Juan Esnáider
Juan Eduardo Esnáider Belén (lahir 5 Maret 1973) adalah seorang pelatih dan mantan pemain sepak bola asal Argentina. Karier klubAwal karierLahir di Mar del Plata, Buenos Aires, Esnáider mengawali kariernya dengan bermain untuk klub lokal, Ferro Carril Oeste. Dia melakukan debut di kasta teratas liga Argentina bersama Ferro pada 2 September 1990. Dianggap sebagai pemain muda yang menjanjikan, dia dipanggil skuad Argentina U-20 untuk bermain di Kejuaraan U-20 Amerika Selatan pada 1991. Real MadridSetelah menjadi salah satu pemain terbaik dalam kompetisi Kejuaraan U-20 Amerika Selatan, pada April 1991 dia bergabung dengan Real Madrid.[3] Biaya transfer yang dibayar oleh Real Madrid adalah sekitar $2 juta dan merupakan nilai transfer tertinggi yang pernah dibayar untuk pemain Ferro pada saat itu.[4] Saat bergabung dengan Madrid, Esnáider baru bermain selama 309 menit sebagai pemain sepak bola profesional bersama Ferro.[4] Pada musim 1990–91, yang merupakan musim pertamanya dengan Los Merengues, dia membuat dua penampilan bersama tim utama. Setelah musim berakhir, dia dikirim untuk bermain bersama tim cadangan di Segunda División. Selama hampir dua musim bersama tim cadangan, Esnáider berhasil mencetak 18 gol dari 44 pertandingan liga.[5][6] Karena penampilannya yang cukup bagus bersama tim Castilla, pada pertengahan musim 1992–93, dia kembali dipanggil untuk bermain di tim utama Madrid. Meskipun hanya mencetak satu gol dari delapan pertandingan di liga,[6] Esnáider berhasil membantu klub menjuarai Piala Raja Spanyol, setelah mengalahkan Real Zaragoza di babak final.[7] Real ZaragozaKarena kurang mendapat menit bermain di Madrid, Esnáider bergabung dengan Real Zaragoza, dengan status pinjaman selama musim 1993–94, dengan opsi pembelian di akhir musim. Di musim pertamanya, ia berhasil mencetak 13 gol dan kembali memenangkan gelar Piala Raja Spanyol, meskipun tidak bermain di final karena skorsing. Esnáider berhasil memenangkan hati para penggemar Los Maños berkat penampilannya yang luar biasa, seperti dua golnya saat melawan Barcelona asuhan Johan Cruijff dalam kemenangan bersejarah 6–3 pada Februari 1994, atau golnya melawan Atlético Madrid di Vicente Calderón, dalam kemenangan telak 4–0. Di akhir musim, Zaragoza mengaktifkan opsi untuk mempermanenkan status Esnáider. Pada musim 1994–95, Esnáider dengan cepat berkembang menjadi salah satu penyerang paling produktif di sepak bola Eropa, membantu tim asal Aragon memenangkan Piala Winners UEFA 1994–95, dengan mencetak gol di final melawan Arsenal dan menjadi pencetak gol terbanyak kedua di turnamen tersebut setelah Ian Wright.[8][9] Di akhir musim, dia mencetak total 26 gol di semua kompetisi, termasuk gol-gol liga yang berkesan, seperti dua golnya saat melawan mantan klubnya, Real Madrid dalam kemenangan 3–2 pada Oktober 1994, atau golnya saat melawan Barcelona, dalam kemenangan 2–1 di La Romareda. Kembali ke Real MadridSetelah penampilannya yang luar biasa bersama Zaragoza, pada bulan Juli 1995, Real Madrid membawa Esnáider kembali dengan membayar lebih dari dua kali lipat harga saat mereka pertama kali merekrutnya.[10] Anehnya, dia diberi nomor punggung legendaris 7 yang ditinggalkan Butragueño dan kemudian diwariskan kepada Raúl.[11] Namun, musim 1995–96 yang dia mainkan bersama Real Madrid berlangsung buruk, baik secara pribadi (dia hanya mencetak satu gol) maupun sebagai tim (mereka tidak memenangkan gelar apa pun). Atlético MadridPada musim 1996–97, Esnáider bergabung dengan Atlético Madrid. Bersama Atlético, yang juga berisikan pemain hebat seperti El Cholo Simeone, Kiko, dan Pantic sebagai rekan setim, dia tampil menonjol dengan mencetak 21 gol.