Ongen Latuihamallo
Raymond JJ Latuihamallo atau Ongen Latuihamalo (3 April 1956 - 2 Mei 2012) adalah seorang penyanyi era 80an. Ongen juga seorang saksi kunci kasus kematian Munir Said Thalib.
BiografiRaymond JJ Latuihamallo alias Ongen lahir di Ambon pada 3 April 1956. Salah satu solois bersuara emas dari Indonesia Timur, yang juga merupakan paman dari Glenn Fredly.[1] Karier industri musikNama Ongen Latuihamallo mulai muncul dalam industri rekaman Indonesia pada sekitar tahun 1983, debut Ongen di industri musik Indonesia sangat manis. saat itu Ongen merilis debut albumnya berjudul Mega Mega Biru dengan diiringi oleh Jopie Item dan juga Pance F Pondaag. Saat itu nama Utha Likumahuwa, Jopie Latul dan Henry Manuputty tengah berkibar sebagai penyanyi solo. Selain tampil sebagai penyanyi ternyata Ongen memiliki kemampuan sebagai seorang penulis lagu. Di tahun 1987 lagu karya Ongen bertajuk “Diantara Kita” berhasil masuk sebagai finalis dalam Festival Lagu Populer Indonesia 1987. Lagu karya Ongen Latuihamallo ini dinyanyikan oleh Emillia Contessa. Di tahun 1988 kembali lagu karya Ongen bertajuk Untuk Kasih Sayang masuk sebagai finalis dalam ajang Festival Lagu Populer Indonesia 1988, lagu tersebut dinyanyikan secara duet oleh Diana Nasution dan Vicky Vendi. Album Mega-mega Biru (1983) memang tidak begitu populer namun fenomenal! Simak saja lagu-lagu “Ilusi Kata Hati” atau “Cinta Biru” yang pasti bakal jadi favorit kamu. Album ini dibantu pula oleh musisi-musisi andalan saat itu seperti Yopie Item, Pance F Pondaag, Tito Soemarsono, dan masih banyak lagi. Di tahun-tahun selanjutnya, Ongen lebih banyak merilis album bertema Ambon dengan berbagai macam genre, di antaranya reggae, pop jazz, dan funk. Ongen Latuihamallo lebih banyak melakukan kegiatan rohani berupa Pelayanan Tuhan.Musik tetap tidak ditinggalkan, Ongen lebih banyak menulis lagu serta menyanyikan lagu-lagu bernuansa rohani. Kasus MunirPada 2004, nama Ongen sempat dikaitkan dengan peristiwa kematian aktivis HAM, Munir Said Thalib. Saat itu, sejumlah saksi yang didengar keterangannya oleh TPF Munir sempat menyebutkan keberadaan Ongen di Bandara Changi, Singapura, bersamaan dengan keberadaan Munir dan Pollycarpus Budihari Priyanto. Informasi senada sebenarnya juga sempat diungkap Ongen, saat didengar keterangannya secara khusus oleh perwira polisi, Mathius Salempang, dan seorang pendeta. Disebutkan Mathius, Ongen mengaku melihat Munir berinteraksi di Coffee Bean, Bandara Changi, Singapura, dengan Pollycarpus. Namun, kemudian pihak Ongen membantah tegas informasi tersebut. Ongen justru mengatakan, pernyataan tersebut disampaikannya lantaran ada tekanan dari Mathius Salempang, yang ketika itu menjadi penyidik terkait kasus kematian Munir. Ditambahkan dia, kata yang dikatakan Ongen sebagai saksi kunci juga tidak tepat. Meskipun dia banyak mengetahui dan memiliki alat bukti. "Alat bukti kematian Munir kan banyak bukan hanya dari Ongen. Ini tidak tepat jika dikatakan saksi kunci," terangnya. Seperti diketahui, Ongen merupakan saksi kunci kasus pembunuhan Munir. Dia yang membeberkan aktivitas Munir sesaat sebelum meninggal dalam pesawat menuju Belanda. Saat itu, Ongen yang tengah transit di Bandara Changi, Singapura, sempat melihat Munir duduk bersama dengan Pollycarpus. Karena kesaksiannya itulah, Pollycarpus dijatuhi hukuman 20 tahun penjara.[2][3] Bukan hanya membantah pernyataannya, pada 2007, Ongen juga sempat menyerahkan surat ke DPR untuk meminta perlindungan. Tapi, saat itu anggota Komisi Hukum DPR dari F-PPP Lukman Hakin Saefuddin menyatakan permintaan perlindungan hukum Ongen ke DPR salah alamat dan dia khawatir itu justru mengaburkan proses hukum yang sedang berjalan. KematianOngen Latuihamalo meninggal dunia pada Rabu 2 Mei 2012 sekitar pukul 17.00 WIB. Penyanyi Glenn Fredly yang merupakan keponakannya menyatakan rasa dukanya. "Saya baru kehilangan orang yg paling penting dlm hidup saya,om-ku Ongen Latuihamallo..saya sangat berduka kawan..Rest in Love om Ongen.." bunyi kicauan Glenn dalam akun twitternya saat