NairNair (/ˈnaɪər/, Malayalam: [n̪aːjɐr]), juga dikenal sebagai Nayar, adalah sekelompok kasta Hindu di India. Antropolog Kathleen Gough menggambarkan mereka sebagai “bukan kelompok tunggal, melainkan kategori yang mencakup beberapa kasta.”[1] Nair terdiri dari banyak subdivisi, dan tidak semua secara historis menggunakan nama ‘Nair.’ Mereka tinggal di wilayah yang sekarang dikenal sebagai negara bagian Kerala, India. Sistem internal kasta dan perilaku sosial mereka berbeda antara bagian utara dan selatan Kerala, meskipun informasi yang dapat dipercaya tentang bagian utara terbatas[2]. Secara tradisional, keluarga Nair hidup dalam unit besar yang disebut tharavad, yang terdiri atas keturunan dari satu nenek perempuan. Unit keluarga ini, bersama adat pernikahan yang tidak biasa—yang kini sudah tidak dipraktikkan—telah banyak dikaji. Dua upacara utama yang menarik perhatian adalah thalikettu kalyanam (pernikahan simbolis sebelum pubertas) dan sambandam (hubungan pernikahan berikutnya). Beberapa daerah juga mencatat praktik poligami, dan beberapa perempuan Nair melakukan hipergami dengan Brahmin Nambudiri dari Malabar[3]. Kaum Nair memiliki peran sejarah dalam konflik militer di Kerala. Setelah bentrokan dengan Inggris pada tahun 1809, Inggris membatasi keikutsertaan Nair dalam Tentara India Britania. Namun, setelah kemerdekaan India, Brigade Nair dari Pasukan Negara Travancore bergabung ke Tentara India, menjadi bagian Batalyon ke-9 Resimen Madras, salah satu batalyon tertua di Tentara India[4]. Tradisi DravidaTradisi Dravida terkait penyembahan ular sangat umum di Kerala. Karena ular dihormati dalam keluarga Nair sebagai penjaga klan. Seorang antropolog mencatat, “Tidak ada tempat lain di dunia di mana penyembahan ular lebih umum daripada di Kerala.” Tempat pemujaan ular sering ditemukan di sudut barat daya hampir setiap kompleks keluarga Nair[5]. Tradisi Seni (Kathakali)Kathakali, sebuah tari-drama berbasis cerita epik Sanskerta, awalnya diperankan oleh prajurit Nair sebagai seni paruh waktu. Seni ini dikembangkan melalui dukungan penguasa Nair yang mengintegrasikan seni pertunjukan dengan pelatihan militer dan adat keagamaan. Generasi seniman berikutnya mempelajari teknik ini melalui pewarisan keluarga, sering kali dari paman kepada keponakan[6]. Busana Khas NairPria Nair mengenakan mundu, kain yang dililit di pinggang dan dibiarkan panjang hingga hampir menyentuh tanah, yang menjadi simbol khas kasta mereka. Pada awal abad ke-20, orang non-Nair di daerah konservatif dapat dihukum jika meniru gaya ini. Wanita Nair mengenakan mundum neryathum, pakaian tradisional yang mirip sari, tanpa blus, yang menjadi lambang norma budaya kasta atas. Pakaian dalam onera, yang dikenakan oleh wanita konservatif, disebut dapat memperindah pinggang[7]. Seni LukisLukisan There Comes Papa (1893) karya Raja Ravi Varma menggambarkan wanita Nair dalam mundum neryathum, sering diartikan sebagai simbol perubahan dalam sistem matrilineal mereka[8]. Lihat JugaReferensi
|