Museum Kajen Mbah Ahmad MutamakkinMuseum Kajen Mbah Ahmad Mutamakkin adalah museum yang terletak di lantai Masjid Jami' Kajen, Kecamatan Margoyoso, Pati. Penaaman dari museum ini mengambil dari salah satu tokoh ulama asal Pati yang terkenal pada masa Sultan Pajang hingga Kerajaan Demak (sekitar abad ke-16). Museum ini mulai beroperasi pada 6 Agustus 2022, yang bersamaan dengan Haul Mbah Ahmad Mutammakin. Museum ini dibuka untuk umum, dan diprakarsai oleh ICK (Islam Center Kajen) bekerja sama dengan Belajar Pustaka Kajen dan mendapat dukungan dari Yayasan Mbah Ahmad Mutamakkin.[1] KoleksiMuseum tersebut mengoleksi benda bersejarah yang sangat berharga, terutama berkaitan dengan sejarah Islam di Pati, khususnya perjalanan Mbah Ahmad Muttamakin. Di salah satu bagian terdapat maket masjid Kajen pada masa lampau. Di tengah-tengah terdapat satu etalase besar yang menampilkan berbagai potret dan barang-barang dari masjid Kajen yang dulu, seperti mustaka, gandok, dan tatakan sentir, semuanya pernah digunakan di masjid yang didirikan oleh Mbah Mutamakkin. Di sisi utara, terdapat beberapa kitab yang disimpan dalam pigura, meskipun bukan asli, tetapi merupakan salinan dari manuskrip peninggalan Mbah Mutamakkin, seperti Serat Cebolek (abad ke-19), Arsyul Muwahiddin (abad ke-18), dan Suluk Alif atau dikenal sebagai teks Pakem Kajen (abad ke-19), yang menceritakan kisah hidup dan ajaran Mbah Ahmad Mutamakkin. Selain itu, museum juga menampilkan foto-foto masyayikh, foto ornamen masjid Jami' Kajen, serta banyak artefak bersejarah lainnya, termasuk infografik tentang Mbah Ahmad Mutamakkin.[2] Koleksi benda bersejarah lainnya yaitu mimbar. Masyarakat Desa Kajen meyakini bahwa mimbar yang terbuat dari kayu jati yang diukir dengan indah merupakan hasil karya langsung dari Mbah Mutamakkin. Ornamen pada mimbar tersebut dipenuhi dengan motif-motif yang memiliki nilai seni yang tinggi. Ada berbagai penafsiran tentang simbol-simbol yang terukir di mimbar tersebut, salah satunya adalah representasi "Bulan sabit yang diserang oleh burung bangau." Interpretasi ini dianggap sebagai ungkapan semangat dan doa bagi keturunan-keturunannya. Di kedua sisi mimbar, terdapat ukiran ular naga yang tidak utuh secara keseluruhan. Beberapa percaya bahwa dua kepala ular naga tersebut mewakili naga yang dimiliki oleh Aji Saka (tokoh legenda dalam sejarah masuknya Islam di Pulau Jawa yang juga dianggap sebagai penentu tahun saka). Kedua ular naga tersebut memiliki jenis kelamin yang berbeda, satu laki-laki dan satu perempuan, menggambarkan bahwa keturunan dari Mbah Mutamakkin terdiri dari laki-laki dan perempuan. Hal ini diartikan sebagai kemampuan untuk bertahan hidup seperti ular, yang mampu bertahan tanpa makanan berhari-hari. Hal ini mencerminkan kehidupan masyarakat Kajen yang mayoritas cukup sejahtera, meskipun tanah pertanian tidak melimpah.[3] Referensi
|