Intervensi Kuba di Angola adalah intervensi militer berskala besar yang dilancarkan oleh Kuba pada November 1975 untuk mendukung Gerakan Rakyat untuk Pembebasan Angola (MPLA) yang berhaluan kiri. Musuh mereka adalah gerakan pembebasan Angola yang berhaluan kanan, Barisan Pembebasan Nasional Angola (FNLA) dan Uni Nasional untuk Kemerdekaan Penuh Angola (UNITA). Afrika Selatan dan Zaire juga melakukan intervensi untuk membantu gerakan sayap kanan ini. Pada akhir tahun 1975, jumlah pasukan Kuba telah melebihi 25.000 orang.[1] Setelah pasukan Zaire dan Afrika Selatan mundur dari Angola, pasukan Kuba masih tetap bertahan untuk membantu MPLA melawan UNITA.
Pada tahun 1988, Kuba kembali melakukan intervensi untuk membantu Angkatan Bersenjata Rakyat untuk Pembebasan Angola (FAPLA) yang juga mendapat bantuan dari Uni Soviet. Mereka melancarkan serangan terhadap UNITA yang saat itu masih didukung oleh Afrika Selatan. Pertempuran Cuito Cuanavale kemudian meletus dan front kedua juga dibuka. Peristiwa-peristiwa ini dianggap sebagai faktor yang mendorong keberhasilan perundingan perdamaian yang menghasilkan Persetujuan New York. Berdasarkan persetujuan tersebut, pasukan Kuba dan Afrika Selatan akan mundur dari Angola, sementara Afrika Barat Daya akan dimerdekakan dari Afrika Selatan.[2][3] Keterlibatan militer Kuba di Angola berakhir pada tahun 1991, sementara Perang Saudara Angola masih berlanjut hingga tahun 2002.