Nyoman Trianawati adalah seorang seniman asal Bali. Ia tenar sebagai seorang penari. Namun sesungguhnya ia bukan hanya seorang penari, ia juga seorang koreografer dan pelukis. Ia tergabung dalam wadah komunitas Bengkel Tari AyuBulan yang didirikan pakar legong Ayu Bulantrisna Djelantik. Baginya menari bukan sekadar bergerak secara fisik, tetapi menari bisa menjadi sebuah meditasi diri.[1]
Nyoman Trianawati sang pelestari budaya, disaat zaman bergulir menjadi modern globalisasi tidak dapat dicegah banyak masyarakat bali mulai meninggalkan budaya yang di anggap kuno. Saat ini tari kuno bali sudah mulai sedikit peminat. Namun Nyoman Trianawati ia tetap besemangat melestarikan tarian kuno tersebut denan mendirikan sanggar tari “Bengkel Tari AyuBulan” dirumahnya. Bahkan sejak ia kuliah ia sudah mengajar tari.
Menari adalah sebuah kecintaan, sebelum menari ia selalu melakukan ritual berdoa. Saat menari ia melakukannya dengan penuh penghayatan. Baginya tarian yang dilakukan adalah untuk Tuhan. Ia menari untuk Tuhan atas talenta yang telah dianugrahkan kepadanya.
Tarian-tarian yang dibawakan Nyoman Trianawati kebanyakan tarian pemujaan Tuhan, seperti tari Rejang dan Baris Gede, dimana tak sembarang orang bisa membawakannya.
Menari baginya adalah totalitas tanpa batas, bukan hanya bergerak dan tersenyum namun juga penjiwaan.
Catatan kaki
^Wulan, Mawar (27 September 2018). "Menari Itu Meditasi". Kompas.