Kisah SinuheKisah Sinuhe adalah karya sastra yang dianggap sebagai salah satu karya terbaik dalam sastra Mesir Kuno. Kisah Sinuhe bersetting setelah kematian firaun Amenemhat I, pendiri dinasti ke-12 Mesir pada awal abad ke-20 SM. Kemungkinan kisah ini ditulis segera setelah tanggal tersebut, meskipun manuskrip tertua yang ditemukan berasal dari masa kekuasaan Amenemhat III (sekitar 1800 SM).[1] Saat ini sedang diperdebatkan, apakah kisah ini dibuat berdasarkan kejadian nyata atau tidak.[2] Sementara itu konsensus meyakini bahwa Kisah Sinuhe kemungkinan besar merupakan karya fiksi.[3][4] Pengarang Kisah Sinuhe yang anonim digelari sebagai "Shakespeare Mesir".[5] SinopsisSinuhe adalah seorang pejabat yang menemani pangeran Senwosret I di Libya. Ia mendengar perbincangan mengenai kematian firaun Amenemhet I, sehingga Sinuhe melarikan diri ke Retjenu Hulu (Kanaan) dan meninggalkan Mesir. Ia menjadi menantu kepala suku Ammunenshi. Waktu terus mengalir, dan anak-anaknya tumbuh menjadi kepala suku dengan hak mereka masing-masing. Sinuhe bertempur melawan suku-suku pemberontak atas nama Ammunenshi. Sebagai orang tua, setelah mengalahkan musuh yang kuat, ia berdoa agar dapat kembali ke tanah airnya.[5]: "Semoga dewa mengasihaniku.. semoga ia mendengarkan doa seseorang yang jauh!.. semoga Raja mengasihani aku.. semoga aku diantar ke kota keabadian!".[6] Sinuhe lalu diundang Firaun Senwosret I untuk kembali ke Mesir. Ia menerimanya. Setelah menghabiskan sisa hidupnya dalam kemurahan hati firaun, Sinuhe akhirnya wafat dan jenazahnya disemayamkan dalam makam yang indah.[5] Referensi
Pranala luar
|