Masjid Agung Baitunnur Pati merupakan[1] masjid besar di Kabupaten Pati.
Letak
Masjid Baitunnur ini terletak di sisi sebelah barat alun-alun kota Pati, atau yang lebih dikenal sebagai simpang lima. Di sebelah kiri Masjid Agung Baitunnur, tepat di sisi utara alun-alun, terdapat Kantor Bupati Pati dan Gedung DPRD Kabupaten Pati.
Ciri-ciri
Ciri khas dan keunikan Masjid Agung Baitunnur Pati lainnya adalah kombinasi apik antara marmer putih pada lantai dan dinding bagian depan yang berpadu dengan ornamen kayu berwarna cokelat.
Sejarah
Masjid Agung Baitunnur Pati dibangun[2] pertama kali oleh Raden Adipati Aryo Condro Adinegoro (nama asli dia adalah Raden Bagus Mita). Dia memegang kekuasaan antara tahun 1829-1895 M. Pembangunan Masjid Baitunnur ini dimulai pada tahun 1261 H atau 1845 M. Tahun pembangunan ini ditunjukkan oleh prasasti berbentuk kaligrafi milik Masjid Agung Baitunnur Pati yang sekarang berada di Masjid Gambiran. Kaligrafi tersebut berbunyi: “ibtidaa’u binaa’i hadza al-masjid fii sanah 1261 H / 1845 M”. (artinya: Awal Pembangunan Masjid ini adalah pada Tahun 1261 Hijriyah bertepatan dengan Tahun 1845 Masehi)
Dahulu Atap Masjid berundak seperti Masjid Agung Demak dan masjid-masjid kuno di Jawa Tengah yang dibangun oleh para wali. Masjid tidak memiliki kubah, tetapi seperti cungkup berundak khas yang terdapat di rumah-rumah jawa kuno.
Kemudian pada tahun 1289 H / 1969 M masjid Agung Baitunnur Pati direnovasi. Tahun renovasi ini bisa dilihat pula pada tulisan Arab di sebelah kiri Prasasti Kaligrafi yang sama.
Tulisan Arab pada prasasti tersebut berbunyi: “tajdiid wa tausii’u hadza al-masjid fii sanah 1389 H / 1969 M”. (artinya: renovasi dan perluasan Masjid ini adalah pada Tahun 1389 Hijriyah yang bertepatan dengan Tahun 1969 Masehi)
Hal tersebut berarti bahwa selama 124 tahun sejak dibangun pertama kali pada tahun 1261 H/1845 M masjid Agung Pati mengalami renovasi dan perluasan pada tahun 1389 H/1969 M. Pada tahun tersebut yang menjadi Bupati Pati adalah A.K.B.P. Raden Soehargo Djojolukito (Menjadi Bupati Pati dari Tahun 1967-1973 M).
Bahwa desain bangunan berubah, dan atap masjid yang sebelumnya tanpa kubah kemudian memiliki kubah di atasnya. Atap berundak masjid masih dipertahankan. Menara depan masjid yang sebelum renovasi berdiri gagah sudah tidak tampak lagi.
Pada tahun 1979 masjid Agung Baitunnur Pati direnovasi untuk kedua kalinya di akhir Jabatan Bupati Kol. Pol. Drs. Edy Rustam Santiko (menjabat Bupati dari Tahun 1973-1979 M). Pembangunan selesai pada tahun 1980 M yang pada saat itu Bupati Pati dijabat Kol. Inf. Panoedjoe Hidayat. Desain masjid pada renovasi kedua ini dilakukan oleh Nu’man dari ITB Bandung. Desain Masjid Agung Baitunnur Pati berubah total dari desain sebelumnya.
Masjid Agung Baitunnur Pati setelah direnovasi pada tahun 1979-1980 M.
Desain Masjid Agung Pati yang sebelumnya berundak dan berkubah, setelah direnovasi pada 1979 M, atap masjid tidak lagi berundak dan juga tidak lagi berkubah. Desain bangunan masjid tersebut terkesan desain minimalis dan bertahan sampai sekarang ini.
Masjid Agung Baitunnur Pati juga memiliki mimbar unik dan kuno yang berumur sekitar 160 tahun. Mimbar ini adalah hadiah atau pemberian Raden Adipati Aryo Condro Adinegoro 9 tahun setelah pembangunan masjid. Di dalam mimbar tersebut terdapat prasasti bertuliskan huruf Arab Pegon.
Bunyi teks pada Prasasti tersebut adalah: “yasa dalem kanjeng raden hadipati harya tjandra adhinegara ing mimbar masjid negari pati punika (wulan) jumadal awwal (tahun) dal (tahun) alfun wa mi´ataini wa sab’una (1270 H) utawi (wulan) januari tahun 1854 M”
(artinya: karya/pemberian Kanjeng Raden Adipati Aryo Condro Adhinegoro berupa mimbar Masjid Negara Pati pada Bulan Jumadil Awwal tahun Dal tahun seribu dua ratus tujuh puluh hijriyah (1270 H) bertepatan dengan Bulan Januari tahun 1854 M).
Keunikan
Masjid Agung Baitunnur memiliki arsitektur yang unik. Di samping kiri masjid menjulang menara tunggal yang terpisah dengan bangunan utama masjid. Di sebelah belakang masjid berdiri Gedung Islamic Centre yang bergandengan dengan tempat wudu dan kamar mandi. Keunikannya, antara masjid dan tempat wudu dihubungkan dengan teras dan kolam yang sama-sama berdasarkan tatanan batu-batu kecil (kerikil). Terasa eksotis di hati, memang.