Kshatriya Jawa
Kshatriya Jawa adalah masyarakat Kshatriya Hindu di Pulau Jawa, Indonesia. Menurut hukum Hindu, Kshatriya memiliki hak memanggul senjata untuk mempertahankan negaranya. Kaum Kshatriya yang terkemuka di Jawa ada di Kerajaan Kahuripan, Singasari, Kediri, dan Janggala. Karya sastra berjudul Rangga Lawe menerangkan secara terperinci mengenai para Kshatriya dan Waisya di Keraton Kerajaan Kediri. Jawa atau Kediri merupakan salah satu kerajaan Hindu yang diperintah oleh golongan Kshatriya.[1] Kshatriya Jawa yang terkenal pada umumnya bernama awal Kebo atau Mahisa (berarti kerbau) dan Rangga untuk menandakan kekuatannya.[1][2][3] Keluarga Kshatriya yang berkedudukan penting di Jawa adalah Kebo Mundarang, Kebo Kanigara, Kebo Chaluk, Kebo Jerang, Kebo Siluman, Kebo Taluktak, Kebo Teki, Kebo Wilalungan, Mahisa Bungalan, Ki Mahisa Sapati, Rangga Mayang, Rangga Palana, Rangga Pasung, Rangga Rabete, Rangga Ralengsong, Rangga Sampana, Rangga Smi, Rangga Sumbi, Rangga Wirada, dan Anurangga Sunting.[1] Beberapa kaum Kshatriya tersebut juga bermigrasi ke Pulau Bali, di antaranya adalah Dewa Agung beserta saudara tirinya Arya Damar dan enam Kshatriya lainnya. Namun, hanya Dewa Agung yang mempertahankan status Kshatriya-nya sementara keturunan dari tujuh orang lainnya diturunkan statusnya menjadi Wesya (Waisya). Keluarga kerajaan Dewa Agung yang mulanya berasal dari Jawa dianggap sebagai leluhur dari hampir seluruh Kshatriya di Bali.[1] Kshatriya Jawa punah pada abad ke-16 akibat terjadinya perang terus-menerus hingga runtuhnya Majapahit. Tidak ada keturunan yang tersisa dari masyarakat ini sekarang, kecuali mereka yang ada di Bali yang mengeklaim sebagai keturunan Dewa Agung.[1] Lihat pulaReferensi
|