Kumon Educational Japan Co., Ltd adalah organisasi kursus belajar yang didirikan oleh Toru Kumon pada tahun 1954. Metode Kumon adalah metode belajar matematika dan pemahaman bacaan yang diterapkan di kelas-kelas secara efektif. Kumon dikembangkan dengan sistem waralaba. Metode Kumon memiliki tujuan agar siswa-siswanya mencapai materi SMA dengan belajar secara mandiri. Diawali dengan pembukaan kelas di Osaka, Jepang pada tahun 1958, kini Metode Kumon telah menyebar di lebih dari 60 negara dan wilayah di seluruh dunia dengan lebih dari tiga juta enam ratus ribu siswa yang sedang belajar dengan metode ini.[1]
Garis Besar
Filosofi
“Dengan menggali potensi yang dimiliki oleh setiap individu serta mengembangkan kemampuannya sebesar-besarnya, Kumon memberikan kontribusi kepada masyarakat dengan mengembangkan manusia-manusia yang sehat dan berbakat.”
Filosofi tersebut memiliki makna bahwa Kumon menerapkan pendidikan yang paling sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswa. Dengan mengetahui perbedaan kemampuan para siswa dan memberikan cara belajar yang dapat mengembangkan kemampuan masing-masing siswa, Kumon menerapkan pendidikan yang dapat mengembangkan sumber daya manusia yang memiliki pola pikir yang baik.[2]
Makna Logo Kumon
Lambang “O” pada logo Kumon disebut dengan “THE THINKING FACE”. Lambang wajah ini merepresentasikan siswa, orang tua, Pembimbing dan Asisten, staf, dan seluruh orang-orang yang berhubungan dengan Kumon yang senantiasa berpikir dan terus berkembang. Latar belakang berwarna biru memiliki makna kecerdasan dan kesungguhan. Warna biru ini juga mengandung pesan bahwa seluruh dunia adalah sebuah kesatuan. Desain logo Kumon ini diciptakan oleh Yonemura Work pada tahun 2001.[3]
Sejarah
Pada tahun 1954, anak laki-laki Toru Kumon bernama Takeshi yang sedang duduk di kelas 2 SD, mendapat nilai yang tidak bagus dalam pelajaran matematika di sekolahnya. Sang ibu menyampaikan kekhawatiran ini kepada Toru Kumon, yang pada saat itu adalah seorang guru matematika SMA. Setelah mencoba membantu Takeshi dalam pelajaran matematika, Toru Kumon merasa bahwa buku-buku pelajaran yang digunakan di sekolah tidak dapat membantu siswa untuk memiliki rasa percaya diri dan kemampuan yang dibutuhkan. Karena itu, Toru Kumon memutuskan untuk membuat sendiri soal-soal berhitung di dalam kertas loose leaf untuk dikerjakan setiap hari oleh Takeshi. Dengan pemikiran bahwa Takeshi mendapatkan kemampuan yang dibutuhkan saat akan masuk ke SMA, Toru Kumon berusaha membuat soal-soal yang memungkinkan Takeshi untuk belajar secara mandiri. Inilah awal mula terciptanya Metode Kumon.
Dengan metode belajar tersebut, di akhir kelas 3 SD, Takeshi telah maju hingga persamaan linear majemuk dengan tiga variabel. Bahkan sebelum duduk di kelas 6 SD, Takeshi telah sampai ke materi kalkulus diferensial dan integral. Kemudian Toru Kumon mengundang beberapa anak-anak yang berada di lingkungan rumahnya untuk belajar di rumahnya dan menerapkan cara belajar yang sama seperti yang diterapkan kepada Takeshi. Hasilnya, semua anak-anak yang belajar dengan metodenya mengalami peningkatan kemampuan akademik.
Melihat hasil ini, Toru Kumon memutuskan untuk mengembangkan potensi sebanyak mungkin anak melalui metode belajarnya. Karenanya, pada tahun 1958, Toru Kumon memutuskan untuk mendirikan sebuah kantor di Osaka dengan nama Osaka Institute of Mathematics dan membuka lebih banyak Kelas Matematika. Secara resmi, Osaka Institute of Mathematics.Ltd didirikan pada tahun 1962. Pada tahun yang sama, kelas pertama dibuka di Shinjuku, Tokyo.
Sejak diterbitkannya buku Kumon-shiki Sansuu no Himitsu (Rahasia Matematika Metode Kumon) yang ditulis oleh Toru Kumon pada tahun 1974, Metode Kumon semakin dikenal oleh masyarakat secara luas. Buku ini memperkanalkan tujuan dan teori Metode Kumon serta contoh-contoh nyata dari bimbingan dan cara belajar yang efektif.
Pengembangan Kumon ke Luar Jepang
Kelas Kumon pertama kali dibuka di luar Jepang pada tahun 1974 di New York, Amerika Serikat Hal ini diawali oleh adanya orang tua siswa Kumon yang berencana pindah ke New York namun memiliki keinginan untuk melanjutkan pembelajaran anaknya di Kumon. Pada akhirnya, orang tua tersebut menjadi Pembimbing Kumon dan menjalankan kelas Kumon di New York. Pada awalnya, kelas Kumon di New York diperuntukkan bagi orang-orang Jepang yang tinggal di sana. Namun, seiring dengan meningkatnya reputasi Kumon, orang-orang lokal di New York pun belajar di kelas Kumon.
