Nyaung-u Sawrahan (bahasa Burma: ညောင်ဦး စောရဟန်း, diucapkan [ɲàʊɴʔúsɔ́jəháɴ]; juga dijuluki Taungthugyi Min sekitar tahun 924–1001) adalah raja Dinasti Pagan dari Burma (Myanmar) mulai sekitar tahun 956 hingga 1001. Meskipun berdasarkan suatu legenda ia dikenang sebagai Raja Mentimun dalam kronik Burma, Sawrahan adalah raja Pagan paling awal yang keberadaannya diverifikasi oleh bukti tertulis.[1]
Kronik tradisi
Meskipun penting secara historis, ilmuwan sejarah mengidentifikasikan catatan kekuasaan Sawrahan dalam kronik sebagai legenda. Menurut legenda tersebut, Sawrahan merebut takhta dari Raja Theinhko. Sawrahan, yang dulunya petani, membunuh Theinhko karena Theinhko mencuri mentimun dari ladangnya. Nyaung-u Sawrahan kemudian diterima sebagai raja oleh ratu untuk mencegah kerusuhan dalam kerajaan dan menjadi terkenal sebagai Taungthugyi Min (Raja Mentimun atau Raja Petani; တောင်သူကြီးမင်း).[2] Cerita ini seperti kisah dongeng. Setidaknya ada tiga versi lain, yaitu satu versi yang persis sama berupa dongeng Burma "Putri Thudhammasari" dan dua versi dalam sejarah Kamboja, dari abad ke-8 dan ke-14. Raja-raja Kamboja mengaku sebagai keturunan dari petani.[3]
Nyaung-u Sawrahan digulingkan oleh Kunhsaw Kyaunghpyu, yang kemudian dilengserkan oleh putra Sawrahan, yaitu Kyiso dan Sokkate.
Waktu
Berbagai kronik tidak sependapat mengenai masa kehidupan dan kekuasaan Sawrahan.[4] Kronik tertua Zatadawbon Yazawin dianggap paling akurang mengenai periode Pagan.[note 1] Tabel di bawah berisikan tahun-tahun yang disebutkan oleh keempat kronik utama, termasuk Hmannan yang didasarkan pada periode Anawrahta yang telah diverifikasi berdasarkan inskripsi tahun 1044 M.[4]
Sawrahan memiliki tiga orang istri. Setelah ia dibunuh oleh Kunhsaw Kyaunghpyu, ketiga istrinya dinikahi oleh Kunshaw. Tetapi, saat itu, dua dari tiga istri Sawrahan sedang hamil mengandung anak Sawrahan. Dari keduanya, lahir Kyiso dan Sokkate. Kyiso dan Sokkate dibesarkan oleh Kunshaw seperti anaknya sendiri.[5]
Peninggalan
Saat Sawrahan memerintah Pagan, satu dari beberapa di Burma Atas setara kota, "tumbuh dalam kekuasaan dan kemewahan".[6] Benteng pertahanan Pagan mungkin mulai dibangun oleh Sawrahan. Hasil pengujian radiokarbon dari tembok Pagan (sekitar tahun 980 M) menunjuk pada masa kekuasaan Sawrahan, meskipun masa yang paling mungkin adalah sekitar tahun 1020 M.[7]
Proses terciptanya aksara Burma juga kemungkinan dimulai dalam masa kekuasaan Taungthugyi Min. Bukti paling tua dari skrip Burma (984 M) menunjuk pada masa pemerintahan Sawrahan jika diperbolehkan penyusunan kembali salinan dari satu prasasti batu asli abad ke-18 sebagai bukti. Bukti paling tua dari skrip Burma asli (prasasti payung tembaga-emas dari Kuil Mahabodhi) diperkirakan berasal dari tahun 1035.[8]
Beberapa sejarawan percaya bahwa Kuil Nathlaung Kyaung dibangun oleh Taungthugyi Min.[9] Kuil itu dibangun seabad sebelum ajaran agama Buddha masuk ke Bagan dari selatan. Nathlaung Kyaung adalah satu-satunya kuil Hindu yang tersisa, sebagai tempat pemujaan Dewa Wisnu.[10]
Catatan
^Maha Yazawin 2006, hlm. 346–349: Di antara empat kronik utama, hanya waktu-waktu dalam Zatadawbon Yazawin yang sesuai dengan Anawrahta yang berdasarkan inskripsi telah diverifikasi diperkirakan tahun 1044 M. Aung-Thwin 2005, hlm. 121–123: Secara umum, Zata dianggap "paling akurat dari semua kronik Burma, khususnya terkait dengan raja-raja Pagan dan Ava yang terkenal. Banyak dari waktu-waktu dalam kronik itu telah diperkuat dengan epigrafi."
^"The founding villages and early palaces of Pagan: Part 1" (dalam bahasa Inggris). 2001. King Taungthugyi had 3 queens. The first and the second were pregnant with when he was killed. Both gave birth to sons - Taungthugyi's genetic sons. Sokkaté was the second son. The third queen was not pregnant when Kunzaw took Taungthugyi's queens as wives. She gave birth to Anawrahta.Parameter |lat= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan); Parameter |first1= tanpa |last1= di Authors list (bantuan)
Harvey, G. E. (1925). History of Burma: From the Earliest Times to 10 March 1824 (dalam bahasa Inggris). London: Frank Cass & Co. Ltd.
Kala, U (1724). Maha Yazawin (dalam bahasa Burma). 1–3 (edisi ke-2006, cetakan ke-4). Yangon: Ya-Pyei Publishing.
Lieberman, Victor B. (2003). Strange Parallels: Southeast Asia in Global Context, c. 800–1830, volume 1, Integration on the Mainland (dalam bahasa Inggris). Cambridge University Press. ISBN978-0-521-80496-7.
Royal Historical Commission of Burma (1832). Hmannan Yazawin (dalam bahasa Burma). 1–3 (edisi ke-2003). Yangon: Kementerian Informasi Myanmar.