Panathena (bahasa Yunani Kuno: Παναθήναια, translit. Panathḗnaia) adalah pesta perlombaan kuno yang pernah diadakan setiap empat tahun di Kota Athena pada tahun 566 SM[1] hingga abad ke-3 SM.[2] Pesta perlombaan ini menggabungkan acara keagamaan, upacara (termasuk pemberian hadiah), persaingan olahraga, dan acara budaya yang diselenggarakan di dalam stadion.
Acara keagamaan
Perlombaan yang membuat pesta ini dikenal hanyalah bagian dari acara keagamaan yang jauh lebih besar; Panathena Agung itu sendiri. Ketaatan ritual ini terdiri dari banyak pengorbanan untuk Athena (senama acara dan dewi pelindung tuan rumah acara) serta Poseidon dan lain-lain. Pesta Panathena dibentuk untuk menghormati dewi Athena yang telah menjadi pelindung Kota Athena setelah bersaing dengan dewa Poseidon di mana mereka harus memenangkan hati rakyat Athena dengan menawarkan hadiah kepada rakyat. Pesta ini juga akan membawa persatuan di antara masyarakat Athena.[3] Acara serupa yang lebih kecil untuk Panathena Besar diadakan setiap tahun, Panathena Kecil, yang perayaannya 3-4 hari lebih singkat. Kompetisi ini adalah pertandingan paling bergengsi bagi warga Athena, tetapi tidak sepenting Olimpiade dan Pesta Olahraga Panhelenik di penjuru Yunani.
Acara budaya
Panathena juga mencakup perlombaan puisi dan musik. Hadiah diberikan untuk pembacaan puisi atau wiracarita Homeros berjudul Odisseia dan Ilias oleh para rapsoidos, untuk perlombaan permainan musik instrumental pada aulos dan kitharodos, dan untuk perlombaan menyanyi dengan iringan aulos dan kitharodos.
Stadion Panathena
Acara olahraga atletik dipentaskan di Stadion Panathena, yang masih digunakan sampai sekarang. Pada tahun 1865, Evangelis Zappas meninggalkan kekayaan besar dalam wasiatnya dengan perintah untuk menggali dan memperbarui stadion Panathena kuno sehingga Olimpiade modern dapat diadakan setiap empat tahun "dengan cara nenek moyang kita".[4] Stadion Panathena telah menjadi tuan rumah Olimpiade Zappas pada tahun 1870,[5] dan tahun 1875, serta Olimpiade Modern pertama tahun 1896 dan 2004. Stadion ini juga menjadi tuan rumah Olimpiade Interkala 1906.
Perlombaan
Stadion Panathena menjadi tempat perlombaan di sejumlah acara musik, atletik, dan berkuda. Karena banyaknya perlombaan yang diadakan, permainan biasanya berlangsung lebih dari seminggu. Pada balok marmer abad keempat, para ahli menjelaskan bahwa di balok itu tertulis sebuah program untuk permainan, serta acara individu dan hadiahnya. Prasasti itu juga mengatakan bahwa ada dua kategori usia untuk acara musik tetapi tiga kategori usia untuk acara atletik. Menurut para ahli, kelompok usia tersebut adalah anak laki-laki: 12–16 tahun; pemuda berjanggut: 16–20 tahun; pria: lebih dari 20 tahun.[6] Satu hal yang berbeda dari perlombaan ini dari perlombaan pemakaman biasa adalah hadiah diberikan kepada peringkat kedua, bukan hanya pemenang tunggal.
Berdasarkan prasasti-prasasti yang menyebut perlombaan ini, para ahli bahasa menguraikan dan menafsirkan program pelombaan ini seperti: Hari 1: Lomba Musik dan Rapsoidos; Hari 2: Lomba Atletik Putra dan Remaja; Hari 3: Lomba Atletik Putra; Hari 4: Lomba Berkuda; Day 5: Lomba Antar Suku; Hari 6: Lomba Obor dan Pengorbanan; Hari 7: Balap Perahu; Hari 8: Pemberian Hadiah, Pesta, dan Perayaan.[6] Para ahli bahasa yang menguraikan cukup memahami bagaimana permainan berjalan berdasarkan urutan hadiah yang tertulis di balok pualam. Gulat dan lempar cakram juga diikutsertakan dalam perlombaan tersebut.
Acara musik yang berlangsung adalah pemain kithara, pemain seruling, dan penyanyi. Cabang olahraga yang dipertandingkan adalah lomba lari stadion, pancalomba, gulat, tinju, dan pankration. Cabang olahraga berkuda adalah perlombaan kereta dua kuda, pacuan kuda, dan lempar lembing di atas kuda. Berdasarkan prasasti, dapat diketahui bahwa hadiah yang diberikan kepada pria dan pemuda berbeda-beda. Laki-laki dihadiahi sejumlah drakhma dan/atau mahkota berharga senilai sejumlah drakhma. Anak laki-laki dan remaja diberi sejumlah minyak zaitun.[6]
Upacara
Panathena adalah perlombaan krematitik ('hadiah uang') di mana pemenangnya akan membawa pulang hadiah dengan nilai uang, berbeda dengan stefanitik ('bermahkota') seperti Olimpiade yang menghadiahkan pemenang hanya dengan mahkota. Upacara penghargaan termasuk pemberian amfora Panathena, yaitu bejana keramik besar berisi minyak zaitun yang diberikan sebagai hadiah. Pemenang perlombaan balap kereta perang menerima hadiah seratus empat puluh amfora Panathena penuh berisi minyak zaitun.[7]
Dalam mitologi
Dalam mitos Minotauros, putra Minos bernama Androgeos terbunuh selama perlombaan Panathenai. Beberapa sumber, termasuk Bibliotheke yang ditulis oleh Pseudo-Apollodoros, menyatakan bahwa dia menang dan pesaingnya yang cemburu menyergap dan membunuhnya. Catatan lainnya, seperti Helládos periḗgēsis (Ἑλλάδος Περιήγησις) oleh Pausanias, mencatat bahwa Androgeos diinjak-injak sampai mati oleh banteng gila.
^Waldstein, Charles (1885). "The Panathenaic Festival and the Central Slab of the Parthenon Frieze". The American Journal of Archaeology and of the History of the Fine Arts. 1 (1): 10–17. doi:10.2307/495977. JSTOR495977.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^The Modern Olympics, A Struggle for Revival by David C. Young, p. 42
^The Modern Olympics, A Struggle for Revival by David C. Young, Chapters 4 & 13