John Shelby "Jack" Spong (16 Juni 1931 – 12 September 2021) adalah seorang uskup emeritus dari Gereja Episkopal Amerika Serikat. Dari tahun 1979 hingga tahun 2000 ia menjadi Uskup dari Newark (yang berbasis di Newark, New Jersey). Ia adalah seorang teolog Kristen liberal, komentator dan penulis agama. Ia menyerukan pemikiran ulang yang dasariah dari kepercayaan Kristen yang menjauh dari teisme dan doktrin tradisional.[1]
Kehidupan awal dan karier
Spong lahir di Charlotte, North Carolina, dan belajar di sekolah-sekolah negeri di Charlotte. Ia kuliah di Universitas North Carolina di Chapel Hill, menjadi anggota Phi Beta Kappa dan lulus dengan gelar Bachelor of Arts pada tahun 1952. Ia menerima gelar Master of Divinity pada tahun 1955 dari Virginia Theological Seminary pada tahun 1955. Ia memiliki gelar kehormatan Doctor of Divinity yang dianugerahkan kepadanya oleh Virginia Theological Seminary dan Saint Paul College, Virginia, serta gelar kehormatan Doctor of Humane Letters yang dianugerahkan oleh Muhlenberg College di Pennsylvania.
Pada tahun 2005, ia menulis: "[Aku telah] membenamkan diri dalam kajian kontemporter Alkitab di tempat-tempat seperti Union Theological Seminary di New York City, Yale Divinity School, Harvard Divinity School dan universitas bersejarah di Edinburgh, Oxford dan Cambridge."[2]Templat:Third-party inline
Spong menjabat sebagai rektor dari Gereja St. Joseph di Durham, North Carolina, dari tahun 1955 hingga 1957; rektor Paroki Calvary, Tarboro North Carolina, dari tahun 1957 sampai 1965; rektor Gereja St. John di Lynchburg, Virginia, dari tahun 1965 hingga 1969; dan rektor St. Paul di Richmond, Virginia, dari tahun 1969 hingga tahun 1976. Ia pernah memegang posisi dan memberikan kuliah di lembaga-lembaga teologis utama Amerika, yang paling menonjol di Harvard Divinity School. Ia pensiun pada tahun 2000. Sebagai seorang uskup emeritus, ia menjadi anggota dari Dewan Uskup Gereja Episkopal.[3]
Spong menggambarkan hidupnya sendiri sebagai sebuah ziarah dari literalisme dan teologi konservatif di masa yang beralih menjadi pemandangan yang luas tentang agama Kristen. Dalam sebuah wawancara pada 2013, Spong memuji almarhum uskup Anglikan John Robinson sebagai mentornya dalam ziarah ini dan mengatakan bahwa membaca tulisan-tulisan Robinson yang kontroversial pada tahun 1960-an membawanya kepada persahabatan dan hubungan mentoring dengannya selama bertahun-tahun.[4] Spong juga menghormati Robinson sebagai mentor dalam halaman-halaman pembukaan bukunya tahun 2002 Kekristenan Baru untuk Dunia Baru.
Penerima banyak penghargaan, termasuk Humanis Tahun 1999,[5] Spong merupakan kontributor untuk program DVD Living Questions dan pernah menjadi pembicara tamu di berbagai siaran televisi nasional (termasuk Today Show, Politiically Incorrect bersama Bill Maher, Dateline, 60 Minutes, dan Larry King Live). Jadwal kegiatan Spong penuh dengan kuliahnya di seluruh dunia.[6]
Spong adalah sepupu dari bekas Senator Demokrat Virginia William B. Spong, Jr., yang mengalahkan petahana Absalom Willis Robertson, ayah dari penginjil televisi Pat Robertson.