[12] Meskipun demikian, hubungan buruknya dengan pelatih Radomir Antić memaksanya untuk meninggalkan Los Rojiblancos setahun kemudian. Momen yang berkesan adalah ketika penjaga gawang Belanda, van der Sar, yang saat itu bermain untuk Ajax, menyelamatkan penalti Esnáider yang jika berhasil dicetak akan membawa timnya ke semifinal Liga Champions UEFA 1996–97.[13] EspanyolSetelah meninggalkan Atlético, pada musim 1997–98, Esnáider bergabung dengan klub yang berbasis di Barcelona, Espanyol.[14] Selama satu setengah musim bersama Los Periquitos, dia menjelma menjadi salah satu pemain bintang. Total dia mencetak 15 gol dari 37 pertandingan di liga selama satu setengah musim.[15][16] JuventusPada Januari 1999, Juventus mendatangkan Esnáider dengan biaya transfer sekitar £4,5 juta, sebagai pengganti yang diharapkan untuk Alessandro Del Piero yang baru saja absen karena cedera lutut serius.[17] Di musim pertamanya, ia melewatkan sebagian besar musim karena cedera dan hanya bermain di 13 pertandingan. Di musim keduanya, dia lebih sering duduk di bangku cadangan karena manajer Carlo Ancelotti lebih memercayai duet Inzaghi dan Del Piero di posisi penyerang. Selama dua musim bersama Nyonya Tua, dia hanya memainkan total 26 pertandingan dan mencetak dua gol. Kembali ke Real ZaragozaSetelah menjalani musim yang buruk di Italia, Esnáider kembali ke Real Zaragoza dengan status pinjaman pada Desember 2000 untuk menyelamatkan tim Aragon ini dari degradasi.[18] Dengan 11 gol dalam 17 pertandingan, dia membantu tim tersebut menghindari degradasi.[19][6] Selain berhasil membantu Zaragoza terhindar dari degradasi, Esnáider juga menunjukkan performa hebat yang menjadikannya pemain penting dalam skuad Los Maños. Dia juga membantu Zaragoza memenangkan gelar Piala Raja Spanyol,[20] seperti tujuh tahun lalu, meskipun Esnáider absen di final karena skorsing. Kembalinya Esnáider ke Real Zaragoza tidak terlepas dari kontroversi. Dalam pertandingan liga terakhir (yang sangat penting untuk menghindari degradasi), Esnáider diusir keluar lapangan pada awal pertandingan setelah menyikut pemain Celta Vigo.[21] Menurut rumor, pemain Argentina itu melakukannya dengan sengaja karena Presiden Solans telah memberitahunya bahwa dia tidak akan masuk dalam rencana klub untuk musim berikutnya. Pemain Argentina itu bahkan mencoba menyerang para penggemar yang mencemoohnya dan menyebut mereka sebagai penjilat uang.[22] Karier selanjutnyaSetelah meninggalkan Zaragoza, Esnáider kemudian bergabung dengan Porto.[23] Setelah setengah musim, dia kembali ke negaranya untuk bergabung dengan River Plate (di mana dia menjadi juara Clausura 2002 meskipun minim kontribusi).[24][7] Pada bulan Januari 2003, Esnáider menandatangani kontrak enam bulan dengan AC Ajaccio di Prancis.[25] Ketika bersama tim Korsika tersebut, dia hanya bermain beberapa pertandingan karena sering mengalami cedera, tetapi dia menolak menerima gajinya saat sedang memulihkan diri dari cedera. Setelah meninggalkan Prancis, Esnáider memutuskan untuk kembali ke liga Spanyol, dengan bergabung bersama klub yang baru promosi, Real Murcia.