Menara Pandang Teratai Purwokerto merupakan sebuah menara yang berada di Kedungwuluh, Purwokerto Barat, Kabupaten Banyumas.
Menara pandang setinggi 117 meter yang dibangun sejak tahun 2021 ini merupakah sebuah proyek infrastruktur pariwisata baru di Kawasan Kota Baru Purwokerto yang berada di wilayah Jalan Bung Karno.
Menara ini dibuka untuk tahap uji coba pada tanggal 27 April 2022 dalam tahap finalisasi fasad bangunan.
Sejarah
Pembangunan Menara Pandang Teratai Purwokerto merupakan inisiatif Pemerintah Kabupaten Banyumas untuk menciptakan ikon baru Purwokerto di wilayah kawasan perkotaan baru yang nantinya menjadi satu lokasi dengan pembangunan Masjid Agung Purwokerto berdesain "seribu bulan" yang dirancang oleh Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, wisata buatan berupa pusat kuliner Madhang Maning Park, gedung Convention Hall Purwokerto, danau retensi seluas tujuh hektar, dan Kompleks DPRD Kabupaten Banyumas.
Menara pandang ini dibangun oleh pembiayaan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN)[2] dari dana APBN dan nantinya akan dikelola oleh Badan Layanan Umum Daerah Unit Pelaksana Teknis Dinas (BLUD-UPTD) Lokawisata Baturraden.
Arsitektur
Desain menara pandang beberapa kali mengalami perubahan konsep dalam proses pembangunannya. Dalam tahap perencanaan awal, desain akhir bangunan yang dikehendaki adalah menara setinggi 117 meter yang di atasnya terdapat puncak observasi berbentuk kubah dan awalnya dinamakan sebagai Menara Gada Rujakpolo. Pada proses menuju tahap penyelesaian, bentuk menara akhirnya mengalami perubahan desain menjadi bunga teratai yang diilhami dari konsultasi tokoh lokal di Kabupaten Banyumas, yakni sastrawan Ahmad Tohari, akademisi Universitas Jenderal Soedirman, dan budayawan Banyumas.
Puncak menara yang mahkota bunga teratai memiliki filosofi dari Dwipa Semarang dengan pembagian menara menjadi tiga tingkatan, yakni tingkat bawah, tingkat tengah, dan tingkat atas. Tingkat bawah berada di lantai dasar bawah yang menyimbolkan hubungan dengan manusia, tingkat tengah berada di lantai satu dan dua yang menyimbolkan hubungan dengan alam, dan tingkat atas berada di lantai tiga dan empat yang menyimbolkan hubungan dengan Tuhan.[3]
Fitur bangunan
Menara pandang ini memiliki total lima lantai dengan penggunaan yang berbeda-beda, yakni lantai dasar bawah dan lantai satu hingga empat. Lantai satu dan dua merupakan wilayah di bagian bawah menara yang akan digunakan untuk ruang pertemuan dan zona komersial/pertokoan yang disewakan, sedangkan lantai tiga dan empat berada di bagian atas menara. Lantai tiga menara memiliki dek observasi dengan jembatan kaca tembus pandang pada ketinggian sekitar 70-80 meter dan puncak menara di bawah mahkota teratai yang dibatasi dengan mesh atau pembatas jaring besi. Akses menuju dek observasi dan puncak menara dapat dilakukan melalui lift berkapasitas 20 orang dan tangga darurat.
Fasad bangunan dilengkapi dengan pencahayaan teknologi LED berwarna-warni yang menyinari bagian tubuh menara hingga mahkota teratai.
Lihat pula
Referensi
Pranala luar