Latta atau al-Lat (bahasa Arab: اللات, translit. al-Lāt, pelafalan[alːaːt]), juga dieja Allat, Allatu, dan Alilat, adalah salah satu dewiArab pra-Islam, yang pada suatu waktu dipuja di bawah berbagai asosiasi di seluruh Jazirah Arab, termasuk Makkah, di mana ia disembah bersama Uzza dan Manat sebagai salah satu putri Allah. Kata Allat atau Elat telah digunakan untuk merujuk pada berbagai dewi di Timur Dekat kuno, termasuk dewi Asherah-Athirat.
Penyembahan terhadap Latta dibuktikan dalam prasasti Arab Selatan sebagai Lat dan Latan, tetapi ia lebih menonjol di Arabia utara dan Hijaz , dan pemujaannya mencapai hingga Suriah.[3] Para penulis aksara Safaitik sering menyebut Latta dalam prasasti mereka. Dia juga disembah oleh Nabataean dan dikaitkan dengan Uzza. Kehadiran aliran sesatnya dibuktikan di Palmyra dan Hatra. Di bawah pengaruh Yunani-Romawi, ikonografinya mulai menunjukkan atribut Athena, dewi Yunani perang, serta padanan Romawinya Minerva.
Menurut sumber-sumber Islam, suku Bani Tsaqif di Tha'if secara khusus sangat menghormatinya. Dalam tradisi Islam, peribadatannya berakhir ketika kuilnya di Thaif dibongkar atas perintah nabi Islam Muhammad.[4]
Etimologi
Lātta
Menurut riwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, Mujahid, Rabi’ bin Anas mereka membaca (الاَّتَ) dengan ditasydidkan taa (تَّ) dan mereka menafsirkannya dengan “Seseorang yang mengadoni gandum untuk para jamaah haji pada masa jahiliyyah. Tatkala dia meninggal, mereka i’tikaf di kuburannya lalu menyembahnya.” Mujahid berkata: “Al Lātta adalah orang yang dahulunya tukang mengaduk tepung gandum (dengan air atau minyak) untuk dihidangkan kepada jamaah haji. setelah meninggal, merekapun senantiasa mendatangi kuburannya.”
Imam Al-Bukhari mengatakan, Telah diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas berkata tentang firman Allah “Al-Lātta dan Al-’Uzza.”: “Al-Lātta adalah seseorang yang menjadikan gandum untuk para jamaah haji.”[5]
Syaikh Sholeh bin Fauzan Al-Fauzan berkata, Lātta dengan dobel huruf "t" sebagai isim fa’il (Lātta) berasal dari kata kerja latta-yaluttu. Dia (Lātta) adalah seorang lelaki yang shalih yang biasa mengadon tepung untuk memberi makan jama’ah haji. Ketika dia meninggal, orang-orang pun membangun sebuah rumah di atas kuburannya, dan menutupinya dengan tirai-tirai. Akhirnya mereka menyembahnya sebagai sekutu selain Allah.
Lāta
Sedangkan kata Lata tanpa dobel huruf "t", adalah nama berhala di Tha'if. Dia berupa batu yang dipahat, yang dibangun sebuah rumah di atasnya. Padanya ada tirai-tirai yang menyamai ka’bah. Di sekelilingnya ada halaman dan di mempunyai pelayan (penjaga). Berhala ini milik kabilah Tsaqif dan kabilah-kabilah yang ada disekitar mereka.
Lāta kedua ini dibuat dari batu besar yang dianggap suci, diletakkan di dalam kotak kayu berbentuk persegi dengan batu permata di dalamnya. Ia dikenal juga oleh Herodotus sebagai "Alilat". Lembah Wajj dianggap suci dan sejajar dengan berhala tersebut. Disekitar berhala itu banyak pepohonan yang tidak boleh ditebang. Para penyembahnya selalu meletakkan persembahan berupa baju, batu permata dan hadiah-hadiah lain di atas batu berhala tersebut, sebagai salah satu upacara keagamaan.
Cultus Lāta ada hari ini di persatuan keagamaan yang asal Rusia (Siberia) "Lingkaran orang berbakti kepada Dewi ALLAT".[6]