Armenia-Turki atau orang Armenia yang tinggal atau berasal dari Turki (bahasa Turki: Ermeniler, bahasa Armenia: Թրքահայեր, Պոլսահայեր), jumlahnya diperkirakan antara 40.000 (1995) hingga 70.000,[1] adalah sisa-sisa dari suatu komunitas yang dulunya lebih besar. Sebelum Perang Dunia I, jumlah orang Armenia yang tinggal di Anatolia timur ada 1,5 juta orang. Sejak akhir abad ke-19, ketegangan-ketegangan antar-kelompok mendorong emigrasi hingga 100.000 orang Armenia pada tahun 1890-an dan sejumlah besar lainnya dibunuh dalam pembantaian Hamidian. Pada 1915, pemerintah Ottoman memerintahkan semua orang Armenia dideportasikan dari Anatolia timur. Sekurang-kurangya 1 juta orang Armenia - yang saat itu jumlah keseluruhannya sekitar 2 juta orang - meninggal dalam suatu barisan paksa ke selatan yang dimulai pada musim semi 1915. Orang-orang Armenia dan kebanyakan sejarahwan berpendapat - sementara Turki menyangkal - bahwa bencana yang menimpa komunitas mereka adalah akibat kekejaman yang dilakukan atas petunjuk-petunjuk pemerintah Ottoman, dan bahwa hal itu merupakan genosida.
Kebanyakan orang Armenia yang tinggal di Turki terkonsentrasi di İstanbul dan sekitarnya. Seperti orang-orang Yunani, mereka bekerja sebagai bankir dan pedagang, dengan kontak-kontak internasional yang luas. Orang-orang Armenia memiliki koran-koran dan sekolah-sekolah mereka sendiri. Mereka berpegang pada iman Apostolik Armenia sendiri dan mengidentifikasikand iri sebagai orang Armenia dan bukan orang Turki. Selain itu, mereka mempunyai sanak keluarga di diaspora Armenia di seluruh dunia. Pembentukan negara Armenia yang merdeka di perbatasan timur Turki setelah dibubarkannya Uni Soviet pada 1991 merupakan sumber kebanggaan etnis bagi orang-orang Armenia di Turki. Namun, konflik Armenia dengan Azerbaijan yang beretnis Turki, ditambah dengan dukungan membabi-buta terhadap Azerbaijan di media Turki, telah membangkitkan kekhawatiran di antara minoritas Armenia tentang status masa depan mereka di Turki.
Jumlah etnis Armenia yang saat ini hidup di Turki sesungguhnya mungkin lebih banyak daripada angka resmi yang diberikan, yang didasarkan pada definisi Armenia sebagai minoritas Kristen (ekalliyet). Setelah kejadian tragis 1915-1917, sejumlah anak Armenia menjadi yatim. Banyak dari anak yatim Armenia diangkat anak oleh keluarga-keluarga Muslim setempat, yang mengganti nama mereka dan membesarkan mereka secara Islam. Sementara para misionaris Kristen Barat dan orang-orang Armenia yang selamat mulai mencari dan mengklaim anak-anak yatim Armenia ini setelah Perang Dunia I, hanya sebagian kecil saja yang ditemukan dan dipersatukan kembali dengan sanak keluarganya, sementara banyak lainnya tetap hidup sebagai orang Turki. Selain itu, sebagian keluarga Armenia menjadi Islam untuk menyelamatkan diri dari genosida. Karena itu, ada sejumlah orang yang berdarah Armenia di Turki saat ini yang tidak menyadari nenek moyang mereka dan juga sejumlah orang Armenia "rahasia", yang menyembunyikan identitas Kristennya (atau Hamshenis).[2] Pada 1960-an, sebagian dari keluarga-keluarga ini kembali memeluk Kristen dan mengubah nama mereka.
Dalam beberapa tahun belakangan ini sekitar 40.000 orang Armenia (warga negara Republik Armenia) datang ke Turki untuk mencari pekerjaan.[3]
Orang Armenia di Turki menyebut Natal sebagai Surp Dzınunt (Kelahiran Suci) dan sebelumnya ada 50 hari persiapan yang disebut Hisnag. Minggu pertama, keempat, dan ketujuh dari Hisnag ini adalah periode puasa vegetarian bagi para anggota gereja dan setiap Sabtu pada saat matahari terbenam, sebuah lilin ungu yang baru dinyalakan bersama doa dan nyanyian-nyanyian gereja.
Malam Tahun Baru yang jatuh di dalam masa Hisnag dilewati bersama keluarga. Orang Armenia pergi ke gereja untuk mengucap syukur untuk tahun yang telah lewat dan pada malam harinya, anggota keluarga dan teman-teman berkumpul untuk makan malam. Orang-orang yang miskin, kesepian, dan yatim piatu tidak dilupakan dan diundang untuk makan malam. Karena ini adalah masa puasa, yang disajikan adalah makanan laut dan sayuran, dengan topik dan kacang-kacangan kering yang selalu ada. Pada malam Tahun Baru, sekitar tengah malam, semua lampu dimatikan dan Doa Bapa Kami diucapkan pada tengah malam. Setelah doa, semua lampu di dalam rumah dinyalakan kembali dan keluarga-keluarga saling memberikan ucapan selamat. Anak-anak mendapat hadiah dan anuşabur disajikan. Pada hari Tahun Baru, orang Armenia di Istanbul sering kali memecahkan sebuah delima, lambang kemakmuran, di pintu-pintu masuk ke toko, atau meletakkan buah delima di meja mereka. Sekurang-kurangnya sebuah ayazma dikunjungi.
Pada malam Natal, yang jatuh pada 5 Januari, dinyalakan 7 lilin ungu secara bersama-sama dan setelah mengikuti kebaktian di gereja pada senja hari, keluarga-keluarga berkumpul untuk makan malam Natal yang, seperti pada malam Tahun Baru, umumnya terdiri dari makanan laut. Pada hari Natal, pada 6 Januari, orang-orang pergi ke gereja untuk mengikuti misa Natal antara pk. 10.00 hingga 12.00. Di distrik Kumkapi, Istanbul, Patriarkh memimpin suatu pawai keagamaan yang dimulai pada pk. 10.00 pagi dari Kantor pusat Patriarkhi ke Gereja Patriarkhal Surp Asdvadzadzin. Di sore harinya, perayaan pintu terbuka diselenggarakan di Patriarkhat. Pada hari Natal kedua, pada 7 Januari, keluarga-keluarga mengunjungi makam sanak keluarga mereka dan berdoa.[4]
Daftar sekolah Armenia di Istanbul
Sekolah-sekolah di sini adalah dari Taman Kanak-kanak hingga kelas 12 (TK-12), Taman Kanak-kanak hingga kelas 8 (TK-8), atau dari kelas 9 hingga kelas 12 (9-12).