Istana Batu Tulis
Istana Batu Tulis adalah salah satu dari enam istana kepresidenan yang dimiliki Indonesia.[1] Istana Batu Tulis disebut demikian karena lokasinya tidak jauh dengan lokasi Prasasti Batu Tulis, yakni sama-sama di Jalan Batu Tulis, Bogor. Istana Batu Tulis berada di kompleks bangunan bersejarah bernama Hing Puri Bima Sakti.[2] Istana Batu Tulis dibangun oleh ahli vulkanologi Belanda bernama Abraham Riebeeck pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Abraham Riebeeck mendirikan tempat peristirahatan sekaligus tempat pengamatan guna mengamati kondisi Kota Bogor atau Buitenzorg sekitar tahun 1704 pasca-meletusnya Gunung Salak pada tahun 1699.[3] Saat ini, Istana Batu Tulis berada di atas lahan seluas 3,8 hektar.[4] Pada tahun 1960, Presiden RI Soekarno membeli tanah di sekitar Istana Batu Tulis. Ketika memutuskan untuk membeli tanah tersebut, Presiden Soekarno berkeliling Kota Bogor dengan menggunakan helikopter. Ketika terbang di atas kawasan Batu Tulis, hati Soekarno terpikat dengan tanah yang di bawahnya mengalir sungai Cisadane dengan pemandangan Gunung Salak. Setelah membeli lahan, Soekarno kemudian meminta arsitek RM Soedarsono untuk membuat istana menyerupai Istana Tampak Siring, di Bali. Pada zaman Orde Baru, Presiden Soeharto mengubah hak pengelolaan Istana Batu Tulis menjadi milik negara melalui Keppres No 2 Tahun 1973. Pada awal Orde Baru, Istana Batu Tulis menjadi tempat pengasingan Presiden Soekarno. Setelah itu, pada zaman Presiden Abdurrachman Wahid, kepemilikan Istana Batu Tulis diserahkan kembali kepada keluarga Soekarno. Daftar referensi
|