Tulisan
Tulisan-tulisan Spong mengandalkan sumber-sumber Alkitab dan non-Alkitab dan dipengaruhi oleh analisis kritis modern terhadap sumber-sumber tersebut (lihat khususnya Spong, 1991). Dia adalah wakil dari aliran pemikiran yang berakar dalam universalisme abad pertengahan dari Peter Abelard dan eksistensialismePaul Tillich, yang pernah disebutnya sebagai teolog favoritnya.[7]
Tema yang menonjol dalam tulisan Spong adalah bahwa interpretasi populer dan harafiah atas kitab suci Kristen tidak dapat dipertahankan dan tidak berbicara jujur kepada situasi modern komunitas Kristen. Ia percaya pada pendekatan yang lebih bernuansa ke dalam Alkitab, yang dibimbing oleh keilmuan dan kasih sayang, bisa konsisten dengan tradisi Kristen dan pemahaman alam semesta kontemporer. Ia percaya bahwa teisme telah kehilangan kredibilitas sebagai konsepsi yang sahih tentang hakikat Tuhan. Ia menyatakan bahwa ia adalah seorang Kristen karena ia percaya bahwa Yesus Kristus sepenuhnya menyatakan kehadiran Allah yang penuh kasih sayang dan tanpa pamrih dan bahwa ini adalah arti pemberitaan Kristen awal, "Yesus adalah Tuhan" (Spong, 1994 dan Spong, 1991). Mengelaborasi ide terakhir ini ia menegaskan bahwa Yesus diangkat oleh Allah sebagai Anak-Nya, (Born of a Woman, 1992), dan ia mengatakan bahwa inilah caranya Allah menjelma sepenuhnya di dalam Yesus Kristus. Ia menolak klaim kebenaran historis dari beberapa doktrin Kristen, seperti Kelahiran Perawan (Spong, 1992) dan kebangkitan Yesus secara ragawi (Spong, 1994). Pada tahun 2000, Spong menjadi seorang kritikus dari Kongregasi untuk Ajaran Iman dari deklarasi Gereja Katolik Roma, Dominus Iesus, karena hal ini menegaskan kembali doktrin Katolik bahwa Gereja Katolik Roma adalah satu-satunya Gereja yang benar dan, bahkan mungkin lebih penting lagi, bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya juruselamat bagi umat manusia.[8]
Spong juga telah menjadi pendukung kuat dari gereja yang mencerminkan perubahan dalam masyarakat pada umumnya.[9] Untuk maksud ini, ia menyerukan sebuah Reformasi baru, yang akan merumuskan banyak doktrin dasar Kekristenan.
Pandangannya tentang masa depan Kekristenan adalah, "...bahwa kita harus mulai di mana kita berada. Apabila saya menatap sejarah agama, saya mengamati bahwa wawasan-wawasan agama baru hanya akan muncul keluar dari tradisi lama ketika mereka mulai mati. Bukan dengan mengangkat wawasan yang lama itu keluar, tapi dengan menjalaninya, menembus ke dalamnya, menuju ke pandangan baru, maka kita mampu untuk mengubah agama arah. Kredo adalah lagu-lagu cinta abad ke-3 dan ke-4 yang diciptakan orang untuk menyanyikan pemahaman mereka tentang Allah. Kita tidak pernuh menerjemahkan kata-kata mereka secara harafiah untuk memahami makna atau keinginan mereka untuk bergabung dalam nyanyian kredo mereka. Saya pikir agama secara umum dan Kekristenan pada khususnya harus selalu berkembang. Memaksakan evolusi adalah dialog antara kata-kata hari kemarin dengan pengetahuan masa kini. Dosa Kekristenan adalah bahwa setiap dari kita pernah mengklaim bahwa entah bagaimana kita telah menangkap kebenaran kekal dalam bentuk-bentuk yang kita ciptakan."[10]
Menurut Uskup Keuskupan Newark, Uskup Spong menderita stroke sebelum berbicara pada suatu acara di Marquette, Michigan pada hari Sabtu, 10 September 2016.[11]
