Halaman ini berisi artikel tentang sejarah seni lukis miniatur, khususnya di dunia Barat. Untuk teknik pembuatannya, lihat naskah beriluminasi.
Miniatur (berasal dari bahasa Latin: minium, timbal merah) adalah ilustrasi kecil yang menghiasi naskah buatan Zaman Kuno atau Abad Pertengahan; ilustrasi-ilustrasi dalam kodeks-kodeks generasi perdana diwarnai dan dibingkai dengan pewarna merah yang terbuat dari timbal merah, sehingga kegiatan mewarnai ilustrasi disebut pula memerahkan (bahasa Latin: miniare) gambar. Ukuran gambar-gambar hiasan naskah buatan Abad Pertengahan yang umumnya kecil-kecil menyebabkan orang keliru menyangka bahwa istilah ini berarti "berukuran kecil" (bahasa Latin: minuta) atau "memperkecil" (bahasa Latin: minuare), sehingga menggunakannya sebagai sebutan bagi gambar-gambar berukuran kecil, khususnya miniatur-miniatur potret, yang juga berasal dari tradisi seni rupa yang sama dan mula-mula dibuat dengan teknik-teknik yang sama.
Selain tradisi-tradisi dunia Barat dan Bizantium, terdapat pula tradisi-tradisi miniatur Asia yang pada umumnya lebih bersifat ilustratif. Bermula sebagai hiasan naskah, gambar-gambar buatan Asia ini kelak berkembang menjadi gambar-gambar kecil pada satu halaman penuh untuk dikoleksi yang juga disebut miniatur, sementara gambar-gambar sejenis di dunia Barat yang dibuat dengan cat air dan sejumlah medium lain tidak disebut miniatur. Miniatur-miniatur Asia meliputi miniatur-miniatur buatan Persia, Mughal, Utsmaniyah, dan India.
Italia dan Bizantium, abad ke-3 sampai abad ke-6
Miniatur-miniatur tertua yang masih ada sekarang ini adalah serangkaian potongan lukisan atau miniatur berwarna dari Ilias Ambrosiana, sebuah naskah wiracaritaIlias dari abad ke-3. Lukisan-lukisan ini serupa dalam gaya dan teknik pengerjaan dengan karya-karya seni lukis dari penghujung Abad KlasikRomawi. Mutu gambar dalam lukisan-lukisan ini cukup bervariasi, tetapi banyak di antaranya yang digambar dengan sangat halus, agak bernuansa klasik, bukti dari masih kuatnya pengaruh gaya seni rupa yang terdahulu. Indikasi yang sama juga tampak pada gambar pemandangan dalam lukisan-lukisan ini yang juga bergaya klasik, tidak selazim gambar-gambar pemandangan dalam lukisan-lukisan Abad Pertengahan pada umumnya, namun tetap berusaha meniru pemandangan alam yang sebenarnya, meskipun tidak sempurna; sama halnya dengan fresko-fresko Pompei dan fresko-fresko zaman Romawi lainnya.
Dari sudut pandang artistik, miniatur-miniatur dalam naskah Vergilius koleksi Vatikan dari permulaan abad ke-5, yang dikenal dengan sebutan Vergilius Vaticanus, bahkan jauh lebih bernilai lagi. Miniatur-miniatur ini lebih terawat dan lebih besar skalanya dibanding potongan-potongan gambar dari Ilias Ambrosiana, sehingga metode dan teknik pembuatannya lebih mudah untuk diteliti. Gambarnya agak bergaya klasik, dan menyiratkan bahwa miniatur-miniatur ini dibuat dengan meniru serangkai miniatur yang lebih tua. Warna-warnanya pekat, sebagaimana miniatur-miniatur lain pada zamannya. Pembubuhan warna-warna pekat pada semua miniatur dalam naskah-naskah generasi perdana memang merupakan suatu tindakan yang universal.
