Masjid Jami' Cipari adalah salah satu masjid tertua di Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Masjid yang berlokasi di Kampung Cipari, Desa Sukarasa, Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut ini mulai dibangun tahun 1895 dalam kompleks pesantren dan baru selesai pada tahun 1934.[1] Pendirinya adalah K.H. Yusuf Taudziri.[2]
Arsitektur
Masjid ini memiliki keunikan karena mirip dengan bangunan gereja. Ciri yang menegaskan bahwa bangunan tersebut adalah masjid, hanyalah kubah dan menara. Yang membuat Masjid Cipari sangat mirip dengan gereja adalah bentuk bangunannya yang memanjang dengan pintu utama persis ditengah-tengah tampak muka bangunan dan keberadaan menaranya yang terletak di ujung bangunan persis diatas pintu utama.[1]
Posisi menara dan pintu utama telah menjadikan bagian ini tampil tepat sinergi dan tampak luas. Dari bentuk dan posisi menara dan pintu utama ini, bangunan ini mengingatkan pada bentuk bangunan-bangunan gereja. Ketika masuk ke dalam, yang memberi penanda bahwa bangunan ini adalah masjid hanyalah keberadaan ruang mihrab. Sementara ruang salatnya, semuanya mirip ruang kelas yang dapat dimasuki dari pintu di sebelah Utara dan Selatan, atau dari pintu Timur yang terletak di antara ruang naik tangga.[1]
Pada Masjid Cipari, langgam art deco sebagaimana dicirikan dengan bentuk geometris, terlihat jelas pada pengolahan mashabnya. Pola-pola dekorasi geometris yang berulang di atas material batu kali memperlihatkan dengan jelas langgam ini. Selain itu, garis horisontal yang halus pada sisi samping kanan maupun kiri, juga mencirikan langgam yang sama.[1]
Untuk menara dan atapnya yang menyerupai kubah dengan beberapa elemen dekorasi pada bagian samping maupun puncaknya, juga menegaskan langgam art deco yang artistik. Menara masjid berketinggian lebih kurang 20 meter, juga menegaskan bahwa bangunan ini adalah masjid.[1]
Fungsi
Masjid ini selain berfungsi sebagai masjid dan pesantren, pada zaman kolonial Belanda digunakan sekaligus sebagai tempat latihan perang, pertahanan pejuang kemerdekaan,[3] dan pendirian PSII cabang Garut. Pada zaman kemerdekaan dimanfaatkan sebagai basis latihan tentara pejuang dan dapur umum. Pada zaman pemberontakan DI/TII dijadikan tempat pengungsian, perawatan pejuang yang terluka ketika kembali dari Yogyakarta, perlindungan para pejuang dan keluarganya, dapur umum, serta latihan perang. Kemudian, pada zaman G30S/PKI dijadikan tempat perjuangan melawan PKI, tempat pertemua para ulama, pertahanan dan perlindungan, serta dapur umum. Sekarang, masjid ini berfungsi berfungsi sebagai tempat ibadah dan madrasah.[2]
Mulai tahun 2015, masjid ini dimasukkan ke dalam paket wisata Kabupaten Garut oleh Zigra Wisata. Pengunjung juga dapat menginap di rumah homestay sekitar masjid. Para pengunjung dapat menikmati suasana pesantren dengan segala aktivitasnya. Pengunjung juga dapat naik ke puncak menara untuk melihat-lihat alam sekitarnya yang berupa pesawahan, perkampungan, dan pegunungan.
Referensi