Klan Hōjō (北条氏code: ja is deprecated , hōjō shi) dalam sejarah Jepang adalah sebuah keluarga (klan) yang menguasai gelar turun-temurun shikken (secara resmi hanyalah wali) dari Keshogunan Kamakura. Dalam praktiknya keluarga ini memegang kekuasaan pemerintahan yang sesungguhnya, sering kali sebagai diktator, atas para shogun Kamakura atau istana kekaisaran yang hanya menjadi simbol hukum semata. Anggota-anggota klan Hōjō juga dikenal karena perlawanan mereka atas bangsa Mongol, pendorong tersebarnya aliran Buddhisme Zen dan Bushido, dekadensi moral yang ekstrem, serta pengambilan berbagai keputusan negara dalam pertemuan-pertemuan rahasia di rumah pribadi.
Asal usul
Klan Hōjō adalah keturunan dari keluarga bangsawan Taira cabang Kammu, yang berasal dari Provinsi Izu. Hōjō mendapatkan kekuasaan dengan cara mendukung dan menjalin perbesanan dengan klan Minamoto untuk memusnahkan kerabat dekat mereka sendiri yaitu klan Taira. Minamoto no Yoritomo dengan dukungan Hōjō berhasil memenangkan Pertempuran Dan-no-ura. Namun hanya 18 tahun berselang, Hōjō merebut kekuasaan segera setelah Yoritomo meninggal dunia.
Awal kekuasaan
Hōjō Tokimasa membantu Minamoto no Yoritomo untuk mengalahkan pasukan Taira dan menjadi shogun yang pertama di Jepang. Hōjō Masako, putri Tokimasa, menikah dengan Yoritomo. Setelah kematian Yoritomo, Tokimasa menjadi wali dari anak shogun; sehingga secara efektif mengambil kendali atas shogun. Keturunan Minamoto dan pangeran kekaisaran selanjutnya menjadi boneka dan sandera dari klan Hōjō yang berkuasa.
Akhir kekuasaan
Klan Hōjō jatuh dari kekuasaaan karena serangan Ashikaga Takauji, seorang penguasa bawahan (vassal) yang sebelumnya mereka perintahkan untuk mengalahkan pasukan-pasukan yang bersekutu dengan Kaisar Go-Daigo pada tahun 1333. Pada tahun yang sama, Nitta Yoshisada juga menyerbu Kamakura dan seluruh anggota klan Hōjō yang tersisa (hampir 900 orang) melakukan bunuh diri di kuil keluarga Tosho-ji.