Mitologi Prusia adalah agama politeistik orang-orang Prusia Lama yang merupakan penduduk asli wilayah Prusia sebelum dilancarkannya Perang Salib Utara oleh Ordo Teutonik. Kepercayaan ini berhubungan erat dengan kepercayaan Baltik lainnya, yaitu mitologi Lituania dan Latvia. Mitos dan legendanya tidak dapat bertahan karena orang-orang Prusia dijermanisasi dan akhirnya punah pada awal abad ke-18. Kepingan-kepingan informasi mengenai dewa-dewa dan ritual-ritual Prusia Lama dapat diperoleh dari kronik-kronik abad pertengahan, tetapi sebagian besar tidak dapat diandalkan. Tidak ada sumber yang mendokumentasikan agama pagan sebelum proses kristenisasi paksa pada abad ke-13. Sebagian besar informasi mengenai agama Prusia diperoleh dari sumber abad ke-16 yang cukup meragukan (Buku Sudovia dan Simon Grunau).
Latar belakang sejarah dan sumber
Ordo Teutonik melancarkan Perang Salib Utara pada tahun 1220-an. Tujuan mereka adalah menaklukkan Prusia dan menjadikan mereka Katolik. Ksatria-ksatria Teutonik mendirikan benteng kayu dan batu yang tidak dapat ditembus oleh orang-orang Prusia. Meskipun pemberontakan-pemberontakan Prusia meletus sebanyak lima kali, Prusia telah sepenuhnya ditaklukan pada tahun 1280-an. Pemukim-pemukim Jerman lalu datang dan mengisi kekosongan yang diakibatkan oleh perang. Pada tahun 1400 diperkirakan terdapat sekitar 100.000 orang Prusia (sekitar setengah jumlah penduduk Prusia). Orang-orang Prusia mengalami proses asimilasi dan jermanisasi paksa dan pada akhirnya mengalami kepunahan setelah abad ke-16. Para ksatria Teuton menganggap paganisme sebagai suatu kejahatan yang layak dimusnahkan dan bukan untuk dipelajari. Maka dari itu, mereka tidak menunjukkan ketertarikan terhadap adat-adat lokal dan tidak membuat deskripsi rinci mitologi Prusia. Namun, nama dewa-dewa dan tradisi-tradisi pernah disebutkan di dalam dokumen-dokumen Teuton secara tidak sengaja atau setengah-setengah, seperti dalam Traktat Christburg pada tahun 1248, Kronik Peter von Dusburg, dan surat-surat untuk paus.
Negara Ordo Teutonik juga terkena dampak Reformasi Protestan dan berubah menjadi Kadipaten Prusia yang beraliran Lutheran pada tahun 1525. Akibat sengketa-sengketa religius, muncul ketertarikan akan agama Prusia lama. Pada saat itu terdapat dua karya penelitian budaya Prusia: Buku Sudovia dan Kronik Simon Grunau. Saat ini para sejarawan masih memperdebatkan identitas penulis, penanggalan dan keterandalan Buku Sudovia. Sebagian besar ahli Lithuania modern mengikuti Wilhelm Mannhardt dan menganggapnya sebagai sumber yang dapat diandalkan dan independen yang digunakan untuk menyiapkan Constitutiones Synodales, buku upacara yang disiapkan oleh sinoda gereja dan diterbitkan pada tahun 1530.[1] Di sisi lain, terdapat pula argumen bahwa Buku Sudovia adalah salinan Synodales dengan isi yang sudah diputarbalikkan; Synodales sendiri dianggap berasal dari karya Grunau dan menurut argumen ini ketiga buku tersebut sebaiknya ditolak karena dianggap sebagai suatu "karangan".[2]
Simon Grunau (meninggal sekitar tahun 1530) menuai kritik karena menggunakan sumber yang meragukan atau dipalsukan dan sering kali mencampuradukkan fakta dengan imajinasinya sendiri. Para ahli modern menganggap kronik ini sebagai karya fiksi, walaupun peneliti Lithuania cendering lebih hati-hati dan mencoba mencari isi yang berguna. Karya ini membantu mempopulerkan beberapa legenda: legenda Raja Widewuto, raja Cimbri dari abad ke-6, serta kuil Romuva, tritunggal pagan (Peckols, Potrimpo, dan Perkūnas), pendeta agung (krivė krivaitis) dan waidelinns perempuan (serupa dengan vestales Romawi).
Penulis-penulis berikutnya hanya menyalin informasi dari Grunau dan Buku Sudovia, sehingga tidak menambahkan informasi baru.
Dewa-dewa Prusia
Daftar awal
Traktat Christburg pada tahun 1249 menyebutkan Curche, sebuah berhala yang dipuja selama perayaan panen. Para ahli tidak dapat menentukan gender, fungsi atau etimologi Curche. Ada yang menduga bahwa Curche adalah dewa pangan (Simon Grunau), dewa pandai besi (mirip dengan Svarog dalam kepercayaan Slavia dan Hephaestus dalam kepercayaan Yunani Kuno), dewa pencipta (berasal dari kata dalam bahasa Lithuania yang terkait, kurti – menciptakan), dewa panen dan gandum, roh jahat, atau dewa api. Bahkan ada pula yang merasa bahwa Curche bukanlah dewa dan hanya nama berhala saja.
Sumber lain yang dapat diandalkan adalah sebuah memorandum dari tahun (Collato Episcopi Varmiensis) yang ditulis oleh Uskup Warmia untuk Paus Martinus V. Surat ini mengingatkan Paus akan pencapaian Ordo Teutonik dalam mengkristenkan Prusia yang tidak lagi menyembah Patollu dan Natrimpe. Sebagian besar ahli menganggap keduanya sebagai dewa-dewa yang terpisah, tetapi patollu juga mungkin merupakan kata sifat (jahat, kejam) untuk mendeskripsikan Natrimpe.[3] Dalam karya-karya berikutnya, patollu biasanya dikaitkan dengan Peckols, dewan dunia bawah tanah, sementara Natrimpe dianggap sebagai Potrimpo, dewa lautan atau gandum.
Selain tritunggal dewa Peckols, Potrimpo, dan Perkūnas, Grunau menyebutkan tiga dewa kecil lainnya Wurschayto atau Borszkayto dan Szwaybrotto merupakan personifikasi Widewuto dan Bruteno, sementara Curcho adalah dewa pangan (dipinjam dari Traktat Christburg).
Buku Sudovia dan Constitutiones Synodales
Constitutiones mencatat sepuluh dewa Prusia dan menyebutkan nama dewa yang serupa dalam mitologi Romawi. Perlu dicatat bahwa sumber ini tidak mencatat satu pun nama dewi dan Curche tidak disebutkan. Daftar serupa terkandung di dalam Buku Sudovia.