Lim Soe Keng Sia (1819–1883), juga dikenal sebagai Liem Soe King Sia, Soe King Sia, atau Lim Soukeng Sia, dulu adalah seorang pachter, atau pemungut pajak, di Batavia, ibu kota Hindia Belanda, yang paling dikenal berkat persaingannya dengan playboy Betawi, Oey Tamba Sia.[1][2][3] Ia bertindak sebagai administrator dari 'Ngo Ho Tjiang' Kongsi, konsorsium monopoli opium paling berpengaruh di Batavia pada awal hingga pertengahan abad ke-19.[4]
Kehidupan awal
Ia lahir pada tahun 1819 di Tegal, Jawa Tengah.[5][6][1] Ia adalah anak dari Kapitan Lim Ke Tjang (1781–1826), cucu dari Kapitan Lim Soen Boen (1756–1813), dan berasal dari sebuah keluarga aristokrasi 'Cabang Atas'.[6][1] Kakek dan ayahnya adalah Kapitan Cina Tegal mulai tahun 1770 hingga 1813, dan mulai tahun 1813 hingga 1826, yang mana dengan jabatan tersebut, mereka memimpin komunitas Cina di wilayah tersebut atas nama pemerintah Hindia Belanda.[6][7] Kakaknya, Lim Soe Tjong, lalu menggantikan ayahnya sebagai Kapitan Cina Tegal mulai tahun 1826 hingga 1832.[6] Sebagai keturunan dari pejabat Cina, Lim pun menyandang gelar turunan Sia.[1]
Karir
Menurut sejarawan Phoa Kian Sioe, Lim mendapat pendidikan yang baik serta fasih berbicara dalam klasik Tionghoa dan dalam bahasa Belanda.[1][4][3] Phoa mengklaim bahwa keluarga Lim lalu jatuh miskin karena mismanajemen keuangan, sehingga memaksa Lim untuk merantau ke Batavia guna mencari peluang baru.[1][4]
Berkat latar belakang keluarga dan pendidikannya yang layak, Lim kemudian dipilih oleh Tan Eng Goan, Mayor Cina pertama Batavia, sebagai suami dari salah satu putrinya, yakni Tan Bit Nio.[4] Keduanya lalu menikah pada tahun 1836 dengan Mayor Tan Eng Goan bertindak sebagai saksi pernikahan dari pihak perempuan, sementara Kapitan Lim Soe Tjong bertindak sebagai saksi pernikahan dari pihak laki-laki.[5] Menurut Phoa, Mayor Tan Eng Goan kemudian mengupayakan agar Lim dapat ditunjuk sebagai administrator dari 'Ngo Ho Tjiang' Kongsi.[1][4] Sebagai administrator, Lim bertugas mengelola pacht opium, atas nama mitra-mitra konsorsium.[4]
Pada suatu waktu, Lim bertemu dengan orang Tionghoa lain yang baru merantau ke Batavia, yakni Oey Tamba Sia, anak dan pewaris dari pengusaha tembakau kaya asal Pekalongan, Letnan Oey Thai Lo.[1][3] Lim dan Oey awalnya berteman. Kemudian, Lim dituduh melecehkan salah satu teman wanita dari Oey, sehingga sejak saat itu, keduanya bermusuhan.[2][4][3]
Permusuhan mereka memuncak saat Oey Tamba Sia meracun pegawainya, Oey Tjeng Kie, agar dapat menuduh Lim sebagai pembunuhnya, sehingga merusak nama baik Lim.[2][4][3] Namun, Oey Tamba Sia akhirnya terbukti bersalah. Oey dan komplotannya lalu dihukum gantung di halaman Stadhuis Batavia (kini menjadi Museum Sejarah Jakarta).[2][4][3] Sementara Lim dibebaskan dan nama baiknya dipulihkan.[4][3]
Cerita Oey Tamba Sia dan Lim Soe Keng Sia kemudian menjadi dasar dari sejumlah karya sastra Tionghoa-Melayu dan menginspirasi cerita rakyat Betawi.[8]
Lim Soe Keng Sia akhirnya meninggal di Batavia pada tanggal 21 Mei 1883 pada usia 63 tahun.[5]