Mansa Musa
Musa Keita I (lahir sekitar tahun 1280 - meninggal tahun 1337) adalah mansa kesepuluh Kekaisaran Mali (yang dapat diterjemahkan menjadi "sultan", "penakluk",[2] atau kaisar[3][4][5][6][7]). Ia berkuasa selama 25 tahun dari tahun 1312 sampai tahun 1337. Pada saat Mansa Musa naik tahta, wilayah Kekaisaran Mali mencakup bekas wilayah Kekaisaran Ghana di Mauritania selatan dan di Melle (Mali) serta wilayah-wilayah sekitarnya. Musa memiliki banyak gelar, seperti "Amir Melle", Penguasa Tambang-Tambang Wangara", dan "Penakluk Ghanata".[8] Mansa Musa konon telah menaklukkan 24 kota.[9] Pada masanya, negara Mali merupakan penghasil emas terbesar di dunia, dan Mansa Musa merupakan salah satu orang terkaya dalam sejarah. Konon jumlah kekayaannya terlalu besar sehingga tidak dapat diperkirakan secara pasti.[10] Salah satu kisahnya yang paling dikenal adalah saat ia pergi untuk menunaikan ibadah haji di Mekkah.[11] Dalam perjalanannya, ia sangat dermawan dan membagi-bagi emasnya, tetapi tindakannya ini konon malah merusak ekonomi di Kairo, Medina, Mekkah dan kota-kota lain yang dilintasinya, karena nilai emas langsung jatuh dan harga-harga pun naik. Untuk memperbaiki keadaan ini, dalam perjalanan pulangnya, ia mencoba meminjam semua emas yang dapat ia bawa dari peminjam uang di Kairo dengan bunga yang tinggi, tetapi upaya ini kurang berhasil. Ini merupakan satu-satunya peristiwa dalam sejarah ketika satu orang mampu mengendalikan harga emas secara langsung di kawasan Laut Tengah.[11] Mansa Musa meninggal pada tahun 1337 dan diteruskan oleh anaknya, Maghan I. Mansa Maghan adalah salah satu penguasa destruktif yang memulai kemunduran pelan kekaisaran Mali sampai disintegrasi penuh pada awal abad ke-17. Catatan kaki
|