Kapal tempur kelas Bismarck adalah kelas kapal tempur terbesar yang pernah dibuat oleh Jerman, dan juga yang terberat di antara semua kapal yang pernah dibuat di Eropa. Ada dua kapal dalam kelas ini, yaitu Bismarck dan Tirpitz.
Desain
Secara umum, kelas Bismarck hampir senada karakteristiknya dengan kapal tempur kelas Richelieu Prancis. Pertama, dari persenjataan utama keduanya menggunakan delapan pucuk meriam kaliber 15 inchi. Kedua, sama-sama menggunakan meriam sekunder kaliber 5,9/6inchi (150/152mm) dan penggunaan baterai meriam anti-udara dengan posisi terpisah. Terakhir, Prancis dan Jerman sama-sama menginginkan sebuah kapal tempur berkecepatan 30knot (56 km/j). Tetapi, Prancis membangun kapal tempurnya dengan teknologi yang lebih maju daripada Jerman. Para kapal tempur kelas Bismarck kapal yang menjadi basis pengembangannya adalah kapal tempur kelas Baden buatan tahun 1916.
Meskipun menjadi ancaman besar, sejatinya dari segi rancang bangun, kapal tempur kelas Bismarck termasuk ketinggalan zaman. Desain Bismarck merupakan pembesaran dari dreadnought Jerman kelas Bayern pada Perang Dunia I, yang mengacu pada rancangan kapal tempur Austro-Hungaria. Ini karena Traktat Versailles dan juga Traktat Laut Washington mengekang pengembangan kekuatan laut Jerman, sehingga para ahli perkapalan Jerman tidak bisa belajar mengenai desain kapal perang yang termutakhir.[3]
Lebar kapal sengaja dibuat seminim mungkin, agar tetap lincah di perairan Jerman yang dangkal. Efeknya, panjang kapal menjadi melar dan sosok kapal menjadi terlihat lebih "berat". Dari segi interior, kapal dengan panjang yang lebar menjadi lebih bisa diatur dan menambah proteksi bawah air, dan juga kapal menjadi platform penembakan yang stabil di laut.
Masa dinas
Bismarck memulai perjalanan epiknya pada Mei 1941 bersama dengan penjelajah berat dari kelas Admiral Hipper, Prinz Eugen. Pada Pertempuran Selat Denmark, Bismarck dan Prinz Eugen berhasil menenggelamkan kapal penjelajah tempur Inggris, HMS Hood, dan merusakkan kapal tempur Inggris lainnya, Prince of Wales. Namun tiga hari kemudian, dalam upayanya lari ke Brest di Prancis, kemudi Bismarck rusak oleh serangan torpedo pesawat Fairey Swordfish dari kapal Induk Ark Royal, hingga akhirnya Bismarck berhasil dikeroyok oleh Armada Inggris, di antaranya 2 kapal tempur (King George V dan Rodney),[4] penjelajah, dan perusak. Bismarck tenggelam setelah mendapat hantaman torpedo dari penjelajah Dorsetshire yang menjadi coup-de-grace dari hantaman puluhan proyektil dan torpedo sebelumnya. Namun, dari berbagai kesaksian awaknya dan penemuan terbaru menunjukkan bahwa tenggelamnya Bismarck adalah akibat ditenggelamkan sendiri oleh para awak kapalnya.[5]
Tirpitz, sebaliknya, tidak mengalami aksi mentereng, namun menjadi ancaman laten bagi Royal Navy hingga 1944, alias lebih lama dari Bismarck. Pasca Operasi Rosselsprung, Tirpitz kemudian diperintahkan Hitler untuk berdiam di Trondheim, dan dilarang menyergap konvoi kecuali tidak ada ancaman dari kapal induk Inggris. Tirpitz juga dilarang kembali ke Jerman (takut diserang oleh Inggris di tengah jalan) dan tetap harus di Norwegia. Inggris pun terus melancarkan serangan udara ke Norwegia untuk menghancurkan Tirpitz, tetapi karena ketidakefektifan pesawat kapal induk, maka tugas ini diambilalih oleh RAF. Penghancuran Tirpitz termasuk dengan pengerahan bomber strategis Halifax dan Lancaster yang dilengkapi bom Tallboy seberat 6 ton. Puncaknya adalah pada November 1944, tiga bom Tallboy akhirnya berhasil mengaramkan Tirpitz di Tromso.[6] Bangkainya secara perlahan dihancurkan untuk dibesituakan pada 1948 sampai 1957.[7]
Maiolo, Joseph (1998). The Royal Navy and Nazi Germany, 1933–39 A Study in Appeasement and the Origins of the Second World War. London: Macmillan Press. ISBN978-0-312-21456-2.
Williamson, Gordon (2003). German Battleships 1939–45. Oxford: Osprey Publishing. ISBN978-1-84176-498-6.
Mulligan, Timothy P. (October 2005). "Ship-of-the-Line or Atlantic Raider? Battleship "Bismarck" between Design Limitations and Naval Strategy". The Journal of Military History. 69 (4).