Museum Sun Yat-sen Pulau Pinang sebelum disebut Pangkalan Sun Yat-sen Pulau Pinang, adalah sebuah museum di George Town, Pulau Pinang, Malaysia.[1] Museum ini didedikasikan untuk Sun Yat-sen, seorang nasionalis dari Tiongkok yang mendirikan Republik Tiongkok pada 1912 setelah upayanya dalam Revolusi Xinhai.
Sejarah
Museum Sun Yat-sen Pulau Pinang berada dalam sebuah rumah bersejarah. Bangunan museum adalah rumah yang sama di mana Sun Yat-sen merancang banyak rencananya untuk menggulingkan Dinasti Qing. Pada tahun 1910, yang bertindak atas dukungan besar di antara Tionghoa perantauan untuk mengusir Dinasti Qing, Sun memindahkan markas besar Tongmenghui Asia Tenggara ke Pulau Pinang.[2]
Ketika Sun pertama kali membawa keluarganya ke Pulau Pinang pada tahun 1910, bangunan tersebut menjadi tempat klub baca Penang Philomatic Union. Klub tersebut merupakan kedok partai politik Sun. Pada tanggal 14 November 1910, Sun Yat-Sen memimpin Rapat Darurat organisasi Tongmenghui Nanyang di rumah ini dan melancarkan kampanye penggalangan dana bagi Pemberontakan Guangzhou Kedua. Di dalam gedung inilah Sun Yat-sen menyampaikan pidatonya yang terkenal di Konferensi Pulau Pinang 1910, dan serta-merta mengumpulkan Dolar Selat $8000.[2] Pada bulan Desember 1910, edisi pertama Kwong Wah Yit Poh diterbitkan dari Armenian Street 120. Diluncurkan oleh Dr Sun dan para pengikutnya di Pulau Pinang, surat kabar ini sekarang merupakan koran berbahasa Tionghoa tertua di luar Tiongkok.
Bangunan ini dibangun sekitar tahun 1880, yang dibangun sebagai sebuah rumah tinggal perkotaan. Sebuah contoh yang luar biasa dari rumah saudagar Negeri-Negeri Selat dan dengan panjang yang tidak biasa lebih dari 130 kaki (40 meter), bangunan ini merupakan contoh hidup warisan arsitektur Pulau Pinang. Banyak fitur asli bangunan itu, yang meliputi sebuah taman halaman yang nyaman, tangga kayu kuno, ubin lantai berpola indah, dan balok besar, bertahan hingga saat ini. Interiornya juga sama megahnya. Perabot Tionghoa Negeri Selat kayu hitam tua dan sekat kayu berukir dengan hiasan menambah suasana zaman dulu. Kesetiaan ke masa lalu membentang hingga ke dapur, yang memiliki kompor kayu bakar dan peralatan dapur asli.[2]
Pada tahun 1926, kepemikikan rumah ini beralih kepada seorang saudagar Hokkian, Ch'ng Teong Swee. Kini, rumah tersebut dimiliki oleh cucu perempuannya Khoo Salma Nasution, seorang penulis dan penasihat warisan. Galeri bersejarah “Dr. Sun Yat Sen di Pulai Pinang” diluncurkan oleh Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad pada 4 Februari 2001. Mantan Presiden Republik Rakyat Tiongkok (saat itu Wakil Presiden) Hu Jintao mengunjungi Museum Sun Yat Sen di Pulau Pinang ini pada 25 April 2002.[3]
Referensi