Meriam Ordnance QF 2-pounder (QF adalah "quick firing" atau "tembak cepat"), atau "meriam 2 pounder", adalah meriam antitank dan kendaraan Inggris semasa Perang Dunia II.
Meriam ini digunakan pada Pertempuran Prancis, dan selama Kampanye Afrika Utara. Dalam varian khusus kendaraan, 2-pounder juga umumnya menjadi senjata utama tank Inggris dan mobil lapis baja, seperti Daimler. Karena proteksi baja tank Poros semakin tebal, meriam ini kehilangan keefektivitasannya, dan berangsur-angsur digantikan oleh 6-pounder pada 1942.
Meriam QF 2-pounder ini bukanlah meriam yang sama dengan meriam QF 2-pounder "pom-pom" yang digunakan AL Inggris sebagai meriam antipesawat, hanya bobot pelurunya lah yang sama (2 pon atau 0,9 kg).
Sejarah
Meriam ini dikembangkan sebagai meriam antitank dan meriam tank sekaligus. Dengan alasan ekonomi dan standardisasi, meriam ini diterima sebagai 2-pdr Mark IX pada Oktober 1935. Rangka pembawanya dirancang oleh Vickers dan Departemen Desain di Woolwich Arsenal.[2]
Vickers adalah perusahaan pertama yang mengumpulkan desain, yang diterima sebagai Ordnance QF 2-pounder Mark IX on Carriage Mark I. Sejumlah kecil dibuat pada 1936. Rangka pembawanya memiliki konstruksi kaki tiga yang inovatif. Dalam posisi pemindahan, satu kaki digunakan untuk menarik meriam, dan dua kaki lainnya dilipat. Ketika meriam diposisikan untuk pertempuran, semua kaki diturunkan dan rodanya dinaikkan. Woolwich Arsenal terus melanjutkan pengembangan rangka pembawanya dan saat diperiksa ulang, tampak lebih baik dari desain Vickers, dan dengan rangka pembawa ini meriam 2-pdr diadopsi sebagai Ordnance QF 2-pounder Mark IX on Carriage Mark II. Dalam konsep keduanya mirip, hanya saja ketika meriam diposisikan untuk pertempuran kedua ban harus dilepas. Rangka pembawa ini juga diproduksi oleh Vickers.[2]
Konstruksi meriam yang tidak biasa memberikan meriam ini stabilitas dan sudut putar 360 derajat, membuatnya mampu menyerang musuh dari arah manapun. Dengan rangka pembawa Vickers, meriam ini juga dapat ditembakkan dengan roda terpasang, namun sebagai gantinya sudut putar meriam berkurang. Meriam 2-pounder 40 mm dapat mengungguli [butuh rujukan]meriam-meriam 37 mm lain, seperti meriam 3,7 cm PaK 36 Jerman atau Bofors 37 mm, dan jauh lebih unggul dari meriam 25 mm dan 20 mm pada masa itu. Kelemahan dari 2-pounder adalah bobotnya yang hampir dua kali lipat dari PaK 36 dan memiliki profil yang lebih tinggi.
Meriam ini pertama kali digunakan pada tank sebagai persenjataan utama tank Cruiser Mk I rancangan Vickers.
Terdapat sebuah proyek menjelang akhir perang, David High Velocity buatan Kanada yang menembakkan amunisi 2-pdr melalui meriam 6-pdr. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kecepatan luncur peluru. Sistem ini masih dikembangkan saat perang usai, dan programnya berhenti saat itu juga.
Pengembangan lainnya adalah meriam 2-pdr HV 'Pipsqueak', meriam pasca perang mengunakan kartrid 40x438R yang mulanya ditujukan untuk menjadi persenjataan utama mobil lapis baja Saladin untuk menggantikan mobil lapis baja AEC. Meriam ini dirancang untuk menembakkan peluru Armour-piercing discarding sabot (APDS) yang dapat mengimbangi penetrasi tembakan 'Littlejohn' sementara tetap bisa menembakkan peluru berdaya ledak tinggi (HE). Faktanya, performa meriam ini lebih baik, tembakan 1,295 m/s mampu menembus lapisan baja setebal 85 mm pada sudut 60 derajat dari jarak 900m. Pengembangan meriam ini ditinggalkan ketika peran Saladin lebih condong pada bantuan tembakan infanteri,dan sebuah meriam berkecepatan rendah 76 mm justru dipilih.
Salah satu kekurangan 2-pdr yang serius adalah ketiadaan peluru berdaya ledak tinggi, terutama ketika meram 2-pdr adalah meriam utama sebuah tank; hal ini sangat penting saat sebuah tank digunakan untuk menyokong infanteri, sehingga tank tersebut hanya memiliki senapan mesin sebagai kegunaan antipersonnel. Sebuah selongsong berdaya ledak tinggi untuk 2-pdr, tapi tidak pernah diproduksi.[3]