Kereta Sirkuler Mandalay
Kereta Sirkuler Mandalay merupakan layanan kereta api dalam kota Mandalay yang dioperasikan oleh Myanma Railways di bawah Kementerian Transportasi dan Komunikasi Myanmar. Jalur kereta ini membentang sepanjang 31 km dari stasiun Mandalay hingga stasiun Thaye Zay. Layanan yang juga dikenal sebagai Jalur Lingkar Timur ini berhenti di stasiun Shan Zu, Myo Haung, Thoe Gyan, Oe bo, dan Thaye Zay.[1] Layanan Kereta Sirkuler Mandalay terdiri atas dua perjalanan sehari yakni:
Tarif layanan kereta ini adalah 200 kyat per penumpang untuk sekali jalan dan 400 kyat untuk pulang pergi.[2] SejarahJalur Lingkar Barat yang diresmikan pada 4 Januari 1990 menandai mulainya pengoperasian tahap pertama Kereta Sirkuler Mandalay dengan rute sepanjang 56 km. Rute ini dimulai dari Stasiun Mandalay menuju jalur transportasi logistik kayu dan minyak di pelabuhan di tepi Sungai Irrawaddy lalu dilanjutkan ke arah utara. Jalur kereta ini melalui Pyigyunt dan Kanal Shwe Ta Chaung. Kondisi transportasi Mandalay saat itu dengan jalanan yang didominasi sepeda, becak, dan gerobak kuda membuat keberadaan layanan kereta api ini dianggap berbahaya bagi para pengguna jalan lainnya dan menjadi salah satu penyebab layanan Jalur Lingkar Barat dihentikan.[3] Sementara Jalur Lingkar Timur sendiri dibuka pada 2 Juni 1991.[3] Layanan Jalur Lingkar Timur juga sempat dihentikan sementara antara 9 Februari 2021 hingga 25 Maret 2022 akibat pandemi Covid-19.[2] KontroversiPada tahun 1992, Komandan Wilayah Mandalay Jenderal Htun Kyi mengambil paksa tanah yang akan digunakan untuk pembangunan stasiun Nan Shae untuk proyek pembangunan Kereta Sirkuler Mandalay. Pengambilan tersebut tanpa pemberitahuan sebelumnya maupun pemberian kompensasi. Komite Pengelolaan Tanah memutus untuk mengembalikan tanah di mana stasiun Nan Shae kini berdiri kembali kepada pemilik sebelumnya tetapi Departemen Perkeretaapiaan tidak mau melepaskan dan malah menawarkan kompensasi sebesar 12,6 juta kyat kepada pemilik tanah sebelumnya. Pemilik tanah sebelumnya menolak tawaran kompensasi tersebut dan hanya menghendaki pengembalian tanah yang sudah dimiliki keluarga selama bergenerasi.[4] Lihat jugaReferensi
|