Museum Maluku
Museum bertujuan untuk melestarikan dan memperkenalkan Budaya Maluku kepada khalayak ramai di Belanda. SejarahOrang Maluku di BelandaDimulai pada tahun 1950-an sebagai hasil akhir dari pendudukan atas Hindia Belanda, pemerintah Belanda memutuskan untuk membawa sekitar 12.500 tentara Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) berdarah Maluku dan keluarga mereka ke Eropa. Mereka dilepaskan dari ketentaraan pada saat kedatangan dan dimukimkan di kamp-kamp[1] untuk "sementara" sampai mereka mungkin kembali ke Maluku.[2] Walaupun Republik Maluku Selatan (RMS) telah dideklarasikan pada tanggal 25 April 1950,[3] gerakan ini dikalahkan oleh pemerintah Indonesia dan pengikut sisa RMS meninggalkan tanah air mereka dan membentuk pemerintahan dalam pengasingan di Belanda pada tahun 1966.[4] Museum MalukuPada tahun 1986, pemerintah Belanda mengumumkan niatnya untuk membuka museum sebagai hadiah kepada masyarakat Maluku di Belanda.[5] Dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh pemerintah Belanda dan Badan Persatuan (Gerakan Kesatuan Maluku), yang bersama-sama mengembangkan lembaga baru tersebut, museum digambarkan sebagai "monumen hidup", yang memberikan gambaran 'sejarah masyarakat Maluku, yang juga dapat berfungsi untuk merangsang perkembangan kontemporer seni dan budaya Maluku di Belanda." Siaran pers bersama yang mengumumkan museum masa depan bagi komunitas Maluku dirilis pada tanggal 21 April 1986.[6] Museum Maluku, atau Moluks Historisch Museum (Museum Sejarah Moluccan), demikian sebutan pertama kali, dibuka untuk umum di Utrecht pada bulan November 1990. Ini dialihkan menjadi yayasan swasta pada tahun 1995. Selain koleksi tetap, Museum Maluku juga menampung pameran temporer dan auditorium yang dapat menampung delapan puluh orang. Museum ini juga memiliki pusat penelitian pendidikan dan kafe kecil yang menyajikan masakan Maluku.[7] Museum KemitraanMuseum Maluku telah bermitra dengan sejumlah organisasi Belanda, Indonesia dan Amerika untuk menyelenggarakan pameran dan pertukaran budaya. Kolaboratornya yang berasal dari Belanda terus mencakup pemerintah Belanda dan berbagai organisasi Maluku di negara tersebut. Museum ini juga bermitra dengan lembaga kebudayaan Belanda lainnya termasuk Rijksmuseum Amsterdam, Asosiasi Museum Belanda, Museum Centraal di Utrecht, Museum Seni Aborigin di Utrecht, Royal Tropical Institute (KIT), Bronbeek dan Friends of Papua Heritage Foundation (Kecepatan). Mitra museum di Indonesia antara lain pemerintah provinsi Maluku, Museum Siwa Lima di Ambon, Erasmus Huis di Jakarta, diplomat etnis Maluku, Kedutaan Besar Belanda untuk Indonesia, dan Yayasan Rinamakana Ambon. Museum Maluku meluncurkan kemitraan mulai Agustus 2009 dengan World of Maluku (WOM), sebuah majalah terbitan Jakarta dan diedit oleh Samuel Wattimena.Melalui kerjasama ini, Museum Maluku menjadi distributor dan koresponden utama majalah World of Maluku di Belanda. Museum ini juga sedang dalam pembicaraan dengan Erasmus Huis di Jakarta untuk meluncurkan pasar tahunan Maluku untuk melayani masyarakat Maluku yang tinggal di ibu kota Indonesia. Museum Maluku juga pernah bekerja sama dengan Smithsonian Institution di Washington, D.C.Mereka bekerja sama dengan komunitas diaspora Maluku di negara bagian California, AS, dan juga Australia.[8] Pranala luar
|