Museum Anjuk LadangMuseum Anjuk Ladang terletak di kota Nganjuk, tepatnya sebelah timur Terminal Bus Kota Nganjuk, di dalamnya tersimpan benda dan cagar budaya pada zaman Hindu, Doho, dan Majapahit yang terdapat di daerah Kabupaten Nganjuk. Disamping itu di simpan Prasasti Anjuk Ladang yang merupakan cikal bakal berdirinya Kabupaten Nganjuk. Museum ini dibangun atas inisiasi Bupati Nganjuk Soetrisno Rachmadi pada tahun 1993-1996. Museum Anjuk Ladang mulai dibuka untuk umum pada 10 April 1996, yang bersamaan dengan hari jadi Kabupaten Nganjuk yang ke-1059.[1] Museum Anjuk Ladang pernah digunakan untuk ritual penyucian benda-benda pusaka yang sifatnya sakral, seperti tumbak Kanjeng Jimat Sosro Koesoemo, keris Kiai Bethik, Eyang Dukun dan Eyang Panji.[2] Informasi UmumAlamatJl. Gatot Subroto Ringin Anom, Ringin Anom, Kauman, Kecamatan Nganjuk, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.[3] Jam OperasionalPengunjung bisa datang ke Museum Anjuk Ladang pada hari[3]:
FasilitasFasilitas yang ada di Museum Anjuk Ladang di antaranya memiliki area parkir kendaraan, toilet umum, gazebo, kantor informasi, warung makan, dan lokasi ini sangat strategis karena dekat dengan penginapan dan alun-alun Nganjuk.[3] KoleksiMuseum Anjuk Ladang dahulunya bernama Balai Arca yang berfungsi untuk menyimpan arca, lingga, yoni dan berbagai penemuan lain. Di museum ini pengunjung bisa menemukan informasi tentang asal-usul Kelurahan Mangundikaran. Selain itu, Museum Anjuk Ladang juga memamerkan jejak perjalanan kehidupan di tanah Anjuk Ladang, mulai dari masa Prasejarah, Klasik, Islam, Kolonial Belanda, pergerakan kemerdekaan, hingga setelah kemerdekaan. Jejak-jejak masuknya agama Hindu-Budha di Anjuk Ladang meninggalkan bukti seperti arca dan alat-alat upacara, yang menunjukkan kepercayaan masyarakat pada masa lampau. Arca-arca ini sering disebut sebagai media perwujudan yang menjadi objek pemujaan.[4] Museum Anjuk Ladang menyimpan prasasti Anjuk Ladang yang disimpan di sebuah joglo. Namun, yang disajikan dalam prasasti ini merupakan replika dari prasasti tersebut. Prasasti ini dibuat pada tahun 859 Saka (937 M) atau mungkin 857 Saka (935 M) oleh Raja Sri Isyana (dikenal juga sebagai Mpu Sindok) dari Kerajaan Medang (Mataram Kuno). Prasasti tersebut diberikan sebagai penghargaan kepada penduduk desa Anjuk Ladang atas bantuan mereka dalam mengusir serangan tentara Melayu (Sumatera). Nama Anjuk Ladang sendiri diyakini oleh para ahli sejarah sebagai awal mula nama Kabupaten Nganjuk.[2] Di bagian utama digunakan untuk menyimpan guci, wayang kulit, mangkuk, topeng, genta, dan barang lainnya. Selain itu, ada juga artefak sejarah seperti arca batu, fosil, dan boneka Lara Bengok. Para pengunjung bisa mengambil gambar di area tersebut.[1] Referensi
|