Omed-omedan, juga dikenal sebagai "Ritual Berciuman", adalah upacara yang diadakan oleh pemuda-pemudi Banjar Kaja, di desa Sesetan yang diadakan setiap tahun.[1] Omed-omedan diadakan setelah Hari Raya Nyepi, yakni pada hari ngembak geni untuk menyambut tahun baru saka.[1] Omed-omedan berasal dari bahasa Bali yang artinya tarik-tarikan.[2]
Upacara ini dilakukan untuk menjalin silaturahmi antar sesama warga dan menjaga keharmonisan dan solidaritas masyarakat.[3][4] Upacara ini juga menjadi tempat bertemunya orang lajang. Banyak pasangan pertama kali bertemu satu sama lain melalui upacara ini.[5][6][7]
Sejarah
Upacara omed-omedan diperkirakan telah ada sejak abad ke-17.[2]
Menurut legenda,[2] setelah hari Nyepi, ada permainan med-medan dari masyarakat Kerajaan Puri Oka (sekarang berada di Denpasar selatan). Dalam permainan tersebut, pemuda pria & wanita saling tarik-menarik, tetapi seiring waktu berubah menjadi saling merangkul.[8] Pada suatu hari, Ida Bhatara Kompiang, penglingsir kerajaan yang waktu itu sakit,[9] terganggu oleh suara gaduh dari med-medan dan mencoba menghentikan upacaranya. Namun, setelah keluar, rajanya sembuh. Dia kemudian memerintahkan bahwa med-medan diadakan setiap ngembak geni (menyalakan api pertama) setelah Nyepi.[10]
Pemerintah kolonial Hindia Belanda mencoba melarang med-medan, tetapi masyarakat mengabaikan larangan tersebut.[10] Pada 1984, ada perintah pemberhentian upacara karena ada keluhan mengenai orang muda yang berciuman selama pelaksanaannya. Tetapi, masyarakat tetap menyaksikan upacara tersebut. Tiba-tiba, ada perkelahian antara 2 babi, yang berkelamin laki-laki dan perempuan dan berlangsung selama sejam.[9][11] I Gusti Ngruha Oka Putra, seorang tokoh Pura, mendapat laporan perkelahian dari seseorang warga; saat tiba di sana, perkelahiannya berhenti. Karena warga menganggap itu tanda buruk, diputuskan dalam musyawarah bahwa upacara med-medan dibolehkan.[11]
Pada tahun 1990-an, penyelenggara upacara berganti dari banjar adat ke sekaa teruna, dan pada tahun 2000-an, nama upacaranya berubah menjadi omed-omedan. Sesetan Heritage Omed-omedan Festival (Festival Warisan Sesetan Omed-omedan, SHOF/SHOOF) telah diadakan sejak tahun 2009.[12][13]
Pelaksanaan
Omed-omedan melibatkan sekaa teruna teruni (STT) atau pemuda-pemudi belum menikah berumur 17–30 tahun. Peserta upacara ini terdiri dari 40 pria dan 60 wanita.[14] Sisa peserta akan dicadangkan untuk tahap berikutnya.[14]
Pembukaan
Prosesi omed-omedan dimulai dengan uraian singkat dari prajuru banjar, yaitu pengurus banjar yang terdiri dari kelihan banjar (yang bertugas memberi petunjuk kepada peserta upacara), kelihan dinas, dan ketua STT.[15]
Setelah penyampaian uraian singkat, diadakan persembahyangan bersama untuk memohon keselamatan. Pertama, pemimpin persembahyangan bersama (jero pemangku pura), menyembahkan sesajen bernama banten pejati.[15] Kemudian, peserta berdoa panca sembah.[16] Setelah itu, pemimpin memercikkan tirta amerta (air kehidupan) sebagai simbol anugerah Sang Hyang Widhi kepada umatnya, serta memberikan beberapa butir bija (beras yang dibasahkan di pura) kepada-Nya.[15]
Setelah persembahyangan bersama diadakan pertunjukan Tari Barong Bangkung (Barong Babi) untuk mengingat perkelahian kedua babi di desa Sesetan.[2]
Upacara
Peserta dibagi menjadi kelompok laki-laki (teruna) dan perempuan (teruni).[2] Kedua kelompok tersebut akan saling berhadapan di jalan utama desa. Setelah seorang sesepuh memberikan aba-aba, mereka saling berhadapan dan tarik menarik menggunakan tangan kosong.[14][10] Mereka juga berpelukan dan berciuman satu sama lain.[3][17] Setelah beberapa waktu, pecalang akan menyiram air kepadanya sebagai pertanda berhenti.[16]
Ketika pemimpin kelompok melewati garis tertentu, fase berakhir dan dinyatakan kelompok tersebut kalah dan harus menyerahkan pemimpinnya kepada kelompok yang menang, yang menjadi pacundang. Tempat kelompok ditukar setiap 2 fase.[15][16] Upacara ini dilakukan hingga seluruh peserta selesai atau jam 17:00 waktu setempat.[14][16]
Penutupan
Setelah upacara selesai, kelihan banjar mengucapkan terima kasih kepada masyarakat dan membubarkan warga masyarakat. Prajurit banjar juga meminta maaf jika ada yang salah selama upacara omed-omedan. Kemudian, seluruh warga dan pejabat yang hadir makan bersama di Banjar Kaja Desa Pakraman Sesetan. Sambil makan, kelihan banjar dan bendesa menyampaikan hal yang bisa diperbaiki dan usulan untuk upacara omed-omedan tahun depan.[15][16]
^ abcd"Upacara Med Medan". wisatadewata.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-06-06. Diakses tanggal 6 Juni 2014.22.00.Periksa nilai tanggal di: |accessdate= (bantuan)
^Team, NOW Bali Editorial (2016-12-08). "Omed-Omedan : Bali's Unique Kissing Ritual" [Omed-Omedan : Ritual Berciuman Unik di Bali]. NOW! Bali (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-03-25.