Kumon mulai lebih banyak dikenal di dunia ketika pada tahun 1988 Metode Kumon diperkenalkan di sekolah dasar Sumiton di Alabama, Amerika Serikat. Hanya dalam waktu beberapa bulan sejak Kumon diperkenalkan, para siswa mengalami hasil belajar yang mengagumkan. Media Newsweek menyebut peristiwa ini dengan “Miracle of Sumiton”. Pada tahun 1990, majalah TIME mengangkat artikel mengenai Kumon, yang membuat banyak orang di banyak negara di dunia bertanya dan mencari informasi mengenai Kumon.[4]
Saat ini, ada sebanyak empat juta dua ratus ribu orang yang sedang belajar dengan Metode Kumon di 51 negara di dunia.[5]
Metode Belajar Kumon
Di dalam Metode Kumon, terdapat dua mata pelajaran utama, yaitu matematika dan pemahaman bacaan bahasa ibu dan bahasa asing (isi mata pelajaran pemahaman bacaan berbeda-beda tergantung negaranya).
Setiap anak yang akan belajar di Kumon akan diberikan tes penempatan untuk menentukan kemampuan yang dimilikinya. Berdasarkan hasil tes penempatan tersebut, Pembimbing Kumon akan membuat rencana belajar perseorangan. Siswa Kumon biasanya akan memulai pembelajarannya di Kumon dari materi yang mudah untuk membentuk kebiasaan belajar, konsentrasi, dan pemahaman dasar yang kuat.
Seiring dengan majunya tingkat pembelajaran siswa, Pembimbing Kumon membuat perencanaan belajar yang ‘tepat’. Istilah ‘tepat’ seperti yang disampaikan Toru Kumon yang dimaksud adalah tingkat kesulitan yang diberikan kepada siswa agar siswa tetap bersemangat dan dapat belajar secara mandiri, namun tidak terlalu sulit sehingga siswa menjadi tidak bersemangat. Rencana belajar ini diperbarui secara rutin oleh Pembimbing Kumon sesuai dengan kemampuan yang telah dicapai siswa.
Seluruh mata pelajaran Kumon dilakukan dengan menggunakan lembar kerja dan pensil. Siswa Kumon tidak menggunakan kalkulator. Seluruh soal-soal berhitung dikerjakan dengan hitungan di dalam kepala. Tingkat kesulitan lembar kerja meningkat secara bertahap dan sedikit demi sedikit.[6]
Pembimbing Kumon
Pengelolaan kelas Kumon dijalankan oleh Pembimbing Kumon dan dibantu oleh tim asisten. Seluruh Pembimbing Kumon memiliki kualifikasi dan telah menerima pelatihan untuk melakukan bimbingan Metode Kumon.
Sebelum kelas Kumon dimulai, Pembimbing Kumon menentukan rencana belajar setiap siswa dan mempersiapkan lembar kerja yang memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri. Saat jam kelas, Pembimbing Kumon mengamati siswa-siswa yang sedang belajar dan memberikan saran dan petunjuk apabila diperlukan. Apabila siswa telah selesai belajar, Pembimbing Kumon atau asisten menilai lembar kerjanya. Apabila terdapat kesalahan pada lembar kerja yang dikerjakan siswa, Pembimbing akan meminta siswa untuk memperbaikinya. Setelah pembelajaran siswa selesai, Pembimbing Kumon menyampaikan hasil belajar siswa hari itu dan memberikan lembar kerja yang akan dikerjakan siswa di rumah.
Selain menjalankan kelas Kumon, Pembimbing Kumon juga melakukan komunikasi dengan orang tua siswa untuk menyampaikan kondisi belajar siswa serta mendiskusikan rencana belajar selanjutnya.[7]
Bahan Pelajaran Kumon
Program belajar utama Metode Kumon adalah matematika dan pemahaman bacaan pada bahasa Ibu dan bahasa asing. Saat ini mata pelajaran bahasa ibu tersedia untuk bahasa Jepang, Inggris,Indonesia, Thailand, Portugis, Cina, dan Spanyol. Selain itu terdapat pula program Saido Learning, Kaligrafi, dan Baby Kumon, namun belum diperkenalkan secara luas di seluruh dunia. Siswa yang telah menyelesaikan program belajar matematika atau/dan pemahaman bacaan di Kumon disebut dengan Kumon Completer.[8]
Program Matematika
Program matematika memiliki tujuan agar siswa Kumon dapat menguasai bahan pelajaran matematika setara SMA melalui belajar secara mandiri. Lembar kerja matematika disusun dengan menyertakan soal-soal berhitung yang diperlukan agar siswa dapat mengerjakan soal-soal kalkulus. Lembar kerja matematika Kumon disusun dengan tingkat kesulitan yang meningkat secara bertahap sehingga siswa yang masih duduk di sekolah dasar atau prasekolah dapat mengalami kemajuan hingga materi diferensial dan kalkulus. Saat ini, program matematika tersedia di dalam sebelas bahasa di seluruh dunia.
