Muhammad Noer atau yang sering disebut dengan Kyai Haji Muhammad Noer (lahir di Nglorok, Pacitan, tahun 186x – meninggal di Pacitan, 7 September 1973, pada usia 10x tahun) adalah seorang tokoh Nahdlatul Ulama di wilayah Tulakan, Kabupaten Pacitan. Ia merupakan putra kelima dari 16 bersaudara, menunaikan ibadah haji sebelum Gunung Krakatau meletus pada tahun 1883, dan kemudian menjadi ulama dan menyebarkan ajaran agama Islam, serta membangun beberapa tempat ibadah / masjid di desa Ngile dan sekitarnya pada masa demang/lurah Kasan Raji yang banyak dibangun / dirintis saat itu [1]. Pada waktu itu, pergi menunaikan kewajiban ibadah haji biasanya memakan waktu hingga 5 - 6 bulan, karena harus naik perahu/kapal dan menaiki unta dari kota Jeddah menuju Makkah. Semasa hidupnya Kyai Haji Muh. Noer banyak mendukung dan berkontribusi dalam organisasi Nahdlatul Ulama untuk melanjutkan perjuangan Islam di tanah Jawa, dan nyaris menjadi korban pembunuhan pada Pemberontakan PKI 1948 oleh Partai Komunis Indonesia. Beliau juga membantu dan ikut dalam perjuangan Jenderal TNI Anumerta Soedirman ketika berada di wilayah Pacitan, Nawangan dan sekitarnya. Kyai Haji Muhammad Noer wafat pada tahun 1973 dan dimakamkan di belakang Masjid Krajan, Desa Ngile.