Johann Albrecht Bengel adalah salah satu tokoh cendekiawan Alkitab dari Jerman yang tekun mempelajari naskah Perjanjian Baru.[1] Bengel juga seorang pastor di gereja Lutheran.[1] Sejak usianya masih muda, ia merasa sangat terganggu ketika menemukan banyaknya perbedaan dalam manuskrip-manuskrip Perjanjian Baru. Ia kemudian berusaha mempelajari apa bentuk asli dari suatu kata yang dinilai meragukan.[1] Ia lalu sampai pada kesimpulan bahwa bagian yang lebih sulit lebih baik daripada bagian yang lebih mudah.[1] Maksudnya, kemungkinan besar ketika seseorang mengubah naskah Kitab Suci, mereka memilih untuk mengubah bagian yang dianggap lebih sulit sehingga menjadi lebih sederhana.[1] Dengan demikian, untuk mengetahui apakah isi sebuah naskah itu yang paling tua atau bahkan yang asli, Bengel mengusulkan untuk lebih memilih bagian yang lebih sulit dijelaskan.[1] Bengel kemudian menjadi seorang ahli tafsir naskah Alkitab.[1] Ia banyak membuat catatan panjang mengenai semua kitab Perjanjian Baru dan mengeksplorasi persoalan-persoalan terkait tata bahasa, sejarah dan tafsirannya secara mendalam.[1] Bengel juga turut mengembangkan penafsiran terhadap nubuat-nubuat dalam Alkitab yang sering dipakai Johannes Cocceius.[2] Karya-karyanya tersebut ditulisnya dengan lugas dan menarik.[1] Pada tahun 1734, Bengel menerbitkan Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani.[1]