Muhammad Arbie Sutan Azwar (3 Agustus 1920 – 22 Juni 2005) adalah pengusaha Indonesia yang bergerak di bidang percetakan, hotel, dan kesehatan. Arbie berdomisili di Medan, Sumatra Utara.[1][2][3]
Asal usul
Arbie lahir dari pasangan L. Sidimarah (ayah) dan Rafiah (ibu) asal Bayur, Agam, Sumatra Barat. Di kota kelahirannya, dia menjalani kehidupan yang kurang berkecukupan. Kehidupan yang serba pas pasan, menuntut Arbie kecil untuk membantu orangtuanya berdagang kain dan kelontong. Setelah pindah ke Sigli mengikuti kakeknya, Arbie mengenyam pendidikan di Holland Indians School (HIS), sembari bersekolah di sekolah agama Diniyah selama 3 tahun.
Bisnis
Pada mulanya, bisnis Arbie ialah membuka usaha pakaian jadi. Dan setelah masa kemerdekaan berganti dengan menjual kitab suci Al Quran yang dibelinya di Singapura. Di Singapura dia membeli Al Quran seharga SIN$ 3 dan menjual di Medan seharga $ 20. Dari bisnis itu ia mendapat keuntungan berlipat-lipat, dan dalam satu bulan langsung melunasi kredit banknya.
Mendapat keuntungan besar, pada tahun 1949 ia membeli mesin cetak letter press, dan membangun permanen toko buku kecil bernama Pustaka Madju. Akhirnya toko itu berubah menjadi penerbitan Madju (selanjutnya PT. Madju Medan Cipta) dan berkembang menjadi perusahaan penerbitan sekaligus percetakan buku-buku pelajaran yang sangat laris. Pada tahun 1985 Arbie berekspansi dengan membuka percetakan baru di kawasan Pulogadung, Jakarta. Percetakan ini terutama mencetak buku-buku pesanan pemerintah untuk program sekolah dasar Inpres di seluruh Indonesia.
Setelah itu, Arbie mengembangkan bisnisnya ke bidang perhotelan dengan membangun dua buah hotel (Hotel Garuda Plaza dan Hotel Garuda Citra), dan rumah sakit (RS Permata Bunda dan Klinik Bunda).
Kehidupan pribadi
Muhammad Arbie menikah dengan Hj. Syamsinar yang juga berasal dari Bayur, Maninjau, Agam. Pasangan ini dikaruniai 11 orang anak, termasuk Alfian, Rosihan, dan Hendra.
Muhammad Arbie dan keluarga diketahui meninggalkan jejak filantropis dengan mewakafkan tanah sekaligus membangun masjid, misalnya Masjidun Nahar (1989) di Guru Kinayan dan Masjid Taqwa (1994) di Gung Pinto.[4]
Referensi