Pacoa jaraaliasPacoa jara mbojo (arti: 'pacuan kuda bima') adalah satu jenis olahraga atau pacuan tradisional khas Suku Bima di Kabupaten Bima, Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat yang biasanya menggunakan Kuda Sumbawa. Di masa kini, pacoa jara telah berkembang menjadi sebuah ajang pertandingan tahunan yang rutin diselenggarakan oleh Pemerintahan Kabupaten Bima. Sejak tahun 2016, pemerintah Republik Indonesia mengakui pacoa jara secara resmi sebagai salah satu Warisan Budaya Takbenda khas Indonesia dalam bidang Keterampilan dan Kemahiran Kerajinan Tradisional yang berasal dari Nusa Tenggara Barat.[1]
Etimologi
Secara etimologi, istilah pacoa jara yang aliaspacoa jara mbojo, adalah sebuah pengistilahan dalam bahasa Bima yang memiliki arti 'pacuan kuda', atau secara harfiah disebut 'pacuan kuda bima' . Kata mbojo secara khusus merupakan istilah lokal untuk menyebut Suku Bima itu sendiri (dapat merujuk kepada wilayah maupun etnis).
Sejarah
Pacoa jaraaliaspacoa jara mbojo bukan merupakan hal yang baru bagi masyarakat pribumi pulau Sumbawa, tradisi ini telah dilakukan sejak berabad-abad lalu khususnya oleh masyarakat beretnis Bima dan Sumbawa (pacuan kuda khas Sumbawa bernama maen jaran).
Pacoa jara mengalami revitalisasi masif utamanya sejak tahun 1800-1900an. Bermula dari komandan kavaleri Kesultanan Bima yang bergelar Bumi Jara Nggampo menyeleksi kuda untuk Kesultanan sebagai kuda perang. cara yang dilakukan adalah kuda-kuda diadu kekuatan dan kecepatannya di pinggir pantai. Sejak saat itu, tradisi pacoa jara mulai dikenal dan hidup di tengah-tengah Masyarakat Bima sebagai suatu olahraga pacuan kuda tradisional yang rutin diadakan setiap tahun.[2]
Tata cara
Dalam hal Pacoa Jara di Kabupaten Bima, peraturan yang diggunakan sistem gugur. Bagi kuda yang kalah dalam, tidak diperkenankan untuk mengikuti pertandingan selanjutnya. Sementara para pemenangnya akan bertanding lagi sampai menghasilkan juara.[3]
Klasifikasi
Selain peraturan yang mengatur teknik bermain Pacoa Jara, ada pula peraturan yang mengklasifikasikan kuda-kuda pacuan dalam kelas-kelas tertentu berdasarkan kondisi fisik serta kemampuan yang dimilikinya. Klasifikasi tersebut diantaranya adalah:
Kelas Teka Saru bagi kuda-kuda pemula yang baru pertama kali mengikuti perlombaan;
Kelas Teka Pas bagi kuda yang telah mengikuti perlombaan sebanyak 2-3 kali;
Kelas Teka A bagi kuda berpengalaman dengan tinggi badan antara 117-120 centimeter;
Kelas Teka B bagi kuda berpengalaman dengan tinggi badan minimal 121 centimeter;
Kelas OA bagi kuda berpengalaman dengan tinggi badan 126 centimeter yang giginya telah tanggal sebanyak 4 biji;
Kelas OB bagi kuda berpengalaman dengan tinggi badan antara 127-129 centimeter;
Kelas Harapan bagi kuda berpengalaman dengan tinggi badan minimal 129 centimeter;
Kelas Tunas bagi kuda berpengalaman dengan tinggi badan minimal 129 centimeter dan gigi tarinya telah tumbuh;
Kelas Dewasa.
Lihat pula
Mamajir — balapan tradisional khas suku Kangean di pulau Kangean, Kepulauan Kangean
Pacu jawi — balapan tradisional khas suku Minangkabau di Tanah Datar, Sumatera Barat
Karapan sapi — balapan tradisional khas suku Madura di pulau Madura
Pacu itiak — balapan tradisional khas suku Minangkabau di Payakumbuh, Sumatera Barat
Maen jaran — balapan tradisional khas suku Sumbawa di pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat
Pacu baluik — balapan ketangkasan tradisional suku Minangkabau di Sumatera Barat
Referensi
^"Pacoa Jara", Cultural Heritage, Ministry of Education and Culture of Indonesia, 2016