Galat Lua: callParserFunction: function "Template" was not found.
Upaordo
Heterocera
Ngengat adalah serangga yang berhubungan dekat dengan kupu-kupu dan kedua-duanya termasuk ke dalam Ordo Lepidoptera. Perbedaan di antara kupu-kupu dan ngengat lebih dari sekadar taksonomi. Kadang nama Rhopalocera (kupu-kupu) dan Heterocera (ngengat) digunakan untuk memformalisasikan perbedaan mereka. Banyak usaha telah dilakukan untuk membagi ordo Lepidoptera menjadi kelompok seperti Microlepidoptera dan Macrolepidoptera, Fenatae dan Jugatau, atau Monotrysia dan Ditrysia. Kegagalan dari nama ini untuk tetap berada pada penggolongan moderan karena tidak ada dari penggolongan tersebut merepresentasikan sepasang kelompok monofiletis. Pada kenyataannya, kupu-kupu adalah kelompok kecil yang muncul dari "ngengat".
Kebanyakan spesies ngengat giat pada malam hari,tetapi ada juga yang giat pada petang dan pagi, serta yang giat pada siang hari.
Pengaruh ngengat pada ekonomi
Ngengat dan ulatnya adalah salah satu hama perkebunan di banyak bagian di bumi. Ulat dari ngengat gipsi (Lymantria dispar), sebuah spesies invasif menyebabkan kerusakan yang parah terhadap hutan di Amerika Serikat timur laut. Di daerah beriklim sedang ngengat codling menyebabkan kerusakan yang parah terutama pada perkebunan buah. Di daerah tropis dan subtropis ulat kubis (Plutella xylostella) mungkin adalah hama tanaman kubis-kubisan yang paling ganas.
Beberapa ngengat pada keluarga Tineidae sering kali dianggap sebagai hama karena larvanya memakan bahan kain seperti baju dan selimut yang dibuat dari serat alami seperti wol dan sutra, mereka namun biasanya tidak memakan material yang dicampur dengan serat buatan. Kapur barus adalah penangkal ngengat yang paling sering digunakan dan dianggap cukup efektif namun ada kekhawatiran akan pengaruhnya pada kesehatan manusia. Larva ngengat dapat dibunuh dengan membekukan barang yang mereka serang untuk beberapa hari pada suhu dibawah -8 derajat celsius. [1]
Ngengat cukup tahan banting dan lebih tidak rentan pada pembasmi hama dibandingkan nyamuk dan lalat.
Beberapa ngengat namun juga berguna dan diternakkan seperti contohnya ulat sutera, larva dari ngengat domestik Bombyx mori. Ulat sutera diternakkan untuk diambil kepompongnya. Tidak semua sutra diproduksi oleh Bombyx mori karena ada beberapa spesies Saturniidae yang juga diternakkan untuk sutranya seperti ngengat Ailanthus (anggota dari kelompok Samia cynthia ), ngengat sutra ek cina (Antheraea pernyi), ngengat sutra assam (Antheraea assamensis), dan ngengat sutra jepang (Antheraea yamamai).
Ulat mopane, ulat dari Gonimbrasia belina, dari keluarga Saturniidae, merupakan salah satu sumber makanan di Afrika Selatan.
Perlu dicatat bahwa ngengat dewasa tidak memakan bahan kain. Ngengat besar seperti Lun, Polyphemus, Atlas, Prometheus, Cercropia, tidak mempunyai mulut dan mereka meminum nektar untuk makanannya.
Ketertarikan terhadap cahaya
Ngengat dapat ditemukan mengitari cahaya buatan. Satu hipotesis yang diajukan untuk menjelaskan fenomena ini adalah bahwa mereka menggunakan sebuah teknik navigasi bintang yang dinamakan orientsi lintant. Dengan menjaga sebuah sudut yang tetap dengan sebuah objek langit yang terang (bulan) ngengat dapat terbang pada garis lurus. Objek angkasa ini sangatlah jauh sehingga bahkan setelah terbang dengan jauh tidak ada perbedaan sudut yang berarti namun hal ini akan berbeda dengan cahaya buatan.
Cahaya buatan manusia belum muncul cukup lama untuk memengaruhi evolusi sistem navigasi ngengat. Ketika ngengat menemukan sebuah cahaya buatan yang lebih dekat dan menggunakannya untuk navigasi, sudutnya berubah dengan signifikan setelah menempuh jarak yang dekat insting dari ngengat tersebut mencoba memperbaikinya dengan berbelok ke arah cahaya dan hal ini pada akhirnya mengakibatkan pola terbang spiral yang makin mendekat pada sumber cahaya.[1]
Hal ini dapat berakibat fatal bagi si ngengat apabila sumber cahaya buatan itu dapat membunuhnya seperti misalnya lilin atau pengejut serangga.
Teori lain yang telah diajukan untuk menjelaskan ketertarikan ngengat jantan terhadap lilin didasarkan dari indra penciuman. Ada bukti bahwa penciuman mungkin, pada beberapa kasus, diperantarai dengan pendeteksian spektra infra-merah dari sebuah bahan[2] dan spektra inframerah dari api lilin kebetulan mengandung garis-garis emisi yang mirip dengan frekuensi getar feromon ngengat betina [3] sehingga ia tertarik pada api lilin.
Bunga yang mekar di malam hari biasanya bergantung kepada ngengat (atau kelelawar) untuk penyerbukannya, dan cahaya buatan dapat mengundang ngengat jauh dari bunga yang membutuhkannya. Sebuah cara untuk menghindari ini adalah dengan menaruh bahan kain atau jaala disekitar lampu atau menggunakan cahaya lampu berwarna (disarankan warna merah) untuk menghalau perhatian ngengat pada cahaya buatan tersebut.