Kritik
Spong mengakui bahwa tulisannya telah membangkitkan dukungan yang besar dan sekaligus kutukan yang hebat dari segmen gereja Kristen yang berbeda.[12]
Gagasan-gagasan Spong telah dikritik oleh sejumlah teolog lainnya, terutama pada 1998 oleh Rowan Williams, Uskup dari Monmouth, yang belakangan menjadi Uskup Agung Canterbury. Williams menggambarkan "12 Butir Pembaruan" Spong menggambarkan "kebingungan dan penafsiran yang keliru".[15]
Pada sebuah perjalanan untuk memberikan kuliah di Australia pada 2001, Spong dilarang berbicara oleh Peter Hollingworth, Uskup Agung dari Brisbane, di jemaat-jemaat di wilayah keuskupannya. Perjalanan itu bertepatan dengan waktu Hollingworth meninggalkan jabatan keuskupannya untuk menjadi Gubernur Jenderal Australia. Hollingworth mengatakan bahwa waktunya tidak tepat bagi Song untuk "melibatkan jemaat-jemaat dalam masalah-masalah yang dapat terbukti kontroversial secara teologis."[16][17] Setelah buku Spong "Jesus for the Non-Religious" diterbitkan pada 2007, Peter Jensen, Uskup Agung dari Sydney, melarang Spong berbicara di jemaat-jemaat di keuskupannya. Sebaliknya, Phillip Aspinall, Primat Australia, mengundang Spong pada 2007 untuk menyampaikan dua khotbah di St. John's Cathedral, Brisbane.[18]
Mark Tooley, seorang Methodist yang menjadi presiden dari Institute on Religion and Democracy, sebuah tangki pemikiran yang terkenal atas kritiknya terhadap kelompok keagamaan yang liberal, mengkritik Spong pada 2010 "menawarkan teologi dan ideologi yang basi dari setengah abad yang lalu".[19]
Michael Bott, bekas wakil presiden dari Wellington Christian Apologetics Society di Selandia Baru, dan Jonathan Sarfati, konsultan editorial untuk Creation Ministries International, mengkritik keilmuwan Spong dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh jurnal Apologetics Society pada 1995 dan memutakhirkannya pada 2007, dengan mengatakan bahwa ia "memandang dunia dengan mata rasionalisme abad ke-19."[20]
Albert Mohler, presiden Southern Baptist Theological Seminary, telah mengutuk Spong sebagai penyesat, menyatakan bahwa ia telah "praktis menyangkal semua doktrin utama Kristen".[21]
1986 – Beyond Moralism: A Contemporary View of the Ten Commandments (co-authored with Denise G. Haines, Archdeacon), ISBN 1-878282-14-X
1987 – Consciousness and Survival: An Interdisciplinary Inquiry into the possibility of Life Beyond Biological Death (disunting oleh John S. Spong, pengantar oleh Claiborne Pell), ISBN 0-943951-00-3
1988 – Living in Sin? A Bishop Rethinks Human Sexuality, ISBN 0-06-067507-1
1991 – Rescuing the Bible from Fundamentalism: A Bishop Rethinks the Meaning of Scripture, ISBN 0-06-067518-7
1992 – Born of a Woman: A Bishop Rethinks the Birth of Jesus, ISBN 0-06-067523-3
1994 – Resurrection: Myth or Reality? A Bishop's Search for the Origins of Christianity, ISBN 0-06-067546-2
1996 – Liberating the Gospels: Reading the Bible with Jewish Eyes, ISBN 0-06-067557-8
1999 – Why Christianity Must Change or Die: A Bishop Speaks to Believers In Exile, ISBN 0-06-067536-5
2001 – Here I Stand: My Struggle for a Christianity of Integrity, Love and Equality, ISBN 0-06-067539-X
2002 – God in Us: A Case for Christian Humanism (with Anthony Freeman), ISBN 978-0907845171