Lembar kerja program matematika disusun seperti berikut.[9]
ZI & ZII: Membuat garis lurus,garis lengkung,dan garis dalam jalur yang sempit
Level 6A: Membaca bilangan sampai dengan 10.
Level 5A: Membaca sampai dengan bilangan 50.
Level 4A: Menulis bilangan sampai dengan 50, membaca bilangan sampai dengan 100.
Level 3A: Menulis bilangan sampai dengan 120, pengenalan penjumlahan.
Level 2A: Penjumlahan sampai dengan penjumlahan 10.
Level A: Penjumlahan dan pengurangan.
Level B: Penjumlahan dan pengurangan bersusun.
Level C: Tabel perkalian, perkalian, dan pembagian.
Level D: Perkalian, pembagian, dan pengenalan pecahan.
Level E: Pecahan
Level F: Empat operasi matematika pada pecahan, desimal.
Level G: Bilangan positif dan negatif, persamaan linear.
Level H: Persamaan linear majemuk, fungsi, dan grafik.
Level I: Pemfaktoran, persamaan kuadrat, fungsi kuadrat, teorema Pythagoras.
Level J: Pemfaktoran tingkat tinggi, teorema sisa, teorema faktor.
Level K: Fungsi (fungsi kuadrat, pecahan, irasional, dan eksponen).
Level L: Fungsi logaritma, kalkulus diferensial, integral.
Level X (lanjutan): XM, XP, XS, XT, dan XV (Matriks, Probabilitas, Statistik, Segitiga, dan Vektor).
Program Reading (English)
Program Reading merupakan mata pelajaran yang pada dasarnya diperuntukkan bagi siswa yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utama dalam berkomunikasi. Program Reading (English) dan English as a Foreign Language (EFL) memiliki tujuan agar siswa Kumon memiliki kemampuan pemahaman bacaan yang tinggi dengan belajar secara mandiri.
Lembar kerja program Reading disusun seperti berikut.[10]
Level 5A: Letter Tracing, Sound Parts, Word Tracing
Level 4A: Familiar Letter Combination, Rhyming Skills, Sentence Tracing
Level 3A: Spelling Patterns, Take the Tail, Syllables, Sentence Copying
Level 2A: Word Puzzle, Function of Words, Oral Reading
Level AI & AII: Simple Sentences, Basic Expressions, Making Short Sentences, Writing from Memory, Sentence Topics, Thought Sequence
Level BI & BII: Subject and Predicate, Expression in the Past, Modifiers, Making Statements, Defining Words, Identifying Ideas, Comparing and Contrasting
Level CI & CII: Parts of a Sentence, Expressions of Language, Sentence Construction, Elements of Statements, Organizing Information, Synthetizing Ideas
Level DI & DII: Complex Sentence Analysis, Statements from Paragraphs, Topic, Main Idea, Paragraph Development
Level EI & EII: Links within Sentences, Diagramming Paragraphs, Scene Transition, Underlining, Reason and Result0
Level FI & FII: Referring Words, Interpreting Text, Requirements of Questions, Unraveling Text, Recounting Story Events
Level GI & GII: Reading Impressions, Identifying Paragraph Elements, Identifying Sentiment, Summary Method Level G, Summarizing a Single Paragraph
Level HI & HII: Reading Perspectives, Paragraph Connections, Character Variations, Summary Method Level H, Summarizing over Paragraph
Program English as a Foreign Language adalah program bahasa Inggris bagi siswa yang tidak menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utama dalam berkomunikasi. Saat ini, ada 12 negara yang menyediakan program EFL. Program EFL terdiri dari tujuh Stage yang masing-masing terdiri dari tiga buah Level. Lembar kerja program EFL disusun sebagai berikut.[11]
Stage 1 (Level 7A, 6A, 5A): Mendengar dan mamahami arti kata, menghubungkan bunyi dengan kata, frasa, dan kalimat.
Stage 2 (Level 4A, 3A, 2A): Memahami dan menulis kata, menghubungkan huruf-huruf yang membentuk kata, frasa, dan kalimat dengan gambar.
Stage 3 (Level A, B, C): Kosakata dasar: pronoun dan article, ungkapan dasar sehari-hari.
Stage 4 (Level D, E, F): Memahami cerita pendek yang terdiri dari 150 – 250 kata, memahami dan membuat kalimat sederhana.
Stage 5 (Level G, H, I): Memahami cerita yang terdiri dari 300 – 400 kata, memahami dan membuat kalimat sederhana, memahami dan membuat kalimat majemuk dan kalimat dengan infinitive, tenses, dll.
Stage 6 (Level J, K,L): Membaca dan memahami cerita pendek dan esai yang dikutip dari buku, membaca dan memahami cerita dan esai dengan kosakata dan tata bahasa baru.
Stage 7 (Level M, N O): Membaca dan memahami cerita dan esai yang lebih panjang yang terdiri dari 1000 – 1200 kata.