KRI Teluk Celukan Bawang (532)

Sejarah
Jerman Timur
Nama	Hagenow
Asal nama	Hagenow
Pembangun	VEB Peenewerft, Wolgast
Nomor galangan	332
Pasang lunas	7 Maret 1975
Diluncurkan	1 Desember 1975
Mulai berlayar	12 November 1976
Dipensiunkan	2 Oktober 1990
Dicoret	1 Oktober 1990
Identifikasi	Nomor lambung: 612, 632
Nasib	Dijual ke Indonesia pada 1993
Indonesia
Nama	Teluk Gilimanuk
Asal nama	Teluk Celukan Bawang, Kabupaten Buleleng
Diperoleh	25 Agustus 1993
Mulai berlayar	25 Februari 1994
Identifikasi	Nomor lambung: 532
Status	Aktif
Ciri-ciri umum
Kelas dan jenis	kelas Frosch
Berat benaman	1,950 ton panjang (1,981 t)
Panjang	98 m (321 ft 6 in)
Lebar	111 m (364 ft 2 in)
Daya muat	28 m (92 ft)
Tenaga	5,000 hp (0,003677 MW)
Pendorong	2 x mesin diesel 2 x poros
Kecepatan	18 knot (33 km/h; 21 mph)
Kapasitas	11 tank amfibi atau kargo 400–600 ton
Tentara	1 kompi marinir
Awak kapal	46
Sensor dan sistem pemroses	Radar navigasi I-band TSR-333 Radar udara/permukaan F-band MR-302 Strut Curve
Peralatan perang elektronik dan tipuan	2 x peluncur sekam PK-16
Senjata	1 × meriam tunggal Bofors 40 mm L/60 1 × meriam kembar V-11 37 mm L/63 2 × meriam kembar 2M-3 25 mm

KRI Teluk Celukan Bawang (532) adalah kapal pendarat kelas Frosch yang dioperasikan TNI Angkatan Laut. Kapal itu bekas Hagenow (612 / 632) dari Volksmarine.

KRI Teluk Celukan Bawang adalah landing ship medium reguler Proyek 108 (kode NATO: Frosch I).

Teluk Celukan Bawang memiliki panjang 98 m (322 ft), lebar 111 m (364 ft), dengan draft 28 m (92 ft) dan perpindahannya 1.950 ton panjang (1.981 t) pada beban penuh. Kapal ini ditenagai oleh dua mesin diesel, dengan total keluaran tenaga sebesar 5.000 tenaga kuda metrik (0,003677 MW) yang didistribusikan dalam dua poros.^[1]

Kapal ini memiliki kecepatan 18 knot (33 km/jam) dan dilengkapi 46 personel. Kapal tersebut memiliki kapasitas kargo 600 ton panjang (610 t).^[1]

Sebagai Hagenow, ia awalnya dipersenjatai dengan dua senjata kembar АК-725 kaliber 57 mm, dua senjata AK-230 laras ganda kaliber 30 mm dan dilengkapi dengan radar kendali tembakan Muff Cob.^[2] Kapal tersebut mungkin dilengkapi dengan dua peluncur roket 40 tabung kaliber 122 mm.^[2] Sebagai Teluk Celukan Bawang, kapal ini dipersenjatai dengan satu meriam Bofors 40 mm L/60, satu meriam kembar V-11 37 mm L/63, dan dua meriam otomatis kembar 2М-3 kaliber 25 mm.^[1]

Hagenow dibangun oleh VEB Peenewerft, Wolgast. Lunas pertama kapal ini diletakkan pada 7 Maret 1975, diluncurkan pada 19 Desember 1975 dan ditugaskan ke Volksmarine pada 1 Desember 1976.^[3] Setelah reunifikasi Jerman, Hagenow dihapus pada 1 Oktober 1990 dan secara resmi dinonaktifkan dari Volksmarine pada 2 Oktober.^[3][4] Angkatan Laut Jerman yang bersatu tidak mengambil alih kapal tersebut dan kapal tersebut dibaringkan dengan nomor lambungnya yang dicat di Pangkalan Angkatan Laut Peenemünde, menunggu untuk dibuang sebagai besi tua.^[5]

TNI Angkatan Laut mengakuisisi kapal tersebut pada 25 Agustus 1993^[6] sebagai bagian dari program pengadaan kapal perang yang dipimpin oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi saat itu, B. J. Habibie, selaku Koordinator Tim Pengadaan. Program pengadaan tersebut berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 1992 yang dikeluarkan Presiden Soeharto pada tanggal 3 September 1992 yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan TNI Angkatan Laut.^[7][8] Sebelum berlayar ke Indonesia, kapal tersebut dipasang kembali dan didemiliterisasi di Jerman. Kapal tersebut tiba di Indonesia pada tahun 1994 dan ditugaskan sebagai KRI Teluk Celukan Bawang (531) pada 25 Februari 1994.

• Gardiner, Robert; Chumbley, Stephen, ed. (1995). Conway's All the World's Fighting Ships 1947–1995. Annapolis, Maryland, USA: Naval Institute Press. ISBN 1-55750-132-7. 
• Moore, Capt. John (1984). Jane's Fighting Ships 1984-85. Jane's Information Group. ISBN 978-0710607959. 
• Saunders, Stephen, ed. (2009). Jane's Fighting Ships 2009-2010. Jane's Information Group. ISBN 9780710628886. 
• Ehlers, Hartmut (1991). "The Naval Facilities at Peenemünde After the German Unification". Warship International. International Naval Research Organization. 28 (3): 227–239. 

^[1]

1. ^ Saunders 2009, hlm. 362.