Filipina ditempati oleh lebih dari 182 kelompok etnolinguistik,[1](hlm.5) banyak di antaranya yang tergolong sebagai "Orang Pribumi" menurut Undang-Undang Hak Orang Pribumi 1997. Kelompok-kelompok Muslim dari gugusan pulau paling selatan, Mindanao, biasanya dikategorikan bersama sebagai orang Moro, baik mereka tergolong sebagai Orang Pribumi maupun tidak. Sekitar 142 tergolong sebagai kelompok etnik non-Muslim, dan sekitar 19 kelompok etnolinguistik tergolong sebagai bukan Pribumi bukan juga Moro.[1](hlm.6) Berbagai kelompok migran telah memiliki kehadiran penting sepanjang sejarah negara tersebut.
Kelompok-kelompok etnik mayoritas Muslim di Mindanao, Sulu, dan Palawan secara kolektif dirujuk sebagai orang Moro,[2] sebuah kategori besar yang mencakup beberapa kelompok etnik pribumi dan beberapa kelompok etnik non-pribumi.[1](hlm.6) Dengan populasi lebih dari 5 juta jiwa, mereka menyumbang sekitar 5% dari total populasi negara tersebut.[3][4] Spanyol menyebut mereka "orang Moro", berasal dari nama orang Moor, meskipun tidak ada kemiripan atau kaitan budaya satu sama lain kecuali agama yang sama.
Sekitar 142 kelompok etnik pribumi di Filipina tidak tergolong sebagai orang Moro.[1](hlm.6) Beberapa dari kelompok etnik ini pada umumnya dikelompokkan bersama karena asosiasi yang kuat dengan wilayah geografis yang terhubung, meskipun kategorisasi besar semacam ini tidak selalu diterima oleh kelompok-kelompok etnik itu sendiri.[5][6][7] Misalnya saja, kelompok-kelompok etnik di Pegunungan Cordillera di Luzon bagian utara seringkali dirujuk menggunakan eksonim[5] "orang Igorot," atau lebih baru-baru ini, sebagai orang Cordillera.[5] Sementara, orang-orang non-Moro di Mindanao secara kolektif dirujuk sebagai Lumad, sebuah autonim kolektif yang diciptakan pada 1986 sebagai cara untuk membedakan mereka dari tetangga Moro pribumi mereka dan tetangga orang Bisaya.[8] Komunitas-komunitas etnik pribumi kecil masih terpinggirkan, dan seringkali lebih miskin daripada masyarakat yang lain.[9]
Sekitar 86 atau 87 persen populasi di Filipina termasuk ke dalam 19 kelompok etnolinguistik yang tergolong sebagai bukan pribumi bukan pula Moro.[1](hlm.6) Kelompok-kelompok ini kadangkala dirujuk sebagai "kelompok-kelompok dataran rendah ter-Kristenisasi," untuk membedakan mereka dari kelompok etnolinguistik yang lain.[10] Yang berpopulasi terbanyak di antara kelompok-kelompok ini, dengan populasi melebihi satu juta jiwa, adalah orang Ilocano, orang Pangasinan, orang Kapampangan, orang Tagalog, orang Bicolano, dan orang Bisaya (antara lain orang Cebuano, orang Boholano, orang Hiligaynon, dan orang Waray).[1](hlm.16) Banyak di antara kelompok-kelompok ini yang berpindah agama ke Kekristenan, terutama kelompok asli dan migran pesisir-dataran rendah,[11] dan mengadopsi unsur-unsur asing sepanjang sejarah negara tersebut.
Di samping kelompok migran yang menuturkan bahasanya sendiri, sebagian besar orang Filipina menuturkan bahasa-bahasa yang tergolong dalam rumpun bahasa Austronesia, termasuk berbagai kelompok Negrito di kepulauan tersebut, yang secara genetik dan fenotipe berbeda dsri kelompok etnik lainnya di Filipina.[20] Sementara kelompok-kelompok tersebut melestarikan budaya dan identitas khas yang berbeda dari kelompok-kelompok tetangga, mereka sudah lama mengadaptasi bahasa-bahasa Austronesia dari kelompok-kelompok tetangga.[21] Secara tradisional disubkategirikan secara geografis sebagai orang Ati di Bisaya dan Mindanao, dan orang Aeta di Luzon, populasi orang Negrito diperkirakan berjumlah 31.000 pada tahun 2004.[22]
Hasil dari sebuah studi DNA berskala besar yang dilakukan oleh "The Genographic Project" dari National Geographic, berlandaskan pengujian genetik terhadap 80.000 orang Filipina oleh National Geographic pada tahun 2008–2009, ditemukan bahwa rata-rata gen orang Filipina adalah 53% Asia Tenggara dan Oseania, 36% Asia Timur, 5% Eropa Selatan, 3% Asia Selatan dan 2% Pribumi Amerika.[23]
^Kamlian, Jamail A. (2012-10-20). "Who are the Moro people?" (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal March 22, 2023. Diakses tanggal 2019-02-12.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Philippines. 2013 Report on International Religious Freedom (Laporan). United States Department of State. July 28, 2014. SECTION I. RELIGIOUS DEMOGRAPHY. Diarsipkan dari versi asli tanggal May 26, 2019. Diakses tanggal October 29, 2021. The 2000 survey states that Islam is the largest minority religion, constituting approximately 5 percent of the population. A 2012 estimate by the National Commission on Muslim Filipinos (NCMF), however, states that there are 10.7 million Muslims, which is approximately 11 percent of the total population.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Philippines". U.S. Department of State. Diarsipkan dari versi asli tanggal October 5, 2020. Diakses tanggal October 29, 2021.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^National Statistics Office. “Statistics on Filipino Children.” Journal of Philippine Statistics, vol. 59, no. 4, 2008, p. 119.
^Ulindang, Faina. "Lumad in Mindanao". National Commission for Culture and the Arts (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal May 7, 2021. Diakses tanggal 2021-04-18.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Canave-Dioquino, Corazon. "Philippine Music, A Historical Overview". National Commission for Culture and the Arts (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-11-26. Diakses tanggal 2021-11-05.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Chua, Amy (2003). World On Fire. Knopf Doubleday Publishing. hlm. 3, 6. ISBN978-0385721868.
^Gambe, Annabelle (2000). Overseas Chinese Entrepreneurship and Capitalist Development in Southeast Asia. Palgrave Macmillan. hlm. 33. ISBN978-0312234966.
^Folk, Brian (2003). Ethnic Business: Chinese Capitalism in Southeast Asia. Routledge. hlm. 93. ISBN978-1138811072.