Open Air Museum Rumah Bolon Purba adalah sebuah museum arkeologi yang terletak di daerah Sumatera Utara. Museum ini menampilkan situs purbakala berupa bangunan-bangunan tradisional Batak Toba, yang dikenal sebagai Rumah Bolon. Rumah Bolon adalah rumah adat tradisional suku Batak Toba yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakatnya. Di museum ini, pengunjung dapat melihat struktur bangunan Rumah Bolon yang terbuat dari kayu dan beratapkan ijuk, serta melihat berbagai artefak dan benda-benda peninggalan sejarah yang terkait dengan kehidupan tradisional suku Batak Toba.
Selain itu, museum ini juga menyajikan informasi tentang sejarah, budaya, dan kehidupan masyarakat Batak Toba melalui pameran di luar ruangan yang menarik dan edukatif. Open Air Museum Rumah Bolon Purba merupakan destinasi yang menarik bagi pengunjung yang tertarik untuk mempelajari sejarah dan budaya lokal Sumatra Utara, serta menikmati keindahan arsitektur tradisional Batak Toba.
Sejarah singkat museum
Rumah Bolon Adat yang kini berfungsi sebagai museum merupakan bekas istana Raja Pematang Purba yang didirikan pada masa pemerintahan Tuan Rahalim, raja ke-12 Kerajaan Purba pada tahun 1864.[1] Istana Pematang Purba sendiri berdiri di atas tanah atau bukit yang dikelilingi oleh jurang dan lembah-lembah, dan dibatasi oleh pagar tanaman bambu dan pohon-pohon besar, hal ini diakibatkan oleh situasi saat itu yang memungkinkan adanya serangan dari suku lain. Dahulu untuk mencapai istana ini sulit melalui terowongan, namun saat ini telah direhabilitasi sehingga lebih mudah dilalui.[2]
Pada tahun 1961, Rumah Bolon Purba ditetapkan sebagai objek wisata oleh Bupati Simalungun. Lokasi museum ini berada dalam jarak sekitar 180 km dari Bandara Polonia-Medan dan sekitar 205 km dari Pelabuhan laut Belawan. Museum ini dikelola oleh Yayasan Museum Simalungun dan mendapat pengesahan dari notaris pada tanggal 7 Juni 1966.[2]
Rumah Bolon Purba beserta perangkat bangunannya dibangun sekitar abad ke-16 oleh Raja Purba. Koleksi museum ini terdiri atas delapan bangunan, termasuk Rumah Bolon Purba, Balai Bolon, Pattangan Raja, Pattangan Permaisuri, Jambur, Balai Buttu, Jabu Jingga, dan sebuah lesung. Selain menampilkan koleksi dengan nilai kultural, museum ini juga menyelenggarakan berbagai kegiatan, termasuk ceramah dan diskusi.
Informasi spesifik lokasi
Rumah Bolon merupakan sebuah bangunan tradisional Batak Toba yang terletak di Desa Huta Siallagan, sekitar 4 km di sebelah timur Kota Ambarita, tepatnya di pinggiran Danau Toba. Danau Toba merupakan danau vulkanik terbesar di dunia dan menjadi salah satu destinasi wisata yang populer di Sumatera Utara. Kota terdekat dari Danau Toba adalah Medan, ibu kota Sumatera Utara dan kota terbesar ketiga di Indonesia, yang memiliki akses melalui bandara internasional menuju berbagai tujuan domestik dan internasional. Perjalanan dari Medan ke Danau Toba dapat ditempuh dengan bus, taksi, atau mobil pribadi dalam waktu sekitar 4 hingga 5 jam. Selain itu, wisatawan dapat menggunakan Bandara Silangit yang lebih dekat, dengan pilihan penerbangan yang lebih terbatas, memerlukan perjalanan darat sekitar 2 jam untuk mencapai Danau Toba.[3]
Setelah tiba di Danau Toba, wisatawan perlu menggunakan layanan feri untuk mencapai Pulau Samosir. Terminal feri berada di Parapat, sebuah kota kecil di tepi selatan danau. Feri beroperasi setiap jam dari pukul 7 pagi hingga 7 malam dan memerlukan waktu sekitar 45 menit untuk mencapai Pulau Samosir. Feri dapat mengangkut kendaraan bermotor, sehingga wisatawan dapat membawa kendaraan pribadi jika diperlukan. Feri akan berhenti di dua pelabuhan di Pulau Samosir, yakni Tuktuk dan Tomok. Tuktuk merupakan area wisata utama dengan beragam hotel, restoran, dan toko, sementara Tomok adalah desa yang lebih kecil yang terkenal dengan makam Raja Sidabutar, salah satu penguasa Batak Toba terkemuka. Dari Tuktuk atau Tomok, wisatawan dapat menggunakan bus lokal, taksi, atau mobil pribadi untuk mencapai Rumah Bolon, dengan waktu perjalanan sekitar 30 hingga 40 menit.[3]