[26] Dalam satu-satunya musim bersama tim Pimentoneros, dia tidak hanya memberikan kontribusi yang sangat sedikit (hanya mencetak satu gol dari 17 penampilan), tetapi juga tidak bisa membantu klub menghindari degradasi ke Segunda División. Satu-satunya momen yang diingat ketika Esnáider bersama Murcia adalah sebuah insiden di sebuah konferensi pers, ketika dia secara verbal menyerang seorang jurnalis bernama Eva Franco dari surat kabar regional La Verdad, yang saat itu sedang meliput berita tim. Mereka membawa kasus tersebut ke pengadilan dan setelah mengakui fakta tersebut, Esnáider dijatuhi hukuman untuk membayar €600, €300 untuk pelanggaran ringan penghinaan dan €300 lainnya untuk kerugian moral. Jurnalis tersebut mengklaim bahwa insiden tersebut menyebabkan dia mengalami gangguan kecemasan.[21][27] Pada 2005, Esnáider kembali ke Argentina untuk bergabung dengan Newell's Old Boys. Setelah bermain selama enam bulan dengan klub tersebut, kondisi fisiknya mulai memburuk, dia kemudian memutuskan untuk pensiun dari sepak bola profesional pada usia 32 tahun.[7] Karier internasionalJuniorEsnáider termasuk ke dalam skuad Argentina yang mengikuti Kejuaraan U-20 Amerika Selatan 1991 di Venezuela pada bulan Februari tahun itu. Skuad Argentina yang dipimpin oleh Reinaldo Merlo, dan berisikan beberapa pemain kaliber seperti Marcelo Delgado dan Mauricio Pochettino, berhasil finis sebagai runner-up di bawah Brasil. Esnáider adalah salah satu pemain bintang dari tim dan kompetisi tersebut, menjadi pencetak gol terbanyak di kompetisi tersebut dengan torehan 7 gol, yang kemudian membuat Real Madrid tertarik padanya. Setelah Argentina lolos ke Kejuaraan Dunia Remaja FIFA 1991 yang berlangsung di Portugal, harapan yang tercipta untuk Esnáider dan tim berakhir dengan kegagalan besar, karena mereka finis di posisi terakhir fase grup dengan hanya mengumpulkan satu poin. Di sisi lain, dalam pertandingan kedua fase grup, saat melawan tim tuan rumah (yang berakhir dengan kekalahan 0–3), Esnáider menyerang wasit dan pemain lawan setelah diusir keluar lapangan karena permainan kasar, sebuah skandal yang kemudian diikuti oleh rekan setimnya. Setelah insiden itu, FIFA melarang tim Argentina U-20 mengikuti turnamen apapun selama dua tahun dan melarang Esnáider bermain di kompetisi internasional selama satu tahun.[28][29] Hal itu membuat penyerang tersebut tidak dipanggil ke tim nasional untuk waktu yang lama.[30] SeniorKarena skandalnya di Piala Dunia U-20 tahun 1991, Esnáider tidak mendapatkan panggilan tim nasional senior untuk waktu yang lama (bahkan selama kesuksesannya di Real Zaragoza). Dia akhirnya dipanggil masuk ke dalam skuad Argentina yang dilatih oleh Daniel Passarella untuk pertandingan persahabatan melawan Venezuela pada Desember 1995. Dia membuat debutnya pada pertandingan tersebut, bermain sebagai starter dan mencetak dua gol dalam kemenangan 6–0. Dia sempat dipanggil oleh manajer Marcelo Bielsa pada Oktober 1999, tetapi tidak pernah bermain dalam pertandingan apa pun. Setelah kesuksesan saat kembali ke Zaragoza, Bielsa mengonfirmasi bahwa Esnáider akan dimasukkan ke dalam skuad Argentina untuk Copa América 2001 yang diadakan di Kolombia.[31] Namun, tim Argentina memutuskan untuk mengundurkan diri dari kompetisi tersebut, dengan alasan kurangnya jaminan terkait konflik sosial yang sedang dialami oleh negara tuan rumah.