Italia, abad ke-13 sampai abad ke-15
Meskipun sangat diminati di Eropa Barat, bukan berarti miniatur buatan Flandria tidak memiliki pesaing. Saingannya muncul di kawasan selatan Eropa, dan berhasil mencapai taraf kesempurnaan yang setara dengan miniatur buatan Negeri-Negeri Dataran Rendah pada abad ke-15. Saingan miniatur Flandria adalah miniatur buatan Italia, yang telah melalui tahap-tahap perkembangan yang sama dengan miniatur-miniatur buatan Inggris, Prancis, dan Negeri-Negeri Dataran Rendah. Komunikasi timbal balik antarnegara di Eropa kala itu sudah sangat lancar sehingga keserempakan semacam ini tidak mungkin terelakkan. Dalam naskah-naskah Italia dari jenis yang lazim, pengaruh seni rupa Bizantium tampak sangat kentara selama abad ke-13 dan ke-14. Cara lama melukis kulit manusia dengan membubuhkan warna kulit di atas warna dasar hijau zaitun atau warna-warna sejenisnya, yang sengaja dibiarkan tersingkap pada garis-garis tubuh dalam gambar sehingga tampak kehitam-hitaman, terus-menerus dipraktikkan dengan sedikit perubahan sampai abad ke-15. Agaknya sudah menjadi suatu keharusan bagi miniaturis Italia untuk menggunakan pewarna-pewarna yang lebih pekat daripada pewarna-pewarna yang digunakan oleh mazhab-mazhab seni rupa Eropa Utara; selain itu, seniman Italia juga lebih mengandalkan warna saja untuk mendapatkan tampilan yang dikehendaki, ketimbang memadukan warna dengan emas sehingga menghasilkan tampilan cemerlang sebagaimana yang tampak pada pola-pola hias buatan Prancis. Warna cerah kirmizi yang digunakan para miniaturis Italia telah menjadi ciri khas dari karya-karya mereka. Gambar-gambarnya terlihat kurang realistis dibanding gambar-gambar dalam naskah-naskah buatan Inggris dan Prancis kala itu; sosok manusia sering kali tampak gempal dan kaku. Sebelum ekspansi besar-besaran yang dialaminya pada abad ke-14, miniatur Italia pada umumnya jauh tertinggal di belakang miniatur-miniatur Eropa Utara. Akan tetapi pada abad ke-15, dipengaruhi oleh semangat Abad Pembaharuan, miniatur Italia maju dengan pesat ke barisan terdepan dan mampu bersaing dengan karya-karya terbaik dari mazhab seni Flandria. Pemakaian bahan-bahan pewarna yang lebih pekat memungkinkan miniaturis Italia untuk menghasilkan lukisan dengan permukaan gilap yang menjadi ciri khas karya-karyanya, dan mampu mempertahankan ketajaman garis-garis kerangka gambar tanpa menghilangkan kedalaman dan kekayaan warna yang sebanding dengan mutu lukisan dari mazhab seni Flandria.
Gaya Italia ditiru dalam naskah-naskah buatan Provence pada abad ke-14 dan ke-15. Gaya Italia juga mempengaruhi mazhab seni Prancis Utara, dan sebaliknya kelak dipengaruhi oleh mazhab itu. Dalam naskah-naskah buatan Jerman Selatan pun masih tampak jelas pengaruh Italia. Akan tetapi prinsip-prinsip yang melatarbelakangi perkembangan miniatur dalam mazhab-mazhab seni yang lebih utama, berlaku pula bagi semua mazhab seni di Eropa. Sebagaimana halnya miniatur-miniatur dari mazhab seni Flandria, miniatur buatan Italia dapat terus dihasilkan berkat sokongan para patron seni rupa, bahkan sampai pada abad ke-16; tetapi seiring dengan tergantikannya naskah oleh buku cetak, profesi miniaturis pun akhirnya menghilang.
