Kupu-kupu gajah
Kupu-kupu gajah (Attacus atlas) adalah sejenis ngengat bertubuh besar yang menyebar luas di wilayah tropika dan subtropika Asia Tenggara; umum ditemukan di Kepulauan Nusantara.[2] Dalam bahasa Inggris ia dikenal sebagai Atlas moth. Kupu-kupu gajah kerap dianggap sebagai ngengat yang terbesar di dunia,[3] khususnya terkait luas permukaan sayap-sayapnya, yang mencapai 400 cm². Rentang sayapnya pun termasuk salah satu yang terlebar, hingga lebih dari 25 cm (10 in). Ngengat betina ukuran tubuhnya lebih besar dan lebih berat daripada yang jantan. Attacus atlas merupakan jenis yang bersifat polifagus dikarenakan ulat jenis ini dapat memakan 90 genus tanaman dari 48 familia[4]. Sifat polifagus larva A.atlas[5] dikenal masyarakat sebagai hama karena memiliki nafsu makan yang rakus, sehingga dapat mengakibatkan defoliasi tanaman di beberapa tempat dan selama musim tertentu. NamaNgengat ini dinamai kupu-kupu gajah[6] kemungkinan karena ukuran tubuhnya yang besar, seperti halnya gajah. Dalam bahasa asing, disebut ngengat atlas karena dikaitkan dengan tokoh mitologi Atlas; namun juga karena pola-pola di sayapnya menyerupai peta (atlas). Jenis ini di Bali disebut kupu-kupu barong, dinamakan seperti itu karena ukurannya yang sangat besar dan coraknya yang menyerupai corak Barong.[7] Dalam bahasa orang Kanton di Hong Kong, namanya berarti "ngengat kepala ular", merujuk pada gambaran di ujung sayap depannya yang mirip kepala ular.[8] Ulatnya yang bertubuh besar dikenal sebagai ulat keket (Btw.: uler kékét), atau ulat jedung. UkuranLepidoptera yang memiliki rentang sayap terlebar sejauh ini adalah Thysania agrippina. Salah satu spesimen kupu-kupu gajah yang terbesar dari Jawa, tercatat memiliki rentang sayap 262 mm, sementara rentang sayap Thysania diklaim sekitar 270–280 mm (11 in).[9] ManfaatUlat keket Attacus atlas menghasilkan benang sutra, yang dijalinnya menjadi kokon untuk melindungi dirinya ketika menjadi kepompong. Sutra yang dihasilkannya, dikenal sebagai sutra liar atau sutra alam, dianggap memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan sutra hasil peliharaan ulat Bombyx mori. Kain sutra liar ini lebih sejuk saat dipakai, tahan kusut, antialergi, lebih halus, dan memiliki variasi warna eksklusif.[10] Di India, sutra ulat keket dikenal sebagai fagara.[11] Ulat keket atau ulat jedung ini juga dapat memakan berbagai jenis daun tumbuhan. Di antaranya, yang biasa dijadikan pakan adalah daun tanaman dadap, gempol, keben, poncosudo, sirsak, avokad, dan senggugu (Clerodendron).[12] Daur hidup
Catatan kaki
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Attacus atlas. Wikispecies mempunyai informasi mengenai Attacus atlas.
|