Kan Keng TjongKan Keng Tjong (22 Juni 1797—11 Mei 1871), atau juga ditulis sebagai Kan Keng Tiong, dulu adalah seorang pebisnis berlatar belakang Tionghoa Indonesia yang pernah menjadi salah satu orang terkaya di Batavia, ibu kota Hindia Belanda (kini Indonesia).[1][2][3] BiografiLahir di Zhangzhou, Fujian, Kekaisaran Qing, Kan Keng Tjong bermigrasi ke Hindia Belanda pada awal abad ke-19.[3] Kan kemudian berbisnis di bidang perdagangan gula dan beras, serta menjadi tuan tanah di Batavia bagian timur.[3] Kan antara lain memiliki tanah partikelir Bekasi, Karang Tjongok, Papisangan, Gaboes, dan Loewong.[4][5] Kan lalu diangkat oleh Kekaisaran Qing menjadi mandarin tingkat tiga.[3] Kan menikah sebanyak tiga kali dengan wanita Tionghoa Peranakan, yakni Siauw Po Nio pada tahun 1831, Oeij Thu Nio pada tahun 1844, dan Jo Heng Nio pada tahun 1848.[1][3] Kan meninggal di Batavia pada tahun 1871.[3] Pada tahun 1897, Jo Heng Nio mendirikan Maatschappij tot Exploitatie van vastigheden Jo Heng Nio en Kan Keng Tiong untuk mengelola tanah partikelir milik keluarga Kan.[6][7] Jo Heng Nio adalah keponakan dari Jo Teng Kong, Letnan-tituler Cina. Sejumlah anak dari Kan pun menikahi anggota keluarga Cabang Atas di Hindia Belanda.[3][8] Putrinya, Kan Oe Nio, menikahi Han Oen Lee, Letnan Cina Bekasi. Sementara putrinya yang lain, Kan Pan Nio, menikahi Lie Tjoe Hong, Mayor Cina ketiga Batavia.[1] Putranya, Kan Tjeng Soen, menikahi Khouw Tjoei Nio, putri dari Khouw Tjeng Tjoan, Letnan-tituler Cina dan kakak dari Khouw Kim An, Mayor Cina kelima Batavia.[1] Melalui Kan Oe Nio, ia pun menjadi kakek dari Hok Hoei Kan, salah satu negarawan berlatar belakang Tionghoa Indonesia terkemuka pada periode akhir pendudukan Belanda di Indonesia.[1][9] Referensi
|