Liputan6 menelusurinya, Kamis, 3 Mei 2012. Anggota DPR RI Yorries Raweyai, yang ditemui Beritasatu.com, di acara kebaktian penghiburan untuk Ongen di RSPAD, Jakarta Pusat, menuturkan selama 20 tahun mengenal dan berteman dengan Ongen dirinya tidak pernah mendengar keluhan atau kabar Ongen mengidap penyakit jantung. "20 tahun saya mengenal Ongen, tidak pernah saya dengar dia punya masalah dengan jantungnya. Tapi bisa saja itu yang namanya sudden death," katanya. Yorries juga mengisahkan secara panjang lebar tentang kronologis kematian Ongen. Salah satunya, soal percekcokan di jalan yang dialami Ongen dengan seorang yang mengaku sebagai anggota TNI. Yorries mengungkapkan, sejatinya sebelum kematian Ongen tengah dalam perjalanan untuk kembali ke rumahnya di Bintaro, Tangerang Selatan, setelah sebelumnya jalan-jalan bersama keluarga. "Ongen beserta anak bungsunya, Sabilsa, dan istrinya, Eta Pattinasarani, akan menuju ke kediamannya di Bintaro untuk berganti baju, karena hendak melayat kerabatnya yang meninggal dunia. Sebelumnya mereka bertiga sedang berjalan-jalan," katanya. Sesampainya di salah satu lampu merah di Jl Panglima Polim, Jaksel, Yorries memaparkan, terjadilah insiden dengan pengguna jalan lainnya. Pengemudi mobil yang berhenti di depan mobil yang dikemudikan Ongen lantaran rambu menunjukkan warna merah, tidak kunjung menjalankan kendaraannya saat lampu lalu lintas sudah berubah hijau. Ongen kontan menekan klakson mobil. Tapi, sambung Yorries, mobil itu tetap bergeming. "Karena itulah Ongen lalu menyalip mobil tersebut. Tapi, malah diserempet dan dilempar botol air mineral kemasan," tuturnya. Melihat hal itu, Ongen turun dari kendaraan yang ditumpanginya dan langsung mengambil sejumlah gambar. Sedangkan, pengemudi mobil yang melemparkan botol air mineral itu sempat melayangkan pukulan. "Pertengkaran itu dilerai baik oleh Eta maupun Sasa. Keduanya mengingatkan bahwa tujuan mereka adalah kembali ke rumah di Bintaro. Ongen juga diminta jangan terpancing meladeni aksi brutal pengendara mobil itu," ujarnya. Nah saat itulah, menurut Yorries, si pengendara mobil tersebut sempat meneriakkan kata-kata, "Saya anggota TNI." Setelah insiden tersebut, Ongen jatuh terkulai di pangkuan istrinya dan meninggal dunia. "Dengan disertai tangisan, informasi tentang insiden dan kematian mendadak Ongen itu dikabarkan oleh Sasa ke keluarga-keluarganya yang lain," pungkasnya. Selain Yorries, tampak hadir dalam acara kebaktian untuk Ongen itu sejumlah selebritas. Di antaranya, Enteng Tanamal dan Andre Hehanusa. Kebaktian tersebut dipimpin Pendeta Gilbert Lumoindong.[4] Ongen meninggal saat kendaraannya berada di kawasan Blok M. Eta langsung berteriak meminta bantuan dari pengendara motor dan warga di pinggir jalan. Ongen kemudian dibawa ke RS Pertamina pukul 17.30 WIB. Dokter menyebut Ongen terkena serangan jantung. "Papa terkena serangan jantung. Tapi selama ini dia enggak pernah ngeluh sakit," tutur Eta. Menurut Indri, Ongen dalam satu pekan sibuk memenuhi undangan menyanyi di sejumlah gereja. "Kemarin Paskah berturut-turut nyanyi enggak ada istirahat," ujarnya.[5] Sebelum akhirnya meninggal dipangkuan istrinya Eta, Raymond J Latuihamallo atau Ongen sempat membeli barang-barang dengan keluarganya. Salah satunya adalah membeli baju serba hitam. "Kami belanja jalan-jalan, dia beli baju sebagainya warna hitam semua dia pilih, jadi saya yakin percaya, itu wakil tuhan," kata istri mendiang Ongen, Eta JJ latuihamallo di TPU Tanah Kusir Jakarta Selatan.[6] Ongen Latuihamallo tiba-tiba terkena serangan jantung saat mengendarai mobil usai berbelanja bersama istrinya Eta Latuihamallo dan putri bungsunya Sabilsa. Namun, Eta menyebut suaminya tidak memiliki riwayat sakit jantung. "Dia enggak pernah ngeluh sakit jantung, engga punya sakit jantung. Tapi kemarin tiba-tiba 'ngangkat' dan langsung enggak ada," kata Eta di Rumah Duka RSPAD Gatot Soebroto, Jakpus. Ongen meninggalkan seorang istri dan dua putri. Pemakaman rencananya akan dilakukan pada Jumat di Tanah Kusir, Jakarta.[7][8]
Referensi
|