|
Sejarah |
Jerman Timur
|
Nama |
Eisenhüttenstadt |
Asal nama |
Eisenhüttenstadt |
Pembangun |
VEB Peenewerft, Wolgast |
Nomor galangan |
341 |
Pasang lunas |
18 Agustus 1977 |
Diluncurkan |
8 Maret 1978 |
Mulai berlayar |
4 Januari 1979 |
Dipensiunkan |
2 Oktober 1990 |
Dicoret |
1 Oktober 1990 |
Identifikasi |
Nomor lambung: 615 |
Nasib |
Dijual ke Indonesia pada 1993 |
Indonesia
|
Nama |
Teluk Jakarta |
Asal nama |
Teluk Jakarta |
Diperoleh |
25 Agustus 1993 |
Mulai berlayar |
14 September 1994 |
Tidak beroperasi |
14 Juli 2020 |
Identifikasi |
Nomor lambung: 541 |
Nasib |
Tenggelam akibat kebocoran, 14 Juli 2020 |
Ciri-ciri umum
|
Kelas dan jenis |
kelas Frosch |
Berat benaman |
1,950 ton panjang (1,981 t) |
Panjang |
98 m (321 ft 6 in) |
Lebar |
111 m (364 ft 2 in) |
Daya muat |
28 m (92 ft) |
Tenaga |
5,000 hp (0,003677 MW) |
Pendorong |
- 2 x mesin diesel
- 2 x poros
|
Kecepatan |
18 knot (33 km/h; 21 mph) |
Kapasitas |
11 tank amfibi atau kargo 400–600 ton |
Tentara |
1 kompi marinir |
Awak kapal |
46 |
Sensor dan sistem pemroses |
- Radar navigasi I-band TSR-333
- Radar udara/permukaan F-band MR-302 Strut Curve
|
Peralatan perang elektronik dan tipuan |
2 x peluncur sekam PK-16 |
Senjata |
1 × meriam tunggal Bofors 40 mm L/60
1 × meriam kembar V-11 37 mm L/63
2 × meriam kembar 2M-3 25 mm |
KRI Teluk Jakarta (541) adalah kapal pendarat kelas Frosch yang dioperasikan TNI Angkatan Laut. Kapal itu bekas Eisenhüttenstadt (615) dari Volksmarine.
Karakteristik
KRI Teluk Jakarta adalah landing ship medium reguler Proyek 108 (kode NATO: Frosch I).
Teluk Jakarta miliki panjang 98 m (322 ft), lebar 111 m (364 ft), dengan draft 28 m (92 ft) dan perpindahannya 1.950 ton panjang (1.981 t) pada beban penuh. Kapal ini ditenagai oleh dua mesin diesel, dengan total keluaran tenaga sebesar 5.000 tenaga kuda metrik (0,003677 MW) yang didistribusikan dalam dua poros.
Kapal ini memiliki kecepatan 18 knot (33 km/jam) dan dilengkapi 46 personel. Kapal tersebut memiliki kapasitas kargo 600 ton panjang (610 t).
Sebagai Eisenhüttenstadt, ia awalnya dipersenjatai dengan dua senjata kembar АК-725 kaliber 57 mm, dua senjata AK-230 laras ganda kaliber 30 mm dan dilengkapi dengan radar kendali tembakan Muff Cob. Kapal tersebut mungkin dilengkapi dengan dua peluncur roket 40 tabung kaliber 122 mm. Sebagai Teluk Jakarta, kapal ini dipersenjatai dengan satu meriam Bofors 40 mm L/60, satu meriam kembar V-11 37 mm L/63, dan dua meriam otomatis kembar 2М-3 kaliber 25 mm.
Sejarah layanan
Eisenhüttenstadt dibangun oleh VEB Peenewerft, Wolgast. Lunas pertama kapal ini diletakkan pada 18 Agustus 1977, diluncurkan pada 8 Maret 1978 dan ditugaskan ke Volksmarine pada 4 Januari 1979. Setelah reunifikasi Jerman, Eisenhüttenstadt dihapus pada 1 Oktober 1990 dan resmi dinonaktifkan dari Volksmarine pada 2 Oktober. Angkatan Laut Jerman yang bersatu tidak mengambil alih kapal tersebut dan kapal tersebut dibaringkan dengan nomor lambungnya yang dicat di Pangkalan Angkatan Laut Peenemünde, menunggu untuk dibuang sebagai besi tua.
TNI Angkatan Laut mengakuisisi kapal tersebut pada 25 Agustus 1993 sebagai bagian dari program pengadaan kapal perang yang dipimpin oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi saat itu, B. J. Habibie, selaku Koordinator Tim Pengadaan. Program pengadaan tersebut berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 1992 yang dikeluarkan Presiden Soeharto pada tanggal 3 September 1992 yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan TNI Angkatan Laut.[7][8] Sebelum berlayar ke Indonesia, kapal tersebut dipasang kembali dan didemiliterisasi di Jerman. Kapal tersebut tiba di Indonesia pada tahun 1994 dan ditugaskan sebagai KRI Teluk Jakarta (541) pada 19 September 1994.
Teluk Jakarta tenggelam akibat kebocoran setelah dihantam gelombang tinggi pada tanggal 14 Juli 2020 pukul 09:00 UTC+7 di perairan timur laut Pulau Kangean.[9][10] Dia tenggelam di kedalaman 90 meter saat membawa logistik tujuan Indonesia bagian timur. Ombak di kawasan itu naik setinggi 2,5 hingga 4 meter.[10] Semua 55 anggota awak selamat dari tenggelamnya kapal tersebut. 54 orang berhasil diselamatkan oleh KM Tanto Sejahtera dan terakhir oleh KM Dobonsolo. Mereka selanjutnya dipindahkan ke KRI Raden Eddy Martadinata.[10] Menurut Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut Laksamana Muda M. Zaenal, saat tenggelam, kapal dalam keadaan laik laut dan rutin dirawat.[10]
Referensi
Biografi