Monumen meteorit adalah salah satu objek wisata yang terletak di Desa Wonotirto, Kecamatan Bulu yang berada di kaki Gunung Sumbing.[1][2] Monumen ini dibangun untuk mengingat peristiwa alam jatuhnya meteor di Desa Wonotirto pada hari Jumat tanggal 11 Mei 2001, sekitar pukul 09.00.[1]
Saat itu, belasan warga sedang melakukan aktivitas di ladang tembakau, mereka dikejutkan dengan suara gemuruh disertai ledakan keras menyusul 2 buah benda jatuh dari langit. Setengah jam kemudian hal itu terjadi lagi, sebuah benda serupa jatuh di jalan dengan jarak 1 kilometer dari pemukiman penduduk.[3] Ternyata benda tersebut adalah sebuah meteor sebesar kepalan tangan orang dewasa, setelah itu warga yang menyaksikan kejadian tersebut melaporkannya pada perangkat, sehingga laporan berlanjut ke pemerintahan kabupaten.[3]
Untuk keperluan penelitian maka meteor tersebut dibawa ke Institut Sains dan Teknologi Akprind Yogyakarta.[3] Peristiwa ini terjadi kembali setelah berselang 17 tahun pasca jatuhnya meteor di Desa Jumapolo Kabupaten Karanganyar pada tahun 1984.[3] Menurut Rektor IST Akprind, Ir Sudarsono, MT, setiap tahun rata-rata ada 150 meteorit jatuh ke bumi, namun meteorit yang jatuh di Desa Wonotirto tersebut mempunyai catatan sejarah tidak seperti yang lain.[3]
Setelah dilakukan penelitian, kemudian pemerintah daerah Temanggung memutuskan untuk membangun monumen tepat di lokasi jatuhnya meteor tersebut yang diresmikan tanggal 18 Februari 2002.[1][3] Museum Rekor Indonesia ( MURI ) sendiri menempatkan monumen ini sebagai satu-satunya monumen tempat jatuhnya meteor di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara.[3]
Kini setelah sekian lama tersimpan di IST Akprind Yogyakarta, pada hari Senin 3 Mei 2010 batu meteor dikembalikan kepada Pemerintah Kabupaten Temanggung.[3] Adapun serah terima dilakukan oleh Ir. Sudarsono, MT kepada Bupati Temanggung Drs. Hasyim Afandi.[3] Usai menyerahkan meteor tersebut, rombongan dari IST Akprind diantar Wakil Bupati Temanggung, Budiarto, mengunjungi monumen meteorit.[4]
Untuk sementara batu meteor tersebut disimpan di Kantor Bupati Temanggung, di komplek Kantor Setda Temanggung.[3][5] Sebagai tindak lanjut, Dinas Kebudayaan dan Pariwitasa serta Dinas Pemuda dan Olahraga Temanggung akan menyusun rencana pemanfaatan meteorit tersebut untuk kepentingan wisata pendidikan.[4] Dari sinilah muncul gagasan untuk membangun planetarium mini dan diusahakan agar gedung tersebut dapat dibangun sesuai dengan prinsip-prinsip planetarium yang ada dan meteorit dapat diletakkan secara permanen di dalamnya.[4]
Monumen ini menjadi salah satu objek wisata yang menarik untuk dikunjungi, apalagi didukung dengan panorama alam yang indah, serta udara pegunungan yang sejuk dan menyegarkan ditambah dengan potensi agrowisata buah juga sayuran di sekitar lokasi dengan latar belakang Gunung Sumbing yang kokoh.[6][7]
Referensi