Jauhar, kadang-kadang dieja juga sebagai Johar atau Juhar,[1][2] adalah tradisi bakar diri massal dalam agama Hindu oleh perempuan di belahan benua India, untuk menghindari penangkapan, perbudakan dan pemerkosaan oleh penjajah, ketika menghadapi kekalahan tertentu saat perang.[3][4] Praktik ini diamati secara historis di wilayah barat laut India, dengan Jauhar yang paling terkenal yang pernah tercatat dalam sejarah terjadi selama perang antara kerajaan Hindu Rajput di Rajasthan dan tentara
.[5][6][7]Jauhar berkaitan dengan sati, dan kadang-kadang disebut dalam literatur ilmiah sebagai jauhar sati.[8]
Menurut Veena Oldenburg, akar dari praktek ini "hampir pasti" terletak pada peperangan internal antara berbagai kerajaan Rajput.[9] Sebaliknya, menurut Kaushik Roy, tradisi jauhar hanya dapat ditemukan selama perang Hindu-Muslim, tapi tidak selama internal perang Hindu-Hindu antara Rajput.
Istilah jauhar kadang-kadang berkonotasi baik dengan tradisi bakar diri jauhar dan saka ritual. Selama Jauhar, wanita Rajput melakukan bunuh diri dengan anak-anak mereka dan barang-barang berharga dengan masuk ke dalam api besar untuk menghindari penangkapan dan pelecehan saat menghadapi kekalahan militer dan penyekapan yang tak terelakkan. Secara bersamaan atau setelah itu, pria-pria secara ritual akan melakukan baris-berbaris menuju medan perang dan mengharapkan kematian yang pasti, yang pada tradisi daerah disebut saka.
Jauhar yang dilakukan oleh kerajaan Hindu telah didokumentasikan oleh sejarawan-sejarawan Islam dari Kesultanan Delhi, dan Kerajaan Mughal.[10][11][12] Salah satu jauhar yang paling sering diambil sebagai contoh adalah bunuh diri massal yang dilakukan di 1303 Masehi oleh para wanita benteng Chittorgarh di Rajasthan, ketika dihadapkan pada penyerangan oleh tentara dinasti Khalji dari Kesultanan Delhi.[13][14] Fenomena jauhar juga diamati di wilayah lain di India, seperti di Kerajaan Kampili dari Karnataka utara ketika kalah pada tahun 1327 kepada tentara Kesultanan Delhi.
^Pratibha Jain, Saṅgītā Śarmā, Honour, status & polity
^Mandakranta Bose (2014), Faces of the Feminine in Ancient, Medieval, and Modern India, Oxford University Press, ISBN978-0195352771, page 26
^Malise Ruthven (2007), Fundamentalism: A Very Short Introduction, Oxford University Press, ISBN978-0199212705, page 63;
John Stratton Hawley (1994), Sati, the Blessing and the Curse, Oxford University Press, ISBN978-0195077742, page 165-166
^Lindsey Harlan (1992). Religion and Rajput Women: The Ethic of Protection in Contemporary Narratives. University of California Press. hlm. 160 footnote 8. ISBN978-0-520-07339-5., Quote: "In this she resembles the sati who dies in jauhar. The jauhar sati dies before and while her husband fights what appears to be an unwinnable battle. By dying, she frees him from worry about her welfare and saves herself from the possible shame of rape by triumphant enemy forces."
^Veena Oldenburg, A Comment to Ashis Nandy's "Sati as Profit versus Sati as Spectacle: The Public Debate on Roop Kanwar's Death," in Hawley, Sati the Blessing and the Curse: The Burning of Wives in India, page 165