Bebek pelari, itik pelari, atau di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan bebek saja, adalah itik peliharaan dari jenis burung atau unggas yang termasuk keluarga itik yang dipelihara untuk diambil daging dan telurnya. Dalam bahasa Belanda, hewan ini dikenal dengan sebutan Indische loopeend dan dalam bahasa Inggris disebut Indian Runner Duck, secara harfiah diterjemahkan menjadi "itik pelari Hindia", karena hewan ini lebih sering berlari secara bergerombol di pekarangan dan jarang sekali terbang.
Pemerian
Hewan ini berukuran sedang, berbadan tegak, cendrung tinggi dan agak memanjang terutama di bagian leher. Memiliki panjang tubuh 50 cm (20 inci) untuk bebek pelari betina, dan 76 cm (30 inci) untuk bebek pelari jantan mulai dari ujung kepala hingga ujung ekor.
Memiliki berat tubuh sekitar 1,4 sampai 2,3 kilogram, bebek yang ditangkar di dalam peternakan bebek biasanya memiliki bobot yang lebih berat daripada bebek pelari yang dibiarkan berkeliaran.
Pada umumnya, bebek pelari memiliki warna paruh cokelat kehitaman, bulu dominan cokelat muda, pada bebek jantan warnanya lebih gelap, terutama di bagian kepala hingga leher. Namun ada juga bebek albino yang berwarna putih dengan paruh yang berwarna kekuningan.
Ciri khusus lainnya yang dimiliki oleh bebek pelari adalah warna telurnya yang memiliki cangkang telur berwarna hijau atau biru muda.
Ras
Ada beberapa ras bebek pelari asli Indonesia yang dibudidayakan secara luas.[1][2]
Itik Cirebon, atau adapula yang menyebutnya dengan sebutan itik karawang,[3] juga dikenal dengan sebutan itik rambon,[2] itik ras Cirebon adalah bebek petelur dari ras bebek pelari yang masih termasuk ke dalam kelompok itik jawa (Anas Javanica).[2]
Penyebaran
Hewan ini banyak ditemukan di Indonesia, terutama di pulau Sumatra, Jawa, Bali, hingga Lombok.
Hewan ini biasa ditemukan sedang berlari secara bergerombol di tepian sungai, sawah, atau ladang, terutama di pedesaan.
Di pulau Jawa bebek ini dikenal dengan sebutan bebek Jawa, bebek Cirebon atau bebek Tegal (Anas platyrhynchos javanica) yang biasa dibudidayakan untuk diambil telurnya. Terutama di Jawa Tengah terkenal sebagai produsen telur asin yang diproduksi dari telur bebek pelari.
Di Bali bebek jenis ini dikenal dengan sebutan bebek Bali. Memiliki bentuk fisik yang sama pada umumya bebek pelari, tetapi bebek Bali memiliki jambul yang khas yang mirip seperti topi di atas kepala.[butuh rujukan]
Bebek di Indonesia
Di Indonesia, bebek pelari sangatlah populer. Bebek pelari biasanya dipelihara di rumah-rumah pendukuk, di pekarangan, lingkungan pemukiman, ladang dan sawah, dibiarkan bebas berkeliaran, atau ditampung di tempan penangkaran khusus bebek. Beberapa kadang dipelihara bersama-sama dengan ayam dan itik serati atau entok sehingga dapat menghasilkan keturunan persilangan (hibrida) secara alami, yang biasa disebut dengan bebek tongki atau brati. Dapat pula dilakukan persilangan secara buatan yang dilakukan oleh manusia yang bertujuan untuk menghasilkan keturunan yang lebih baik, memiliki banyak daging antara bebek betina dan mentok jantan, persilangan jenis ini disebut juga dengan tiktok.
Memelihara bebek dalam penangkaran khusus juga banyak ditemukan di Indonesia. Pemeliharaan dalam penangkaran biasanya ditemukan di daerah pedesaan di sekitar waduk, danau atau pinggiran sungai. Pemeliharaan dalam penangkaran ini biasanya dilakukan untuk mempermudah pengawasan, mencegah bebek bertelur di sembarang tempat, menjaga asupan makanan bebek, dan mencegah agar bebek tidak terlalu banyak berkeliaran.
Produk yang berasal dari bebek di Indonesia lebih dikenal dalam bentuk telur asin,[4] sedangkan daging bebek sendiri tidak sepopuler daging ayam. Walau begitu, masakan yang berasal dari daging bebek mudah dijumpai di sepanjang jalan yang ada di perkotaan.
Reproduksi
Bebek pelari adalah hewan sosial, mereka berjalan ke sana ke mari secara bergerombol dalam kelompok kecil ataupun besar, sehingga hewan ini sering sekali bertelur di sembarang tempat mengikuti arah gerombolan bebek lain di manapun ia berada dan meninggalkan begitu saja dan tidak mengerami telurnya. Namun pada gerombolan bebek yang sedikit dan memiliki tempat yang cukup luas dan layak untuk bertelur, maka bebek ini juga bisa bertelur dan mengerami telurnya.
Karena jarang sekali mengerami telurnya, biasanya telur bebek dierami oleh unggas lain, biasanya oleh itik serati atau entok, dan anak-anak bebek bisa langsung dipisahkan dari induk eramannya dan hidup dalam peternakan, atau bisa juga diasuh oleh induk eramannya sendiri. Pemindahan telur bebek ke sarang unggas lain biasanya dilakukan oleh petani.
Asal usul
Meskipun dalam bahasa Belanda bebek ini disebut Indische loopeend, dan banyak ditemukan di Indonesia, tidak ada bukti yang kuat, yang menyatakan bahwa hewan ini berasal dari Indonesia.
Penyebaran bebek pelari di Eropa diduga diperkenalkan oleh bangsa Belanda yang berlayar ke Indonesia. Namun catatan dalam ukiran batu di Jawa menunjukkan bahwa bangsa Eropa sudah mengenal hewan ini sejak seribu tahun yang lalu atau lebih.[5] Orang-orang Eropa mencatat hewan ini pada pertengahan abad ke-19, di Malaya pada tahun 1851 dan di Lombok, Indonesia. Alfred Wallace mengamati hewan ini pada tahun 1856, dan menyatakan bahwa hewan ini berjalan tegak, seperti penguin.[6]
Selain itu, bebek dengan pola warna dan bentuk menyerupai bebek pelari dapat dilihat dalam lukisan yang dilukis oleh master Belanda tahun 1600-an. Artikel dalam newsletter IRDA menggambarkan bukti dari Belanda.[5]
Bebek pelari mulai populer di Eropa dan Amerika sebagai unggas petelur menjelang akhir abad kesembilan belas, sebagian besar berbentuk pamflet yang bernama "The India Runner: its History and Description" diterbitkan oleh John Donald dari Wigton antara tahun 1885 dan 1890.[6][7][8]
Referensi
^Berdasarkan data tahun 2007,Direktorat Budi Daya Ternak non-Ruminansia, Dirjen Peternakan Departemen Pertanian