Krabuku sangir
Krabuku sangihe atau krabuku sangihe, Tangkasi Sangir, Senggasi, Higo, Tenggahe[3] adalah hewan endemik dari Pulau Sangihe. Krabuku ini memiliki ciri fisik dengan bulu berwarna cokelat kekuningan, panjang tubuh antara 11,5-12,5 cm, panjang ekor hampir dua kali panjang tubuh dengan ukuran sekitar 22,5-24 cm di mana ujung dari ekornya tersebut ditumbuhi rambut-rambut tipis. Hewan ini memiliki berat tubuh sekitar 110-120 gram. Uniknya, ukuran telinganya lebih besar dari kepalanya. HabitatHewan ini bisa bertahan hidup pada ketinggian yang bervariasi tergantung jenisnya, mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 2.200 mdpl. Beberapa peneiliti juga menemukan Tarsius sangirensis di ketinggian berkisar antara 10-150 mdpl dan bahkan ada yang menemukannya di sekitar ketinggian sampai 1.220 mdpl atau sekitar 4.000 kaki.[4] Umumnya Tarsius sangirensis mendiami hutan sekunder dan lahan perkebunan dari dataran rendah sampai ketinggian 1.300 mdpl.[5] Status KonservasiPredator alami krabuku sangir adalah burung, ular, dan musang. Selain itu, yang menjadi ancaman eksistensi hewan ini adalah hilangnya habitat, fragmentasi habitat, dan Gunung api Awu juga dapat dianggap sebagai ancaman bagi populasi Tarsius sangirensis, karena merupakan gunung berapi yang aktif dan mematikan yang terletak di Pulau Sangihe Besar. Krabuku sangir sering juga diperdagangkan sebagai cendera mata bagi wisatawan yang berkunjung ke Kepulauan Sangihe. IUCN (The Internationl Union for Conservasion of Nature), Tarsius sangirensis termasuk ke dalam kategori genting yang adalah spesies yang berada dalam bahaya kepunahan dan tidak mungkin dapat lestari jika sumber-sumber penyebab kepunahannya tidak dihentikkan.[6] Referensi
|