Kodok-puru hutan adalah sejenis katak dari famili Bufonidae (suku katak buduk). Nama ilmiahnya adalah Ingerophrynus biporcatus, menunjuk pada sepasang gigir pendek yang berada di atas kepalanya.
Nama-nama daerahnya antara lain: kodok buduk (Btw.), bangkong buduk (Sd.), dan kodok berut (Jw.). Dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama Crested Toad atau Indonesian Toad.
Pemerian
Kodok yang sedang besarnya; jantan antara 55–70 mm, sedangkan betina 60–80 mm SVL (snout-vent length, dari moncong ke anus). Di atas ubun-ubun terdapat sepasang gigir (crest) pendek. Sepasang kelenjar parotoid yang besar, oval sampai menyegitiga, terletak di atas bahu. Masing-masing diikuti dengan sederet bintil-bintil yang membesar, hingga ke depan paha.
Punggung kecokelatan, keabu-abuan atau kehitaman[1], dengan coreng-moreng kecokelatan. Ada pula spesimen yang berwarna cokelat kemerahan, dengan deretan bintil di belakang parotoid berwarna merah jambu. Beberapa bercak hitam di punggung terletak tidak simetris. Sisi perut (ventral) berwarna putih keabu-abuan, dengan bercak-bercak gelap kehitaman terutama di sekitar dada. Bintil-bintil di punggung dan perut lebih halus daripada bangkong kolongDuttaphrynus melanostictus, tetapi berbentuk meruncing. Juga perut umumnya tidak segendut melanostictus. Jantan biasanya dengan tenggorokan kemerahan.
Kaki dan tangan pendek-pendek namun kuat. Jari-jari tangan berujung tumpul, tanpa menggembung, tanpa selaput renang. Sedangkan jari-jari kaki berselaput renang sampai sekitar setengahnya.[1]
Kebiasaan dan penyebaran
Kodok ini biasa ditemukan di lingkungan hutan-hutan primer dan hutan sekunder, serta di sekitar hunian manusia. [1]Di lingkungan permukiman, kodok ini agak jarang ditemukan dekat rumah dan lebih banyak di sekitar kolam atau belumbang di kebun dan pekarangan.
Untuk memikat betinanya, kodok jantan mengeluarkan suara nyaring dari atas tanah di dekat tepi kolam atau air. Terkadang kodok ini juga berbunyi dari vegetasi yang tumbuh di air, misalnya dari semak sikejut Mimosa pigra sekitar 1-2 meter dari tepian. Bunyi: pirroook.. kirrooo..ook !, nyaring dan parau berulang-ulang.
Ketika kawin, betinanya meletakkan ratusan butir telur dalam satu rangkaian panjang di genangan air.
Kelompok (grup) Bufo biporcatus baru-baru ini (2006) diriviu dan dipisahkan dari marga Bufo, serta dikelompokkan ke dalam marga tersendiri Ingerophrynus. Ada sekitar 10 anggota marga ini, termasuk biporcatus. Jenis-jenis yang lain:
I. macrotis, menyebar Myanmar, Thailand, Indochina, hingga ke utara Semenanjung Malaya. Mungkin sampai ke India dan Yunan
I. parvus, bangkong kerdil, di Myanmar selatan, Thailand barat daya, Kamboja barat daya, Semenanjung Malaya, Sumatra dan Jawa
I. philippinicus, terbatas di Palawan, Filipina, dan pulau-pulau sekitarnya
I. quadriporcatus, bangkong rawa, di Semenanjung Malaya, Sumatra, Borneo, Natuna dan Singapura.
Bahan bacaan
Berry, P.Y. 1975. The Amphibian Fauna of Peninsular Malaysia. Tropical Press, Kuala Lumpur.
Inger, R.F. 1966. The Systematics and Zoogeography of The Amphibia of Borneo. FMNH, Chicago.
Inger, R.F. and R.B. Stuebing, 1997. A Field guide to The Frogs of Borneo. Natural History Publications (Borneo) Sdn.Bhd., Kota Kinabalu, Sabah.
Iskandar, D.T. 1998. Amfibi Jawa dan Bali. Puslitbang Biologi LIPI, Bogor.
Iskandar, D.T. and E. Colijn. 2000. Preliminary Checklist of Southeast Asian and New Guinean Herpetfauna. I. Amphibians. Treubia Vol 31 Part 3 (Suppl.):1-133, Dec. 2000.
^ abcMusthofa, Imam; Ali, Raafi Nur; Pamungkas, Kuncoro Tri (2021). Panduan Lapangan Herpetofauna (Amfibi & Reptil) di Kawasan Ekowisata Desa Jatimulyo. Yogyakarta: Masa Kini. hlm. 48. ISBN978-623-96813-1-9.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)