Letnan Cina Oey Thai Lo (juga dikenal sebagai Oey Thoa atau Oey Se) dulu adalah seorang tokoh Tionghoa-Indonesia yang bertindak sebagai pachter untuk tembakau pada awal abad ke-19.[1][2]
Cerita rakyat setempat menyatakan bahwa Oey Thai Lo menemukan obligasi Belanda di rumah seorang petani Jawa miskin. Ia lalu menukar obligasi tersebut dengan uang. Ia kemudian menggunakan uang tersebut sebagai modal untuk berbisnis di bidang tembakau.[2]
Menurut Tjerita Oeij Se karya Thio Tjin Boen, Oey Thai Lo pindah dari Pekalongan ke Batavia, karena malu dengan putrinya yang menikahi seorang pria pribumi, yakni anak dari Bupati Pekalongan.[8] Di Batavia, Oey dikenal berkat kegiatan filantropisnya dan kemudian berteman dengan Tan Eng Goan, Mayor Cina Batavia.[1] Oey pun menyediakan dukungan keuangan untuk Tan yang mengalami kesulitan keuangan.[1] Karena telah membantu Tan dan sering melakukan kegiatan filantropis, Oey Thai Lo lalu diangkat menjadi Letnan Cina Kongsi Besar.[1]
Letnan Cina Oey Thai Lo meninggal sekitar tahun 1838 di Batavia dan mewariskan uang senilai dua juta gulden untuk anak-anaknya.[1] Salah satu anaknya, Oey Tamba Sia, terkenal karena bermain wanita dan mendalangi sejumlah pembunuhan, yang ia coba hubungkan dengan pesaingnya, Lim Soe Keng Sia, menantu Tan Eng Goan.[1] Setelah ditangkap, Oey Tamba Sia divonis hukuman gantung.[1]
Cerita hidup Letnan Cina Oey Thai Lo dan anaknya, Oey Tamba Sia, pun menjadi dasar dari sejumlah karya literatur Tionghoa-Melayu dan menjadi bagian dari cerita rakyat Betawi.[6]
Melalui putra bungsunya, Oey Macau Sia, Letnan Cina Oey Thai Lo adalah kakek dari Oey Giok Koen, yang menjabat sebagai Kapitan CinaTangerang dan membeli tanah partikelirTigaraksa.[7] Saat ini, keturunan Letnan Cina Oey Thai Lo adalah pemilik dari Tigaraksa Group dan Sintesa Group di Indonesia.[7][5]
^ abcHornaday, Robert; Manajemen, Universitas Gadjah Mada Program Magister (1994). Cases in strategic management (dalam bahasa Inggris). Magister Manajemen, Universitas Gadjah Mada.