[32] Karier kepelatihanEsnáider mendapat lisensi kepelatihannya pada Mei 2008. Setelah itu, ia bekerja di Spanyol sebagai komentator olahraga di Aragón Televisión dalam program "Directo Fútbol", dalam siaran Primera División bersama Vicente Catalán. Asisten di GetafePada 27 April 2009, Esnáider ditunjuk menjadi asisten pelatih Getafe CF, dibawah arahan mantan direktur akademi muda Real Madrid, Míchel González, untuk 5 pertandingan tersisa musim 2008–2009. Di akhir musim, dia berhasil membantu Getafe terhindar dari degradasi ke Segunda División. Setelah berhasil membawa Getafe lolos ke Liga Eropa UEFA dan mencapai semifinal Piala Raja Spanyol, Esnáider memutuskan untuk meninggalkan klub pada Desember 2010.[33] Real Zaragoza BPada 10 Juni 2011, Esnáider diperkenalkan sebagai direktur baru akademi muda Real Zaragoza dan pelatih kepala dari Real Zaragoza B. Dia berhasil mempertahankan tim yang lemah tanpa anggaran di Segunda División B. Esnáider meninggalkan klub asal Aragon itu pada akhir musim 2011–12.[34] CórdobaPada 9 April 2013, Esnáider ditunjuk sebagai pelatih baru Córdoba CF hingga 2014.[35] Dia menangani tim tersebut untuk 9 pertandingan terakhir liga musim 2012–13 dan mengakhiri musim di peringkat ke-14. Setelah musim berakhir, klub asal Andalusia tersebut memilih menggantikan Esnáider dengan Pablo Villa.[36] GetafePada 12 April 2016, dikonfirmasi bawah Esnáider akan menjadi pelatih baru Getafe CF, untuk mencoba membantu tim menghindari degradasi.[37] Meskipun dia berhasil mengeluarkan Getafe dari zona degradasi, kekalahan pada hari terakhir mengirim tim ini ke Segunda División.[38] Secara total, ia berhasil menambah 8 poin dari 6 pertandingan. Meskipun gagal bertahan di divisi teratas, Getafe tetap memperbarui kontrak Esnáider untuk memimpin tim di divisi kedua.[39] Pada 26 September 2016, Esnáider diberhentikan dari posisinya, setelah hanya mencatatkan satu kemenangan, 3 hasil imbang, dan 3 kekalahan dari 7 pertandingan pertama liga.[40] JEF United ChibaPada 26 November 2016, Esnáider secara resmi ditunjuk sebagai pelatih kepala klub J2 League, JEF United Chiba. Pada musim pertamanya, dia berhasil membawa timnya mencapai babak play-off promosi ke J1 League, tetapi tersingkir oleh Nagoya Grampus di babak semifinal.[41] Pada 18 Maret 2019, dia dipecat oleh klub Jepang tersebut, setelah hasil buruk pada musim 2018 dan dalam 4 pertandingan pertama musim 2019.[42] Renofa YamaguchiPada 29 Mei 2023, diumumkan bahwa Esnáider akan menjadi pelatih baru Renofa Yamaguchi yang berkompetisi di J2 League.[43] Pertandingan pertamanya bersama Renofa berlangsung pada 11 Juni, dalam kekalahan tandang 4–0 melawan Ventforet Kofu.[44] Setelah mengalami musim yang buruk dengan hanya menempati peringkat ke-20 dari 22 tim, tepat di luar zona degradasi, Esnáider meninggalkan klub pada akhir musim 2023.[45] PSBS BiakPada 14 Mei 2024, PSBS Biak menunjuk Esnáider untuk menjadi pelatih mereka hingga musim 2025–26.[46] Namun, setelah klub mengalami 3 kali kekalahan dalam 3 pertandingan pertama di Liga 1 musim 2024–25, Esnáider secara resmi dipecat oleh pihak klub pada 10 September 2024.[47] Kehidupan pribadiEsnáider berasal dari keturunan Jerman Volga dan Spanyol. Nama keluarganya adalah ejaan Spanyol dari Schneider dalam bahasa Jerman, yang berarti "penjahit".[21] Pada Hari Natal 2012, Esnáider kehilangan putranya yang bernama Fernando, yang baru berusia 17 tahun, karena penyakit terminal.[48] Putranya yang lain, juga bernama Juan, adalah seorang mantan pemain sepak bola yang berposisi sebagai penyerang.[49] Putranya yang satu lagi, Facundo, lahir di Porto dan saat ini bermain untuk Getafe B.[50][51] Statistik karierKlub
Internasional
Statistik kepelatihan
PrestasiReal Madrid Zaragoza Juventus
River Plate
Referensi
Pranala luar
|