini publik di Eropa menjadi khawatir akan terjadinya bencana serupa terhadap populasi orang Yunani beragama Kristen di Kreta, memaksa pemerintah mereka untuk ikut terlibat dalam konflik di Kreta. Untuk menunjukkan niat baik kepada kekuatan Eropa, Utsmaniyah mengganti gubernur beragama Islam dengan yang beragama Kristen, yaitu Alexander Karatheodoris. Namun, penunjukkan Karathodoris membuat orang Turki beragama Islam di Kreta menjadi khawatir, mereka takut akan pemerintahan di bawah orang Yunani beragama Kristen. Sebuah kelompok pemberontak di seluruh Kreta muncul dan membantai orang Yunani untuk memaksa dia mengundurkan diri. Sebagai tanggapan, kelompok-kelompok Yunani mengatur perang gerilya dan melakukan pembalasan kepada orang Turki. Majelis Kreta juga menyerukan pemulihan klausul Pakta Halepa tahun 1878, yang menguntungkan umat Kristen. Sebagai tanggapan, Karatheodoris membubarkan majelis Kreta pada tanggal 18 Juni 1895.[5] Lihat jugaReferensi
Sumber
|