Lukisan Mughal berkembang pada masa kekuasaan Kemaharajaan Mughal (abad ke-16 sampai abad ke-18), dan pada umumnya terbatas dalam bentuk miniatur, baik sebagai ilustrasi buku maupun sebagai lembaran lukisan untuk disimpan dalam album. Seni lukis Mughal bersumber dari tradisi seni lukis miniatur Persia yang diperkenalkan ke India oleh Mir Sayyid Ali dan Abd al-Samad pada pertengahan abad ke-16. Seni lukis Mughal segera tumbuh mandiri dan terbedakan dari sumbernya, seni rupa Safawi; berkat pengaruh para seniman Hindu, warna-warna lukisan lambat laun tampak semakin cerah dan gambar-gambar dalam lukisan pun tampak semakin alami. Subyek lukisan lebih banyak bersifat sekular, sebagian besar berupa ilustrasi pada karya-karya sastra atau tulisan sejarah, potret-potret warga istana, dan kajian-kajian tentang alam. Pada puncak kejayaannya, lukisan-lukisan ala Mughal menampilkan suatu perpaduan yang elok dari seni rupa Persia, Eropa, dan Hindustan.
Pemalsuan
Miniatur-miniatur buatan Abad Pertengahan pernah dipalsukan untuk menipu kolektor, pelaku pemalsuan yang paling terkenal adalah tokoh misterius yang dijuluki Si Pemalsu Spanyol.
Otto Pächt, Book Illumination in the Middle Ages (terjemahan dari bahasa Jerman), 1986, Harvey Miller Publishers, London, ISBN 0-19-921060-8
Walther, Ingo F. dan Wolf, Norbert, Masterpieces of Illumination (Codices Illustres); hal. 350–353; 2005, Taschen, Köln; ISBN 3-8228-4750-X
Jonathan Alexander; Medieval Illuminators and their Methods of Work; hal. 9, Yale UP, 1992, ISBN 0-300-05689-3
Calkins, Robert G. Illuminated Books of the Middle Ages. Ithaca, New York: Cornell University Press, 1983.
Papadaki-Oekland Stella,Byzantine Illuminated Manuscripts of the Book of Job, ISBN 2-503-53232-2.
Bacaan tambahan
Kren, T. & McKendrick, Scot (eds), Illuminating the Renaissance – The Triumph of Flemish Manuscript Painting in Europe, Getty Museum/Royal Academy of Arts, 2003, ISBN 1-903973-28-7
McKendrick, Scot; Lowden, John; Doyle, Kathleen, (editor), Royal Manuscripts, The Genius of Illumination, 2011, British Library, ISBN 978-0-7123-5815-6
T. Voronova and A Sterligov, Western European Illuminated Manuscripts (in the St Petersberg Public Library), 2003, Sirocco, London
Weitzmann, Kurt. Late Antique and Early Christian Book Illumination. Chatto & Windus, London (New York: George Braziller) 1977.
Nordenfalk, Carl. Celtic and Anglo-Saxon Painting: Book illumination in the British Isles 600–800. Chatto & Windus, London (New York: George Braziller), 1977.
Brown, Michelle P., Manuscripts from the Anglo-Saxon Age, 2007, British Library, ISBN 978-0-7123-0680-5
Williams, John, Early Spanish Manuscript Illumination Chatto & Windus, London (New York, George Braziller), 1977.
Cahn, Walter, Romanesque Bible Illumination, Ithaca, New York: Cornell University Press, 1982, ISBN 0-8014-1446-6
Titley, Norah M., Persian Miniature Painting, and its Influence on the Art of Turkey and India, 1983, University of Texas Press, ISBN 0-292-76484-7
Welch, Stuart Cary. Royal Persian Manuscripts, Thames & Hudson, 1976, ISBN 0-500-27074-0
Kebangkitan kembali pada abad ke-19
Sandra Hindman, Michael Camille, Nina Rowe & Rowan Watson, Manuscript Illumination in the Modern Age: Recovery and Reconstruction, Evanston: Northwestern University, 2001.
Thomas Coomans & Jan De Maeyer (editor), The Revival of Mediaeval Illuminating in the Nineteenth Century (KADOC Artes, 9), University Press Leuven, 2007, 336 halaman.