Patung Karwar/Korwar adalah patung kepercayaanleluhursuku Biak dan suku-suku lainnya. Patung Karwar dikatakan sakral karena di dalam kepala Patung Karwar terdapat tengkorak dari leluhur atau orang yang di sayangi. Patung Karwar juga merupakan tempat berkomunikasi dengan leluhur atau orang yang telah meninggal dunia. Patung karwar memiliki bentuk-bentuk yang berbeda–beda di setiap wilayah/daerah masing-masing seperti Patung Karwar di Daerah Biak berbeda dengan Patung Karwar di daerah Biak, Numfor, Manokwari, sampai ke Kepulauan Raja Ampat. Perbedaan–perbedaan patung karwar di pengaruhi oleh si pembuat atau seniman patung tersebut yang memiliki gaya atau cara, makna filosofis atau religius nya, dan pengaruh geografis daerah tersebut.
Ciri–ciri Patung Karwar
Ciri-ciri patung karwa yaitu yang pertama mempunyai kepala yang besar, hal tersebut memiliki arti banyak berpikir, berpikir sebelum bertindak, tempat tersimpan nya ilmu pengetahuan. Kedua, Patung Karwar biasanya dibuat dalam keadaan duduk atau berdiri dengan memegang bayi patung, artinya melambangkan seorang ibu yang meninggal setelah melahirkan atau dalam keadaan hamil, memegang ukiran karerin, artinya melambangkan seorang seniman atau budayawan yang meninggal, dan terdapat cemegang tameng (Aday), tombak, dan parang yang melambangkan seorang pahlawan (Mambri). Ketiga, Memiliki badan yang kecil, yang melambangkan sifat gesit, rajin, dan tidak mengambil hak orang lain. Keempat, memiliki hidung yang besar, melambangkan mampu mencium dan memperkirakan apa yang dibicarakan benar atau tidak.
Pembuatan Patung Karwar
Pembuatan Patung Karwar biasanya dibuat oleh seniman atau orang-orang yang sudah mahir. Pembuatan Patung Karwar menggunakan kayu besi/kayu yang keras agar Patung Karwar bisa bertahan lama. Pada zaman dulu, Patung Karwar dibuat untuk kepentingan religius. Pada masa itu, Patung Karwar dibuat dalam ukuran yang besar sehingga bisa terisi kepala tengkorak leluhur atau orang yang di sayangi ke dalam Patung Karwar. Patung ini juga dapat di gunakan seorang dukun untuk menyembuhkan orang sakit dalam upacara pengobatan. Pada upacara tersebut dukun memegang patung ini lalu mengucapkan mantra dan menyebut nama pengguna Karwar, setelah dukun dalam keadaan kesurupan ia akan mengucapkan kata - kata yang dapat ditafsirkan oleh orang - orang yang ada di sekelilingnya sebagai mantra yang dapat menyembuhkan orang sakit.
Perkembangan Patung Karwar
Pada masa sebelum injil masuk di Tanah Papua, Patung Karwar di yakini sebagai kepercayaan nenek moyang dan juga sebagai media komunikasi dengan leluhur. Seiring berjalannya waktu ketika injil masuk di Tanah Papua, Patung Karwar tidak di fungsikan lagi sebagai media komunikasi dengan leluhur, dikarenakan pada masa sending banyak Patung Karwar yang dimusnahkan dengan cara dibakar, ada pula yang di bawah ke Belanda dan di jadikan bahan koleksi di Museum Belanda, karena pada masa itu orang biak yang percaya Patung Karwar di anggap sebagai orang kafir. Saat masyarakat biak telah mengenal Injil, Patung Karwar hanya di buat untuk kepuasan batin, dan estetika, yang memiliki variasi bentuk dan ukuran.